Di rumah lainnya keluarga alkar tengah berkumpul dan akan segera berpisah kembali. Dikarenakan sebagian dari mereka akan pulang ke rumah masing - masing.
"Oma untuk minggu depan giliran oma dan opa yang akan menginap di rumah kami ya kan ma pa?, kata arka menoleh pada mama papanya seakan minta pembenaran.
"Mana bisa seperti itu dek, oma dan opa yang lebih tua maka kita yang lebih muda yang akan mengunjungi dan menginap disini", ujar sang kakak cecillia benar adanya.
"Tidak itu menyebalkan, itu membosankan kakak. Setiap sabtu dan minggu kita hanya di kurung di rumah oma dan opa ini, aku bosan", kata arka yang merasa bosan.
"Apa bedanya di rumah setiap hari juga kamu mama kurung tapi kamu anteng - anteng aja tu nggak pernah komplin", ucap lusia menimpali.
"Itu berbeda ma, mama tau di rumah kita selalu ada kenzo dan kenzi yang menemani ku bermain. Sedang di rumah oma opa tidak ada ma. Tidak ada anak kecil disini, uncle davion belum punya anak, aunty poppy apa lagi. Terus aku harus main sama siapa?", ucap arka panjang lebar. Davion menggaruk kepalanya yang tak gatal mendengar celetukan bocah 4 tahun itu. Arka merupakan anak yang pintar dan terlebih arka tidak cadel seperti anak kebanyakan.
"Tu dengar udah di kasih kode juga kagak ngerti", ucap kevin pada adik iparnya davion.
"Uncle, kenapa uncle tidak punya anak. Seharusnya uncle punya anak biar aku ada teman mainnya", ucap arka marah melipat kedua tangannya di dada menatap davion.
"Gimana mau punya anak nyetak aja belum", celetuk poppy asal.
"Poppy.....", pekik semuanya serentak menatap tajam ke poppy. Poppy yang tersadar akan ucapannya pun menutup mulutnya dengan telapak tangan miliknya.
"Apa yang di cetak aunty"? Tanya arka penasaran.
"Ti .. Tidak i.. Itu cu-...", Poppy menjawab gugup hingga kalimatnya menggantung.
"Tidak aunty poppy ingin belajar masak dan mencetak kue agar kue nya enak di makan", jawab oma reveena bohong.
"Tidak oma, tadi aunty poppy tidak bilang seperti itu. Aunty poppy tadi bilang 'gimana mau punya anak nyetak aja belum'. Itu artinya jika menginginkan seorang anak harus mencetaknya terlebih dahulu. Benarkan ma pa?", tanya nya pada lusia dan kevin namun kedua orang tuanya melotot pada poppy. Oma dan opa juga kehabisan kata untuk menjawab cucunya ini. Melihat tak ada jawaban apapun membuat bocah itu kembali bertanya.
"Tapi mencetak anak pakai apa dan bagaimana ya?. Uncle dav apa uncle tau alat apa yang di gunakan dan bagaimana cara mencetak anak?. Kalau uncle tau maka beri tau aku, aku akan mempelajarinya", ucap arka pada dav yang dari tadi hanya diam tak bisa berkata apa pun jika sudah berhadapan dengan arka. Bagi dav lebih baik ia berhadapan dan beradu argumen dengan beberapa koleganya dari pada harus berhadapan dengan bocah seperti arka.
"Jawab uncle", ucap arka agak sedikit keras.
"Tidak, uncle tidak tau", jawab davion bohong menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Arka ayo kita pulang", kata kevin mengajak putranya.
"Tidak aku tidak akan pulang sebelum mendapatkan alat pencetak anak", jawab arka menantang.
"Poppyyyy gara - gara mulut mu anak ku jadi penasaran seperti ini. Awas kamu ya pop", ucap lusia melototkan matanya pada poppy. Poppy menggigit bibir bawahnya merasa takut dengan tatapan tajam yang di berikan semua orang padanya saat ini.
"Ayo cecillia, arka kita pulang sayang", ujar lusia mengajak.
"Sudah ku katakan aku tidak akan pulang mama sebelum mendapatkan alat pencetak anak", ucap arka membantah.
"Arka dengarin opa, tidak baik membantah perkataan orang tua. Sekarang pulang ikuti mama dan papa mu", ucap papi abram mengalihkan topik pembicaraan.
"Apa opa mengusirku?. Jika opa mengusirku, maka akan ku pastikan aku beserta papa mama dan juga kakak ku tidak akan pernah datang lagi ke rumah opa ini", jawab arka menantang pada opa nya. Semua mati kutu di buat arka.
"Astaga mbak dulu ngidam apa sih waktu hamil arka?.Kepala ku serasa mau pecah ngadapi arka ini", ucap davion pelan namun masih bisa di dengar oleh semua orang.
"Opa tidak mengusir mu, opa hanya-...", ucap papi abram namun tak sampai selesai karena bersamaan dengan itu arka juga berbicara.
"Hanya tidak ingin aku disini?. hanya agar aku tidak bisa mendapatkan alat pencetak anak?", ucap arka lagi memarah.
"Tidak sayang tidak ada yang seperti itu", ucap mami raveena.
"Aunty berikan pada ku alat pencetaknya maka aku akan pulang", pinta arka menoleh poppy.
"Mana aunty tau, tanya saja sama mama papa mu", ucap poppy mulai asal lagi.
"Aaawww... mami apaan sih cubit - cubit aku segala", Omel poppy pada mami raveena.
"Makanya punya mulut di jaga", ucap mami raveena.
"Arka ayok pulang nanti kita kemalaman", ucap lusia menarik tangan putranya. Tapi arka menepis tangan lusia.
"Arka pulang lah sayang, minggu depan kita akan bertemu lagi", bujuk mami raveena.
"Jangan menjadi anak durhaka arka itu tidak baik", ucap papi abram memarahi.
"Sejak kapan aku menjadi anak durhaka?. Opa jangan asal bicara ya, aku bisa tuntut opa nanti atas pencemaran nama baik. Opa tau kan kalau papa ku ini seorang lawyer?. Opa bisa saja di penjara dengan pasal tertulis", ancam arka pada opanya. Semua orang melongo dan saling pandang di buat kata - kata bocah ini.
"Astaga kenapa bisa aku punya cucu seperti ini bisa - bisanya ingin menuntutku dan memenjarakan ku", ucap papi abram mengusap kasar mukanya.
"Lus kev apa kalian mengajarkan arka tentang hukum?", tanya mami raveena menyelidiki.
"Tidak mi", ucap lusia dan kevin serentak.
"Lalu bagaimana dia bisa tau mbak?", ucap davion berbisik.
"Mungkin dia menguping disaat aku menerima telpon dari klien ku dav", jawab kevin sejujurnya.
"Arka pulang lah besok uncle akan mencarikannya untuk mu", ucap davion menenangkan arka.
"Dimana uncle akan mencarinya?", tanya arka lagi.
"Dipasar", jawab davion asal. Yang penting arka cepat pulang pikirnya begitu.
"Besok aku akan ikut", kata arka penuh semangat.
"Tidak perlu kamu kan besok harus sekolah. Lagi pula kasihan kenzo dan kenzi mereka tak ada teman mainnya kalau kamu pergi", ucap lusia mengalihkan. Sejenak arka berpikir perkataan mamanya ada benarnya juga hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk pulang.
"Baiklah aku akan pulang. Jangan lupa beri tau aku segera uncle setelah mendapatkan alat itu", ucap arka semangat. Semua merasa lega mendengar arka akan pulang.
"Baiklah", ucap davion pasrah. Mereka pun pulang meninggalkan kediaman alkar tak terkecuali davion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments