Setelah melihat kepergian davion ika merasa tak tega melihatnya sekacau itu. Ika memang tidak tau keberadaan anabia, ika juga tak bisa menghubungi anabia. Anabia terlalu bodoh menyia - nyiakan orang sebaik davion.
"Son kamu mau belanja apa lagi?", mama gulsi bertanya.
"Kayaknya udah deh ma", jawab sonali melihat isi belanjaannya.
"Mama gimana apa masih mau belanja lagi?", sonali bertanya.
"Nggak juga deh kayaknya udah cukup segini aja", mama gulsi mengangkat barang belanjaannya.
"Mama laper", rengek sonali.
"Ayok makan", ajak mama gulsi.
Anabia terbangun dari tidurnya. Ia membuka kedua matanya, mengedarkan pandangan tapi tak mendapatkan vano. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia melihat ada banyak tanda merah di seluruh bagian tubuhnya.
"Tes...", air mata anabia menetes. Ia tak menyangka telah menyerahkan mahkotanya pada seorang vano. Ia tak menyangka sekarang ia sudah tak bergelar gadis lagi. Selama ini ia telah menjaga mahkotanya itu, bahkan davion tak pernah ingin menyentuhnya lebih seperti ini sebelum ada kata halal. Davion selalu menjaga anabia dengan baik tanpa di pinta siapa pun.
"Ibu maafkan aku telah berbuat kotor seperti ini. Maafkan aku tak berhasil menjaganya bu. Maafkan aku telah mengecewakan mu bu. Maafkan aku sudah mencoreng nama baik keluarga kita. Maafkan aku telah membuat ibu malu. Maafkan aku tak bisa menjadi kebanggaan ibu. Maafkan aku... Maafkan aku bu....", ucapnya dalam hati. Bahunya terguncang air matanya mengalir lebih deras. Ia menangis tanpa suara, hanya ada air bening yang keluar dari kedua sudut matanya. Ia sadar perbuatannya ini salah, tapi menyesal pun akan percuma semua telah terjadi. Lalu ia bangun menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya yang telah lengket. Akan tetapi disaat ia berdiri dan ingin melangkah bagian intinya terasa perih membuat kakinya susah di gerakkan.
"Aaaawwww", jerit anabia kesakitan di bagian intinya.
"Ternyata seperti ini sakitnya pecah perawan", ucapnya pelan melihat banyak darah di sprei.
"Tes..", air matanya kembali menetes. Ia berusaha tetap berjalan pelan menuju kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi ia mandi dengan sangat hati - hati, ia tak ingin bagian intinya semakin parah nantinya.
"Ma...... sonali udah kenyang ayo pulang nanti keburu papa sampai di rumah duluan", ucap sonali mengingatkan.
"Ya udah ayuk", mama gulsi mengajak. Mereka pun meninggalkan tempat makannya dan berjalan kaki beriringan.
"Ma kapan lagi kita kayak gini ya. Moga aja papa sering kasih izin kita buat jalan - jalan", sonali mengoceh.
"Makanya kamu belajar yang rajin dan tunjukkan perubahan mu pada papa", ucap mama gulsi menasehati.
Di apartemen davion baru saja sampai dan memasuki kamarnya. Ia duduk di lantai membelakangi ranjang empuknya, punggungnya dan kepalanya bersandar di ranjang. Pikirannya mulai terusik, seolah ada yang berbisik tentang anabia yang tak terisik. Otak davion bekerja mengingat semua penolakan - penolakan yang pernah di lakukan anabia padanya. Seolah ini bagai petunjuk baginya. Hati kecilnya mulai mencurigai anabia yang selama ini ia percayai dengan sepenuhnya.
"Aaaaakkkhhh... Dimana kamu bia?", teriak davion mengusap kasar wajah tampannya. Tak lama telpon davion pun berdering. Dengan cepat davion menerima telpon itu.
"Bos kami menemukannya, kekasih anda saat ini berada di sebuah villa di puncak bersama seorang lelaki dan mereka sudah semalam menginap disana. Kemungkinan besar sepertinya lelaki itu adalah teman dekat kekasih anda bos", ucap seseorang memperjelaskan.
"Deg", Rahang davion mengeras mendengar berita itu. Ia telah salah selama ini memberi kepercayaan lebih pada anabia. Ia pikir kepercayaan yang telah di berinya akan di jaga sepenuhnya.
"Kirimkan aku alamatnya sekarang. Dan cari tau siapa lelaki itu dan ada hubungan apa di antara mereka", ucap davion.
"Baik bos", ucap seseorang.
"Tuuut.. tuuttt", telpon terputus.
Davion yang malang tak menyangka saat ini kekasihnya sedang bersama dengan seorang pria. Bagaimana bisa?, Selama ini ia selalu menjaga anabia. Ia selalu tepat waktu menjemput dan mengantar pulang anabia. Davion tak pernah menaruh curiga sedikit pun pada anabia. Begitu mendapatkan alamat villa yang di tempati anabia gegas davion pergi tergesa - gesa. Kali ini ia akan menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, apakah benar kekasihnya anabia telah mendua di belakangnya. Atau ini hanya sebuah kesalahan paham saja. Davion tak tau apa langkahnya kali ini sedang menjemput bahagianya atau menjemput badai yang sedang menanti dirinya. Ketar ketir hati davion mengemudi memikirkan hal apa yang akan di hadapinya dan yang akan terjadi padanya nanti.
"Lendra tunggu", ucap seorang gadis menghentikan langkah kaki lendra.
"Berhenti mengikuti ku. Apa kau tak tau malu haaaaa", Bentak lendra dengan kasar.
"Hikss.. hiks... ", gadis cantik itu menangis.
"Apa begini cara mu menjajakan diri pada lelaki", bentak lendra kembali.
"Kenapa kamu jahat pada ku len hiks.. hiks...?", tanya gadis itu menghapus air matanya.
"Tak perlu menangis karena aku tak akan mengiba dan berbelas kasih pada mu", ujar lendra kembali berjalan.
"Kenapa hiks.. hiks.. kenapa kamu tidak bisa menerima ku?", tanya gadis cantik itu menghalangi langkah lendra di depan.
"Karena aku tak pernah dan tak akan pernah tertarik pada mu. Dan terlebih hati ku ini sudah ada pemiliknya", jawab lendra menunjuk dadanya.
"Tapi aku mencintai mu len", ucapnya jujur.
"Tapi aku tidak mencintai mu dan tak akan pernah", Ucap lendra memastikan, lalu ia berjalan kembali.
"Kenapa kamu tidak beri kesempatan pada ku hiks.. hiks..?", ucap gadis itu lirih menunduk.
"Dengar.... hati tidak bisa di paksakan. Cari lah tempat untuk hati mu", Ucap lendra terhenti lagi.
"Tapi hati ku memilih mu", ucap gadis cantik itu berkata jujur pada lendra.
"Tak perlu memilih ku, mengerti lah dan jangan mengganggu ku lagi", balas lendra berjalan cepat. Lendra meninggalkan gadis cantik itu pinggir jalan. Lendra merasa kesal dan muak setiap hari harus di kuntiti oleh gadis cantik itu. Ini semua karena mama lendra yang akan segera menjodohkan mereka. Di hati lendra saat ini hanya ada satu nama yang terukir yakni sonali. Jelas lendra tak menerima perjodohan itu. Hati kecil nya berkata akan tetap menunggu sonali, sampai akhirnya mereka di perbolehkan menjalin hubungan. Meski lendra sadar menunggu sonali akan membutuhkan waktu yang sangat lama tapi tak mengapa baginya asalkan lendra bisa bersama sonali gadis yang ia sayangi, kasihi, dan cintai. Lendra tidak ingin sonali di ambil oleh orang lain, sungguh lendra tidak ingin itu terjadi. Sedari dulu lendra sangat berjaga - jaga kalau ada lelaki yang mendekati sonali sebab ia takut kalau sonali akan kepincut oleh lelaki lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments