17.Maaf...

.

.

.

Juni 2013

Wah! Sekolah hari ini seru sekali. Hehe... Berkat bibi aku udah bisa membaca dan menulis. Ibu guru dan teman-teman juga memuji aku, mereka bilang aku anak yang pintar.

---

Tau tidak? Aku dan Zaka ketemu anak aneh ditaman sekolah. Namanya Ganesha. Katanya dia itu alien yang ngerti bahasa hewan dan tumbuhan makanya dia ngajak ngomong ranting yang gak sengaja dia injak. Aneh kan?

---

Kata Zaka, kita temenan sama Ganesh aja. Soalnya kasian Ganesh gak ada temannya.

Juli 2013

Ganesh itu baik ya. Dia minjemin krayon ke Zaka soalnya Zaka lupa bawa. Dia juga bagi bekalnya ke aku dan Zaka. Katanya bekalnya kebanyakan, dia malas ngunyah.

November 2013

Aku sakit huhu.... Mama dan Papa sibuk, padahal aku mau peluk. Tapi aku senang habisnya ada Zaka. Ganesha juga datang jenguk, dia bawa ulat hijau yang gueedeee banget. Katanya bakal jadi kupu-kupu kalau dirawat baik-baik. Makasih lho Ganesha, tapi aku takut serangga jadi ulatnya ku buang pas kamu pulang. Maaf T-T

Februari 2014

Kami kesasar huhu.... Awalnya iseng mau main-main habis sekolah. Aku kira Zaka tau jalan makanya aku dan Ganesh percaya aja ngikutin dia. Tapi kami malah nyasar. Zakaaaa!!! Untung ada Om Sam yang nemuin kami. Hehe, kami selamat hari ini. Omong-omong, Om Sam itu kata Ganesh tukang kebun di rumahnya yang merangkap jadi supir. Tukang kebun Ganesh keren ya.....

Mei 2014

Aku dan Zaka ulang tahun. Tapi kayaknya mama papa lupa. Tapi gak apa, aku sayang mama papa. Cepat pulang dong, Ma, Pa. Selamat ulang tahun Zia dan Zaka hehe

Desember 2014

Hujan....

Juli 2019

Ini hari pertama ku di SMP! Udah lama gak nulis buku harian. Kangen rasanya. Banyak yang udah terjadi selama 5 tahun ini. Mama dan Papa pisah. Dan Zaka juga kayaknya capek dengan keluarga ini makanya dia memilih pergi. Tapi aku memilih tetap disini. Terlalu banyak kenangan yang harus dilupakan jika aku memilih pergi. Meski aku sayang Zaka, tapi maaf Zaka, aku masih belum bisa menyusul kamu secepat ini.

Agustus 2019

Capek banget hari ini.... Tapi aku senang! Aku ketemu Ganesha lagi. Aku pikir gak akan ketemu Ganesha lagi setelah pemakaman Zaka waktu itu. Kami juga beda sekolah di SMP. Tapi kayaknya ini takdir? Apapun itu, terimakasih Tuhan sudah mempertemukan aku dengan dia.

September 2019

Ah, boleh aku bilang aku jatuh cinta? Huhu.... Jantung ku gak aman tiap kali dekat-dekat dia. Ganesh, kamu gak bakal benci aku kan?

Desember 2019

Ganesha Aldean Tirtayasa. Duh, aku cinta mati sama kamu, gimana dong???

Hujaaannn plisss kasi tau Ganesh, dong, aku suka dia. Aku gak berani soalnya ToT

April 2020

Aku sedih.... Ganesh ternyata suka orang lain. Dan orang  itu adalah Nea. Sepupu ku. Wajar sih, Nea memang cantik, pake banget. Nea jujur, kok aku rela gini Ganesh jatuh kepelukan mu??? HABISNYA NEA CANTIK BANGET GILAK!

Mei 2020

Aku kangen Zaka.....

Zaka sayang ku, kamu pasti udah bahagia banget ya disana? Tega kamu ninggalin adekmu yang labil ini huhuuu..... Tapi Zaka, aku gak nyalahin kamu kok. Aku tau, itu semua takdir. Aku mencoba menerima nya. Tapi tetap aja aku sedih tiap kali keingat kamu kembaranku sayang ku cintaku huhuuu

Psstt Zaka, tau gak? Ganesh bantu ngerayain ultah kita loh! Aku senang! Selamat ulang tahun Zaka ku

Juni 2021

Aku takut Zakaaaa

Aku takut

Aku harus gimana???

Desember 2021

Aku harus gimana Zaka???

Apa yang harus aku lakuin sekarang?

Aku hancur!

Aku mau mati aja rasanya

Februari 2022

Aku mau mati

Mati

Mati

Mati

Mati

Maret 2022

Mama tau. Aku harus gimana?? Aku takut.

Aku benci dia tapi anak ini gak bersalah

Aku harus gimana sekarang?

Hidup ku hancur gara-gara dia!

Mei 2022

Aku mau mati aja. Aku gak bisa hidup begini terus.

Aku ingin mati! Kamu dengar itu Ganesh?!

Ganesh.... Kenapa hidupku jadi begini? Kenapa harus aku! Kenapa kamu gak datang Ganesh?! Kenapa!!!

Juni 2022

Pada akhirnya kamu gak pernah datang! Aku benci kamu Ganesh! Tapi semakin aku berusaha membenci semakin hatiku sakit menentang itu.

Selamat tinggal Ganesh. Aku udah gak sanggup lagi hidup dalam neraka ini. Selamat tinggal cintaku. Aku sayang kamu bahkan hingga akhir hayatku, aku masih tetap sayang kamu.

Tunggu aku Zaka, kita akan bersama lagi setelah ini. Tanpa rasa sakit dan kesedihan. Aku yakin kita akan bahagia setelah ini....

..

.

...

Ganesha sama sekali tak bisa menahan tangisnya membaca tulisan terakhir yang tertulis di lembar buku lusuh itu. Melihat dari tulisan yang berantakan dan jejak tetesan air mata yang mengering membuat Ganesha ikut merasakan rasa sakit dari si penulis.

Zia.... Ya Tuhan. Ganesha benar-benar merasa buruk sebagai sahabatnya. Dia tidak pernah menyadari perasaan gadis itu untuknya. Dia juga samasekali tidak mengetahui rasa sakit yang Zia alami selama ini. Bahkan bila Zia membencinya pun Ganesha akan terima. Dia bahkan juga membenci dirinya sendiri yang membiarkan Zia pergi dalam rasa sakit itu sendirian.

Maret 2022

Mama tau. Aku harus gimana?? Aku takut.

Aku benci dia tapi anak ini gak bersalah

Aku harus gimana sekarang?

Hidup ku hancur gara-gara dia!

Anak? Apa maksudnya, Zia hamil? Tangis Ganesha makin keras. Ia tergugu. Memikirkan apa yang telah ditanggung Zia seorang diri selama ini. Dan mengingat dia yang tidak ada bersama gadis itu disaat sulitnya, Ganesha semakin terisak.

Ganesha memukul dadanya merasa sesak. Hatinya sakit. Bajingan mana yang telah melakukan hal keji itu pada orang sebaik Zia? Siapa yang tega—

'Xavier.'

Mulut Ganesh bungkam ketika nama itu muncul di benaknya.

'Xavier itu murid Om ku. Dia lebih tua tiga tahun dari kita. Dia udah kayak abang buat, Nea, anak tunggal Om ku itu.'

Itu dia! Ganesha ingat Zaka pernah menceritakan tentang lelaki itu. Tepat sehari sebelum kecelakan tragis yang menimpa temannya itu terjadi.

'Aku takut sama Xavier. Dia kelihatan marah waktu aku dan Zia dekat dengan Nea. Gak tau kenapa, aku takut banget sama dia.'

Ganesha mengusap air matanya. Merasa ada yang janggal dengan semua ini. Ia meraih ponselnya, mencari kontak Agnea dan buru-buru menghubunginya. Ia harus memastikan sesuatu.

'Kamu masih ingat Xavier yang Zaka bilang waktu itu? Dia aneh. Dia sering datang ke rumah, katanya di suruh Om jagain aku. Om juga bilang bener dia yang nyuruh Xavier ke rumah, katanya takut aku kenapa-napa kalau sendirian terus di rumah.'

Tangan Ganesha gemetar mengingat apa yang pernah Zia katakan dua tahun lalu. Semenjak Zaka meninggal, orangtua mereka berpisah. Dan Zia tinggal dengan Mamanya berdua saja. Itupun ia kerap ditinggal sendiri karena mamanya yang lebih memilih sibuk dengan pekerjaannya.

'Entah kenapa, Ganesh, aku merasa takut dengan kehadiran Xavier. Dia aneh..... Sunguh, aneh sekali.'

Agnea tidak merespon panggilan darinya. Ganesha menggertakkan giginya.

"****!"

...

.

....

Itu dia! Dia orangnya! Xavier! Bajingan yang Ganesha yakin menjadi akar dari semua masalah ini. Ganesha menemukannya di depan gedung apartemen yang dihuni Agnea.

Ganesha berniat turun, tapi mobil yang dikendarai Xavier lebih dulu beranjak pergi setelah Agnea masuk ke dalamnya.

Mau tak mau Ganesha meminta sopir taksi mengikuti mereka. Sembari Ganesha masih berusaha menghubungi Agnea. Namun hasilnya masih sama.

Ganesha mengumpat berkali-kali ketika Agnea terus-terusan mengabaikannya. Kepalanya terasa sakit sekarang. Keluarganya juga menelepon tanpa henti. Ganesha nyaris membanting ponsel itu kalau tidak ingat bahwa ia masih membutuhkan benda tersebut.

Gemuruh terdengar dari arah langit. Mendung semakin pekat. Dalam sepersekian detik hujan turun dengan lebat. Dan semuanya terjadi begitu cepat ketika Ganesha mendengar benturan keras di dekatnya berikut seluruh tubuhnya yang terasa diremukkan.

Di jalanan yang sepi di bawah hujan bulan Juni yang tampak menyedihkan itu, sebuah truk yang tadinya kehilangan kendali sudah terbalik ditengah jalan. Dan taksi malang yang menjadi korbannya remuk tak berbentuk.

Suara hujan meredam suara rintihan Ganesha yang berdarah-darah di dalam taksi itu. Ia berusaha menggapai sang supir berharap dia masih sadar. Namun sia-sia.

Ganesha menangis. Ia tak dapat bernafas berkat darah yang mengalir di hidung dan mulutnya. Terbatuk berkali-kali, hanya rasa sakit yang ia dapatkan.

'Maaf dad. Bang Leo, bang Cakra. Maaf. Maafin aku. Maaf....'

Ganesha merintih. Seluruh tubuhnya tak dapat digerakkan. Semuanya sakit. Dan di tengah rasa sakit itu, Ganesha melirik ponsel yang ada di genggamannya. Memperlihatkan room chatnya dengan Agnea.

Dengan sisa kekuatannya Ganesha menekan ikon voice note. Ia berusaha bicara mengalahkan derasnya suara hujan.

Pesan terkirim kan, dan Agnea tampaknya tengah mendengarkan.

1 menit

2 menit

3 menit

Agnea memberi balasan, namun Ganesha sudah terlanjur kehilangan kesadaran.

.

.

.

Roy nyaris tumbang saat melihat tubuh kaku anaknya di brankar. Ia mendekat dengan tangan bergetar menyentuh wajah yang dingin dan pucat itu.

"G-Ganesh....?" Roy terbata. Sama sekali tak ada balasan dari bungsunya itu, "Bangun, Nak. Jangan begini. Becanda mu gak lucu, Ganesh...."

Dan setelahnya tangis Roy tak tertahan lagi menyadari bawa Ganesha tak akan pernah menyahut bagaimana pun ia memanggilnya. Cakra tak jauh menyedihkannya, bersimpuh di samping brankar Ganesha meraung memeluk raga adiknya yang sudah tak bernyawa.

Leo? Bahkan ia tak kuasa melihat wajah adiknya yang pucat membiru. Dia meluruh di depan UGD mendengar tangis Roy dan Cakra yang memilukan dari dalam sana.

Keluarga Tirtayasa yang lainnya juga hadir disana dengan kesedihan yang sama. Tangis yang sama. Karena kehilangan yang sama. Bahkan Ayudisa, bayi yang bahkan belum tau apa-apa itu turut merasakan kehilangan yang kentara. Anak itu menangis keras seolah tau bahwa salah seseorang yang teramat menyayanginya telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa.

.....

.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!