Anabia yang baru saja tiba di rumah mencoba membuka pintu namun pintu terkunci. Terpaksa ia mencari kunci di dalam tasnya namun kunci itu tidak ada. Dan baru saja anabia ingat bahwa kuncinya tertinggal di kamar tidurnya. Anabia dan ibunya masing - masing memiliki kunci pintu. Dengan terpaksa ia mengetok pintu agar ibunya segera membukakan pintu untuknya.
"Tok... Tok... Tok... Bu...", anabia mengetok pintunya.
"Tok.. Tok... Tokk...", kembali anabia mengetok pintunya namun tak ada jawaban. Ia pun mengeluarkan ponsel dari tas untuk menelpon bu mayang.
"Tuuuttt... Tuuuttt... Tuutt...", telpon berdering dan tersambung.
"Anabia ada apa menelpon ibu"?, tanya bu mayang panik.
"Bu bia udah di depan pintu tolong bukakan pintunya bu", ucap anabia.
"Oh astaga, iya ibu akan segera bukakan", ucap bu mayang berjalan membuka pintu.
"Cklek", pintu pun terbuka.
"Ibu ketiduran menunggu mu, maaf kan ibu nak", ucap bu mayang.
"Hmmmm", ucap anabia berjalan masuk ke dalam rumah di ikuti oleh bu mayang.
"Kenapa jam segini baru pulang bi?", tanya bu mayang memasuki rumah.
"Sudah lah bu besok saja tanya - tanya nya bia capek", ucap anabia memasuki kamar dan menutup pintunya. Bu mayang pun masuk kembali ke kamar miliknya.
Sementara di rumah mewah milik rokalo tampak seorang ibu memasuki kamar putri semata wayangnya.
"Cklek..", suara pintu terbuka lebar. Memandangi putrinya yang masih tertidur pulas. Lama mama gulsi bersandar di pintu kamar sonali, ia tak menyangka putrinya sudah sebesar ini sekarang. Iya juga tak menyangka mulai kelihatan perubahan baik pada sonali walau belum sepenuhnya. Mama gulsi mulai berjalan mendekati kasur sonali. Ia duduk di tepi ranjang sonali dan membelai lembut rambut sonali dengan cukup lama dan hingga akhirnya ia pun membangunkan sonali.
"Sona bangun ... Ini udah siang nak", ujar mama gulsi membangunkan sonali di kasur empuk. Tapi sonali yang pulas belum juga terbangun.
"Sona son... Sona bangun", ujar mama gulsi menepuk bahu sonali.
"Apa sih ma, sona hari ini nggak kuliah ma ini kan minggu apa mama lupa?", ucap sonali parau memejamkan mata.
"Mama tau ini minggu tapi ini udah siang son", ucap mama gulsi melipat kedua tangan di dadanya tapi sonali tak kunjung bangun.
"Sonaaaa...", pekik mama gulsi kesal tak berhasil membangunkan.
"Terus kalau udah siang kenapa sih ma?. Apa hubungannya dengan sona?", tanya sonali mulai kesal membuka matanya.
"Udah buruan bangun mama nggak suka ya punya anak gadis jorok yang jam segini belum mandi", ucap mama gulsi menarik selimut sonali. Dengan berat hati sonali pun bangun namun masih duduk di atas kasur dengan mata setengah terpejam.
"Buruan sonaaaa", pekik mama gulsi lagi membangunkan, sontak sonali melebarkan matanya. Dan sonali pun masuk ke kamar mandi membersihkan diri.
Di rumah berlantai dua. Seorang pria baru saja bangun dari tidurnya setelah sekian lama tidur. Ia pun menyandarkan punggung di kepala kasur miliknya sambil memijit pelipisnya yang masih terasa sedikit pusing. Ia melirik sekilas jam yang ada di dinding dan tak lama ia pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Di kediaman alkar tampak seseorang sedang mancari daftar kontak di ponselnya, setelah mendapatkan ia pun melakukan panggilan video call.
"Tuuuuttt...", telpon tersambung tak butuh waktu lama video call pun tersambung .
"Ya hallo dav", ucap anabia yang baru selesai mandi.
"Bia kamu baru selesai mandi?", tanya davion melihat anabia masih mengenakan handuk piyamanya.
"Iya aku tadi bangun kesiangan", jawab anabia mengaplikasikan skincare di wajahnya.
"Hari ini kamu nggak ada acarakan?. Aku jemput ya kita ke rumah mami papi aku", ajak davion pada anabia.
"Kayaknya aku nggak bisa dav aku ke lelahan, lain waktu aja ya sayang. Nggak apa - apa kan?", tolak anabia halus menghentikan jari diwajahnya sejenak menatap davion di ponselnya.
"Ck kapan sih kamu bisanya bia. Mereka ingin bertemu kamu dan lagi pula ada yang ingin aku bicarakan", kata davion berjalan menuju balkon kamarnya.
"Maaf dav aku capek, aku harap kamu ngerti", jawab anabia agak sedikit ketus mengeringkan rambutnya.
"Baiklah aku mengerti. Selamat beristirahat", ucap davion kesal mematikan telpon sepihak. Davion kembali ingin membawa anabia ke rumah ke dua orang tuanya ini namun lagi lagi dan lagi anabia menolak dengan berbagai alasan. Sebelumnya davion bermaksud ingin menanyakan itu kembali pada anabia di hadapan ke dua orang tuanya. Davion berpikir anabia akan sungkan menolak jika ia membahas pernikahan mereka di depan keluarga davion. Davion tidak pernah curiga pada anabia. Davion hanya berpikir bahwa anabia benar - benar butuh istirahat. Walau kesal davion tak ingin anabia lelah hingga sakit. Davion pun turun kebawah berkumpul dengan keluarganya kembali.
Setelah membersihkan dirinya di kamar mandi kemudian vano mengambil pakaian di lemari dan mengenakannya, tak lupa ia juga menyisir rambutnya. Dari cermin tempatnya mengaca saat ini matanya menangkap ponsel di atas nakas. Ia mengambil ponselnya, dan lalu melakukan video call pada anabia.
"Tuuutt... tuuutt..", panggilan tersambung.
"Ya sayang", ucap anabia masih mengeringkan rambutnya.
"Kangen", gombal vano.
"Ya udah kesini aja kalau kangen", jawab anabia melirik sekilas vano di ponsel.
"Dapat apa kalau kesana", ucap vano bertanya.
"Dapat aku", jawab anabia menyisir rambut panjangnya.
"Ok otw kita makan di luar bersiap lah", ucap vano meraih kunci mobil di atas nakas. Vano keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.
"Den makanannya udah bibik siapin", ucap bik inem.
"Makasih bik tapi sepertinya saya akan makan di luar hari ini", jawab vano melewati bik inem di meja makan.
"Selamat siang den", sapa pak iwan pada majikannya.
"Siang juga pak iwan", jawabnya tanpa menoleh memasuki mobil. Pak iwan pun berlari membuka pagar.
"Hati - hati den", kata pak iwan ketika mobil vano melewatinya dengan kaca mobil yang terbuka.
"Baik pak terima kasih", ucap vano menutup kembali kaca mobilnya. Ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hari ini vano ingin menghabiskan waktu bersama anabia. Ia berencana membawa anabia ke suatu tempat yang hanya ada dirinya dan anabia saja. Ia mengingat kembali saat tadi malam ia tak mabuk sepenuhnya dan ia ingin mencumbu anabia dan menyentuh bagian - bagian sensitif anabia yang di tolak anabia. Walau dia tau anabia sempat menikmatinya tapi dia tidak ingin mengambil secara paksa karena bagi vano akan tidak enak rasanya kalau di paksa. Akan lebih baik baginya menunggu waktu yang tepat untuk bercinta dengan anabia tanpa adanya paksaan. Dengan begitu akan sama - sama menikmati permainan yang hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments