"Hoaammm", anabia menggeliat terbangun dari tidurnya. Ia melihat ke arah samping menadapatkan vano yang tersenyum sedang memeluknya. Anabia kaget dan segera duduk lalu ia menyingkap selimut yang menutupi hampir semua tubuhnya. Ia merasa lega karena pakaian yang di kenakannya masih utuh terpakai. Vano yang melihat tingkah anabia pun mengerti akan kecemasan anabia. Vano pun duduk berhadapan dengan anabia di atas kasur.
"Apa yang kamu pikirkan", tanya vano pada anabia. Anabia hanya menggeleng sabagai jawaban dari pertanyaan vano tadi.
"Apa kamu berpikir aku akan mengambilnya tanpa izin dari mu?", tanya vano menunjuk bagian inti milik anabia.
"Ti-... tidak", jawab anabia gugup.
"Sudahlah jangan berpikir yang tidak - tidak. Bangun dan mandilah, aku akan menunggumu di meja makan", ucap vano berdiri dan berjalan keluar kamar. Tapi anabia tak menjawab ia masih mematung di atas kasur. Kaki vano pun terhenti ketika sampai di pintu kamar, ia membalikkan badannya melihat anabia.
"Bi disana ada beberapa pakaian untuk mu, pakailah", ucap vano menunjuk lemari pakaian. Bola mata anabia mengarah lemari pakaian yang di tunjuk oleh vano. Vano pun keluar menutup pintu kamar. Anabia masih setia mematung di kasur empuk itu.
"Sayang kamu dimana?", tanya seorang wanita yang merupakan kekasih lain vano di telpon.
"Aku sedang ada kerjaan di luar kota", jawab vano berbohong.
"Lalu kapan kamu akan kembali", tanya wanita itu lagi.
"Mungkin minggu depan", ucap vano singkat.
"Kenapa lama sekali?. Aku merindukan mu disini", rengek wanita itu pada vano.
"Bersabarlah, aku juga merindukan mu", ucap vano meyakinkan kekasih lainnya.
"Baiklah aku akan sabar menunggumu kembali disini. Bye", ucap wanita itu mengakhiri.
"Hmmm bye", ucap vano juga.
"Tuuuttt... Tuuuttt...", telpon terputus.
Setelah kepergian vano dari kamar. Anabia berjalan menuju kamar mandi guna membersihkan dirinya. Tapi baru saja sampai kamar mandi perutnya berbunyi menandakan bahwa ia sangat lapar saat ini. Anabia pun terpaksa menunda mandinya, ia memutuskan akan mencuci muka saja setelah makan ia akan mandi. Anabia pun cepat mencuci mukanya dan setelahnya ia keluar kamar menuju ruang makan dimana vano sedang menunggunya.
"Tap... tap... tap...", suara kaki anabia terdengar menuruni tangga. Vano yang mendengar pun menoleh pada anabia. Namun vano terkejut mendapati anabia yang masih mengenakan baju sebelumnya yang menandakan anabia belum mandi.
"Bi kenapa belum mandi", tanya vano menunjuk anabia.
"Aku lapar", jawab anabia menduduki kursi meja makan.
"Aku makan dulu sehabis makan aku akan mandi", ucap anabia mengambil nasi dan beberapa lauk di dalam piringnya.
"Baiklah", jawab vano singkat mengambil nasi dan juga beberapa lauk lainnya.
"Kita ada dimana?", tanya anabia menyapu pandangannya di sekeliling ruangan.
"Villa, apa kamu suka", tanya vano juga.
"Suka, tempatnya indah", jawab anabia dengan mulut yang penuh makanan.
"Apa kita akan bermalam disini?", tanya anabia sedikit takut.
"Hmmm tentu saja", jawab vano singkat.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanku disana", tanya anabia menghentikan makannya sejenak menatap vano.
"Aku sudah mengaturnya kamu di izinkan cuti seminggu", ucap vano benar adanya.
"Apa kamu yakin. Aku takut akan dipecat nanti", tanya anabia memastikan sekali lagi.
"Jika kamu tidak percaya kamu bisa tanyakan pada teman mu itu", ucap vano kembali meyakinkan. Anabia pun kembali makan dengan tenang mendengar penuturan vano. Tentu anabia takut kalau sampai ia di pecat. Selama ini ia memang tak pernah mengambil cuti. Bahkan sakit sekali pun ia tetap bekerja. Anabia memandangi wajah vano yang tampan. Ekor mata vano menyadari pandangan anabia.
"Kenapa melihat ku seperti itu", tanya vano meneruskan makannya tanpa menoleh.
"Terima kasih kamu selalu ada untuk ku", ucap anabia tulus.
"Tidak perlu berterima kasih, aku selalu ada untuk mu sayang", balas vano menggombal. Anabia tersenyum manis mendengar ucapan vano yang di duganya sungguhan namun hanya gombalan. Anabia tak tau saja siapa vano sebenarnya. Vano yang melihat anabia dari ekor matanya tersenyum penuh seringai. Selesai makan vano mengambil sebatang rokok dan menyalakan korek. Ia pun menghisap rokok sambil menunggu anabia selesai makan. Tak berapa lama anabia telah menyelesaikan makannya.
"Bi .. Pergi mandilah, tidak perlu membersih kan ini karena akan ada yang membersihkannya", ucap vano menunjuk meja makan yang berserakan.
"Baiklah, aku mandi dulu", ucap anabia pasrah berlalu menaiki tangga menuju kamarnya.
"Hmmm", jawab vano singkat.
Setelah selesai mandi anabia mengambil baju di dalam lemari yang akan di kenakannya. Ia memilih beberapa darinya yang ada di lemari. Namun sebuah tangan kekar melingkar di pinggang ramping anabia. Anabia terkaget melihat tangan itu, ia langsung menoleh siempunya tangan dari pandangan sampingnya. Vano menatapnya dengan pandangan yang tak bisa di artikan.
"Vano apa yang kamu lakukan?", tanya anabia memilih pakaiannya kembali.
"Peluk... apa aku tak boleh memeluk mu lagi?", tanya vano berpura sedih.
"Tentu boleh sayang, tapi keluarlah dulu karena aku ingin memakai pakaian", ujar anabia meminta.
"Pakai saja aku tidak akan nakal pada mu", ucap vano semakin mengeratkan pelukkannya.
"Vano aku tidak bisa bernafas kalau kamu memeluk ku seperti ini", protes anabia terasa sesak.
"Kamu wangi sekali bi", gombal vano menciumi pipi anabia, melonggarkan pelukannya. Anabia awalnya biasa saja menerima ciuman vano. Tapi lama kelamaan anabia terangsang. Vano ******* bibir sexy anabia dan anabia membalas ciuman vano. Tangan vano tak tinggal diam menuruni sedikit handuk piyama yang di kenakan anabia sampai ke bahunya. Vano mencium leher putih nan halus anabia dengan lembut hingga anabia terdengar mendesah kecil. Vano tak mau menyia - nyiakan kesempatan ini, ia langsung menggiring anabia di ranjang. Dengan bibir yang masih berciuman vano merebahkan tubuh anabia di atas ranjang kemudian ia menindih tubuh anabia. Tangannya melepas ikatan handuk piyama dan melemparnya kesembarang tempat. Vano menyudahi aksi ciumannya demi melihat tubuh polos anabia. Namun anabia yang tersadar menutup dadanya dengan kedua tangan dan dia berusaha ingin bangun namu vano mendorongnya hingga anabia sekarang berada di bawah kukungan vano.
"Vano jangan", anabia memohon menggelengkan kepalanya.
"Kenapa hmm?. Apa kamu tidak mencintaiku?", tanyanya berbisik mulai meraba di bagian inti anabia.
"Vano hentikan", pinta anabia tak menjawab pertanyaan vano.
Vano dengan cepat menyambar bibir sexy anabia dan ********** kembali hingga lama. Vano sengaja mencium bibir anabia lama agar kembali anabia terangsang. Dan benar saja anabia mendesah pelan, tangan vano mulai menjalar ke area sensitif. Vano menuruni ciumannya ke leher hingga ke bawah dan memberi banyak tanda merah disana. Anabia mendesah semakin keras. Tak mau menunggu lama vano pun melakukan penyatuan miliknya dan milik anabia. Dan terjadilah malam panas penuh peluh diantara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments