Tampak sepasang kekasih baru saja selesai makan siang bersama setelah sekian lama tak bertemu.
"Pejamkan mata mu", katak vano menuju anabia yang duduk berhadapan dengannya.
"Untuk apa?", tanya anabia.
"Sudah jangan banyak tanya tutup saja", jawab vano berdiri tepat di belakang anabia. Setelah memastikan anabia menutup matanya vano pun mengeluarkan kotak kalung dari saku kanannya. Lalu ia memakaikan kalung itu tepat di leher anabia.
"Buka", perintah vano dan anabia pun membuka matanya perlahan. Anabia menganga saat menoleh dan memegang kalung yang berada dilehernya.
"Apa ini untuk ku?", tanya anabia tak percaya memegangi kalungnya.
"Tentu saja", jawab vano disertai anggukan. Anabia terpana melihat sikap royal vano padanya. Anabia tak menyangka akan mendapatkan kejutan semanis ini.
"Hanya dengan vano aku bisa dimanjakan dengan barang mewah seperti ini beserta lembaran kertas alat tukar jual beli yang selalu rutin di berinya pada ku. Ck sama davion mana mungkin aku bisa seperti ini. Tidak salah aku telah mengandalkan vano dari pada davion yang tak seberapa kaya itu. Dan tak salah hari ini aku menerima ajakan makan siang vano dari pada davion. Aku semakin cinta pada mu vano", ucap anabia dalam hati.
"Kenapa diam?. Apa kamu tak menyukainya?", tanya vano menyadarkan lamunannya.
"Tentu saja aku suka. Terima kasih van", ucap anabia lagi memegangi kalungnya. Vano yang melihat ponsel anabia di atas meja mengambil dan membuka ponselnya. Memeriksa semua satu persatu dari isi ponsel anabia. Anabia yang melihat pun biasa saja karena itu adalah rutinitas vano pada ponselnya. Vano hanya ingin memastikan bahwa ia lah satu - satunya bagi anabia, itu sebabnya ia selalu rutin membuka ponsel anabia di saat mereka bertemu. Sementara ponsel anabia yang satunya lagi sengaja di tinggalkan di locker. Setelahnya vano mengantar anabia di hotel tempat anabia bekerja dan ia kembali pulang.
Di kantin kampus sonali hanya mengaduk aduk makanan di piringnya tanpa niat memakan. Sonali masih kepikiran dengan apa yang di lihatnya tadi pagi.
"Siapa dia?. Apa lendra di jodohkan dengannya?. Apa lendra menerimanya?. Lalu bagaimana dengan aku?. Apa dia tak tau aku selama ini juga menyukainya?. Apa dia tak tau betapa cemburunya aku tadi melihatnya bersama perempuan lain?", tanya sonali dalam hati masih mengaduk makanannya dengan pandangan ke depan.
"Bukannya di makan malah bengong. Lo kenapa sih", tanya hazel menyenggol pelan siku sonali.
"Tadi pagi gue di samperin lendra terus nggak lama ada perempuan cantik datang bergelendotan dengan lendra. Dan dia di undang makan malam sama nyokapnya lendra. Hati gue sakit zel ngelihatnya", jawab sonali sejujurnya memegang dadanya yang sakit. Hazel tau kalau sonali telah lama menyukai lendra begitu juga sebaliknya.
"Udah - udah gak usah sedih", ucap hazel melihat sonali berkaca - kaca.
"Lagian lendra cuma cintanya sama lo bukan yang lain. Jadi ngapain lo pikirin", ucap hazel lagi menenangkan sonali.
"Ya gue takut aja zel dia akan berpaling dari gue", kata sonali.
"Terus lo kenapa gak jujur aja sama dia kalo lo juga suka dia son?", tanya hazel.
"Percuma jujur gue juga nggak di bolehi pacaran. Jadi biarlah rasa ini gue pendam dulu sampai nantinya gue di perbolehkan pacaran sama papa", jawab sonali menjelaskan.
"Ya udah kalo gitu lo jangan sedih lagi. Palingan tu cewek cuma hama kecil", kata hazel menenangkan sonali.
Sedangkan di hotel tempat anabia bekerja ika tak sengaja melihat kalung yang berada di leher anabia. Ika adalah teman kerja anabia yang juga receptionist di hotel itu. Ika yang melihat anabia tengah fokus bekerja memberanikan diri bertanya pada anabia.
"Dari vano?", tanya ika memajukan mulutnya ke arah kalung anabia.
"Iya, baguskan", jawab anabia tersenyum memegangi kalungnya.
"Waahh enak banget ya jadi lo punya pacar dua dan keduanya rutin kasih ini itu", kata ika meledek.
"Ck davion nggak seroyal vano kali", jawab anabia menghentikan kerjanya.
"Lo nggak boleh gitu. Yang di beri davion lebih dari cukup. Lebih dari gaji kita berdua malah", ucap ika.
"Iya sih tapi vano tu beda tau nggak dia selalu manjain gue dengan barang - barang mewah. Kalau davion mana pernah beli beginian buat gue", ucap anabia mengangkat sedikit kalungnya dengan kedua jarinya.
"ih lo mah jahat banget. Tapi emang lo nggak merasa kasihan apa mengkhianati mereka", tanya ika penasaran.
"Ya nggak lah. Ngapain juga kasihan", jawab anabia enteng.
"Terus lo nggak takut ketahuan salah satunya?", tanya ika lagi penasaran.
"Kalo untuk vano gue takut, takut banget malah. Tapi kalau davion sih enggak. Vano tu aset berharga gue. Sedang davion cuma hanya atm berjalan gue yang tak seberapa. Lo tau jalan sama davion tu monoton yang di bahas cuma nikah nikah dan nikah. Beda jauh sama vano setiap jalan sama vano selalu manjain aku dengan barang - barang mewah di tambah lagi uang yang selalu rutin di kasihnya dan dia juga mengerti gue yang nggak pernah mau bahas tentang pernikahan", ucap anabia sejujurnya.
"Ya ampun lo matre banget sih bi", ucap ika tak percaya kalau temannya sematre itu. Sedang yang di pikirkan ika selama ini anabia hanya matre saja atau standart biasa.
"Bukan matre tapi realistis", ucap anabia melanjutkan kerjaannya. Ika yang mendengarkan pun menggeleng gelengkan kepalanya melihat anabia.
Sore harinya sonali yang baru saja keluar dari kelas berjalan beriringan dengan hazel menuju parkiran. Belum sampai di parkiran tiba - tiba sonali mematung melihat lendra masuk ke dalam mobil di ikuti perempuan cantik yang tadi pagi bersama lendra. Hazel yang melihat sonali terpatung mengikuti arah mata sonali yang melihat lendra bersama seorang perempuan cantik. Lagi hati sonali di buat sakit oleh pandangan yang tak mengenakkan hati. Setelah mobil lendra menghilang di hadapnnya barulah ia melanjutkan langkah kakinya yang di iringi hazel. Hazel di antar sonali karena mobil hazel sedang berada di bengkel.
"Pak kita antar hazel pulang dulu ya", kata sonali pada pak wawan yang baru aja masuk ke dalam mobil.
"Baik non", jawab pak wawan.
"Itu tadi cewek yang lo maksud", tanya hazel berbisik di telinga sonali. Hazel tak mau jika pak wawan dengar dan mengadu ke papa sonali.
"Iya, lo lihat kan tu cewek udah kayak penguntit lendra. Selalu aja nempel ke lendra najis gue", jawab sonali berbisik pelan juga di telinga hazel.
"Hehehe kayaknya saingan lo berat juga tu son", ucap hazel tertawa meledek.
"Sialan lo", ucap sonali kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments