Selesai membersihkan diri dan berpakaian davion menerima telpon dari orang suruhannya.
"Bos lelaki itu bernama vano ia adalah kekasih nona anabia selama enam bulan belakangan ini. Dan yang mengejutkan vano adalah bandar narkotika kelas kakap bos. Dan nona anabia tidak mengetahui itu, yang di ketahui nona anabia vano memiliki berbagai jenis usaha yang sangat maju. Saat ini vano bersama nona anabia sedang berada di rumah sakit terdekat tak jauh dari villa yang anda datangi tadi bos. Vano mengalami luka memar yang serius dan tentu itu semua akibat ulah anda bos. ", ujar seseorang menjelaskan.
"Baik, pantau terus gerak gerik mereka", ucap davion tersenyum licik penuh seringai.
"Tuuut... Tuuuut....", telpon terputus.
"Kamu meninggalkan ku demi dia. Apa kurangnya aku selama ini pada mu?", davion bicara pada pigura anabia yang berada di atas narkasnya. Akan tetapi davion mengambil pigura itu dan berjalan keluar menuju tong sampah tempat ia membuang sepatunya tadi. Dan lalu ia juga membuang pigura itu di tempat yang sama.
"Murahan", ucapnya pada tong sampah tempat ia membuang pigura itu. Dan ia pun kembali memasuki apartemennya.
Anabia kini sudah kembali di rumah sakit tempat vano berada. Sebelumnya ia sudah membersihkan dirinya terlebih dahulu dan juga melakukan makan malam dengan sendirinya. Tak lupa ia juga membawa tasnya dan beberapa pakaian vano dan juga pakaian miliknya serta ponsel dan dompet vano. Vano yang sudah sadar dari tadi menunggu kedatangan anabia sesuai yang di sampaikan suster padanya. Tak lama anabia memasuki ruangan tempat vano di rawat. Anabia kaget dan juga merasa senang karena vano nya sudah sadar.
"Vano kamu udah sadar?", anabia bertanya kegirangan.
"Hmmm", kata vano singkat mengalihkan pandangannya dari anabia.
"Apa kamu sudah makan", tanya anabia.
"Sudah", jawaban singkat darinya. Sewaktu menunggu kedatangan anabia tadi seorang suster datang menghampirinya membawa nampan yang berisikan nasi beserta lauk pauk untuk vano. Tak hanya makanan, suster itu memberi vano beberapa obat untuk di minum setelah makan.
"Apa kamu ingin mengganti pakaian?. Aku membawa beberapa pakaian untuk mu." tanya anabia kembali lembut.
"Hmmm", jawab vano kembali singkat.
"Baiklah akan aku ambilkan", anabia mengeluarkan satu pasang pakaian vano dari paper bag.
"Ambil lah", anabia memberi pakaian itu pada vano.
"Handuk", vano menadahkan tangannya pada aanabia.
"Apa kamu akan mandi?", tanya anabia cemas karena vano dalam keadaan seperti itu seharusnya tidak boleh mandi pikirnya begitu.
"Handuk", pintanya lagi menadahkan tangan.
"Baiklah", anabia mengeluarkan handuk dan perlengkapan mandi lainnya.
"Ini ambil lah", anabia menyerahkannya pada vano. Vano bangun dan berjalan dengan pelan menuju kamar mandi. Melihat vano yang kesusahan berjalan anabia pun ingin membantunya tapi ia menolak dengan mengangkat telapak tangannya ke depan sebagai jawaban bahwa ia menolak di bantu. Anabia yang melihat penolakan vano memilih mundur dan kembali duduk di atas kursi yang ia tempati tadi. Lama anabia menunggu vano membersihkan diri. Ia berpikir vano masih kesal dengannya atas peristiwa tadi.
Mama gulsi terbangun dari tidurnya, pandangan kedua matanya mendapati anak dan suaminya juga berada di ranjang yang sama. Ia melihat jam di dinding menunjukkan pukul 8 malam. Ia ingin membangunkan anak dan suaminya untuk makan malam tapi ada rasa tak tega di hati mama gulsi untuk membangunkan sonali dan juga suaminya papa arya. Ia pun memilih untuk menunggu mereka bangun dan kembali mama gulsi merebahkan tubuhnya disamping sonali. Dan benar saja selang beberapa menit kemudian sonali menggeliat terbangun dari tidurnya. Sonali memandang kekanan dan ke kiri berkali - kali sambil menggosok kedua matanya berkali - kali untuk memastikan apa yang telah ia lihat. Seakan baru menyadari tidur di ranjang mama papanya serta pemilik ranjangnya ia menganga kaget.
"Kenapa hmm? apa kamu lupa tidur di kamar siapa?", mama gulsi bertanya masih dengan posisi tidurnya.
"Ya ampun sonali nggak ingat ma. Papa juga ada disini?", tanyanya menunjuk papa arya.
"Hmm mama juga nggak tau. Mama juga baru bangun terus mama lihat papa udah ada di samping kamu", kata mama gulsi benar adanya.
"Oiya tadi kita belanja ya kan ma?. Terus pulang dari belanja kita kecapekan dan tidur di kamar mama", ucap sonali benar adanya.
"Syukur deh kalau kamu udah sadar", ucap mama gulsi.
"Hi hi hi hi...", tawa sonali.
"Kenapa kamu ketawa apa yang lucu?", mama gulsi bertanya menepuk bahu sonali.
"Sona berasa kayak anak kecil deh ma tidur di apit di tengah - tengah mama papa begini hi hi hi", sonali mengetawai kejujurannya.
"Hi hi hi hi hi", sonali dan mama gulsi tertawa bersama. Tanpa mereka sadar tawa mereka yang sedikit hingar telah membuat papa arya terbangun dari tidurnya. Setelah mereka sadar papa arya terbangun mereka bersamaan menutup mulut dengan telapak tangan mereka masing - masing.
"Papa udah bangun", tanya mama gulsi mendahului.
"Hmmm apa yang membuat kalian berdua tertawa?", tanya papa arya menyelidiki.
"Tidak ada pa tadi sonali bilang ke mama, sonali berasa kayak anak kecil tidur di apit di tengah - tengah mama papa", ucap mama gulsi sejujurnya. Sonali kembali tertawa mendengar perkataannya di ulangi oleh mama gulsi. Tak lama papa arya dan juga mama gulsi ikut tertawa bersama sonali.
"Hi hi hi hi...", tawa mereka barengan di beberapa detik.
"Oh jadi kamu ingin menjadi anak kecil lagi?", tanya papa arya menggelitiki sonali.
"hi hi hi mama tolong, papa gelitiki sona hi hi hi aww ampun papa. mamaaaa....", teriak sona meminta tolong. Namun mama gulsi bukannya menolong ia malah ikut menggelitiki putrinya.
"Awww ha ha ha mama papa berhenti menggelitiki sona hi hi hi", Sonali kegelian di gelitiki oleh mama gulsi dan papa arya.
"Ha.. ha.. ha...", Mereka bertiga tertawa bersama. Cukup lama aksi gelitikan itu terjadi pada sonali dan akhirnya mereka bertiga menyudahinya.
"Sudah - sudah", ucap papa arya berhenti menggelitik dan di ikuti mama gulsi.
"Ayo turun kita makan bersama", ajak mama gulsi.
"Ayo, pa gendong sona", ucap sonali bersemangat.
"Ya ampun kamu ini udah gede son bukan anak kecil lagi", kata mama gulsi mengucir rambutnya sendiri.
"Sesekali mama", rengeknya meminta.
"Baiklah cepat naik", ucap papa arya mengalah lalu membungkukkan sedikit badannya. Dan sonali menaikki punggung belakang papa arya lalu tangannya melingkari leher papa arya. Mereka bertiga pun turun bersama menuju meja makan untuk makan malam bersama. Sonali yang manja selalu bertingkah seperti anak kecil jika sedang bersama dengan mama dan papanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments