Mata Bagas seakan memberikan isyarat untuk Wilona memperhatikan ruangan tersebut kembali secara teliti, apakah dia yang salah atau Wilona yang salah. Untuk sesaat Wilona terdiam dan melihat ada beberapa lukisan yang pastinya lukisan tersebut terkenal dan juga warna dinding yang elegan dan berkarisma membuat Wilona terdiam dan merasa malu karena ternyata dia yang salah.
"Hmm baiklah aku yang salah, tapi kenapa kau tidur di dekatku? kau bisa tidur dimana saja dan lagipula aku tidak meminta untuk dirawat di kamar ini," jelas Wilona ketus.
Bagas akhirnya berdiri dari tempatnya dan melangkah ingin meninggalkan Wilona karena dia sangat malas berdebat di pagi hari. Berbeda dengan Wilona yang masih menuntut jawaban dari Bagas membuat Bagas terpaksa memberi jawaban yang pedas untuk semua pertanyaan Wilona.
"Pertama; kau tidur di kamarku dan aku yang menyelamatkanmu, harusnya kau berterimah kasih. Kedua; tidak ada salahnya aku tidur disini, kau istriku dan yang ketiga; tidak usah naif, kau sudah pernah tidur dengan lelaki lain dan aku tahu semuanya, bahkan identitas pria tersebut, hmm menjijikan," ucap Bagas kemudian berlalu.
Wilona terdiam dan rasanya ingin menangis. Dia lupa sedang berada di dunia novel dan menggantikan sebuah peran antagonis dari cerita yang di buatnya sendiri, walaupun begitu Wilona masih merasa sakit dalam hatinya, Bagas mengatakan hal yang membuat Wilona merasa itu tidak pantas untuk diterimanya
Ada rasa ingin memberikan pembelaan untuk dirinya sendiri tapi dia urungkan kembali. Pelayan kembali memasuki ruangan dan menyapa Wilona serta memperkenalkan diri dengan benar bahwa dia saat itu akan menjadi pelayan tetap untuk Wilona.
"Lucia? aku sangat senang kau menjadi pelayanku, kau tahu tidak? kau sangat mirip dengan sahabtku Cia di dunia nyata," jelas Wilona yang senang.
"Di dunia nyata? maksud nyonya?," timpal Lucia.
"Hm, sudahlah, duduk di depanku, kita tos dulu," ucap Wilona kembali.
"Tos?," timpal Lucia bingung.
Wilona akhirnya kembali menepuk tempat di dekatnya dan meminta Lucia duduk. Wilona mengajarkan apa yang dimaksud tos, dia menaikkan tangannya dan menepuk tangan Lucia, lalu tertawa. Lucia dengan wajah yang bingung merasa aneh dengan tingkah Wilona.
"Hmm, ini salahku karena menciptakan dunia ini dengan sangat kaku," gumam Wilona yang suaranya masih bisa Lucia dengar.
Lucia hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan tingkah aneh majikannya itu. Wilona kemudian bertaya tentang apa yang terjadi sebelumnya. Lucia bahkan menceritakan bagaimana informasi Wilona mendapat gigitan ular dalam kediaman itu disembunyikan karena tuan Abraham sedang berada di luar negeri urusan bisnis.
Bagas meminta semuanya tutup mulut. Dia tidak ingin Abarham tahu maslaah yang terjadi di rumah tersebut karena Bagas tidak ingin Abraham meragukan kepemimpinan Abraham dalam segala hal. Wilona paham untuk itu dan dia mengangguk dengan tenang.
"Apakah kau tahu atau mendapatkan informasi siapa yang melakukan ini? karena aku yakin ular itu sengaja di simpan di dalam gudang dan semuanya telah di rencanakan dengan sangat matang," ucap Wilona.
Lucia hanya menggeleng dan tidak berani menjawab. Lucia mengatakan bahwa sepengetahuannya saat itu Bagas pun masih menyelidikinya walau dia mencurigai seseorang dia tidak ingin menuduh tanpa bukti. Tepat setelah itu, Lucia menjelaskan hal yang lain kepada Wilona, bagaimana Bagas sangat menjaganya sepanjang malam, membuat wajah Wilona memerah dan bersipu malu.
"Tidak mungkin manusia es itu memberiku perhatian," ucap Wilona.
"Saya berani bersumpah nyonya, tuan sendiri yang membersihkan tubuh nyonya menggunakan kain basah yang dia perintahkan untuk aku siapkan semalam," jelas Lucia.
"Ha?? maksud kamu, dia yang menggantikan gaun yang aku kenakan?."
Lucia hanya mengangguk. Wilona kembali menutup wajahnya dan mengusap pipinya, sesekali dia menghembuskan nafasnya berat dan merasa gusar. Dia tidak percaya apa yang dia dengar dari Lucia.
"Berarti dia sudah melihat tubuhku??? tidak mungkin, aaaaaaa....."
Lucia kembali tidak mengerti tentang apa yang Wilona lakukan, dia hanya berdiri mematung dengan wajah yang bingung menunggu perintah selanjutnya.
...----------------...
Esok hari.
Wilona telah pindah perawatan di bungalaonya sendiri, dokter pun merasa itu sebuah keberuntungan karena tidak semua yang terkena gigitan ular berbisa akan sembuh dengan sangat cepat bahkan di luar dugaan, tubuh Wilona kembali segar dengan sangat cepat seperti sedia kala.
Penjelasan dokter tidak membuat Bagas bisa tenang, dia masih memerintahkan Lucia menjadi pelayan Wilona dan melaporkan segala apa yang dia lakukan kepada Bagas setiap saat. Apa yang Wilona inginkan dan apa yang Wilona rencanakan.
"Hmm, aku sangat merindukan cafe yang berada tidak jauh dari rumahku di dunia nyata, aroma kopinya sangat harum dan menggugah selera," jelas Wilona.
Lucia kembali merasa bingung, dunia nyata seperti apa yang selalu Wilona gumamkan itu dan juga cafe kopi dekat rumah? setahu Lucia dia adalah satu putri konglomerat yang bertempat tinggal di salah satu kawasan elit. Bahkan jika ada tempat makan atau sebagainya, tersedia pada restoran bintang lima bukan buah cafe.
"Aneh," gumam Lucia.
"Ah, lihat, itu bukannya Nindi ya?," ucap Wilona.
Lucia melihat hal itupun membenarkan, Wilona penasaran apa yang Nindi lakukan saat itu. Dia terlihat begitu bersemangat berjalan dengan beberapa pelayan. Lucia sudah menebak bahwa Nindi akan menuju ruangan dapur dan memasak makan siang untuk Bagas. Lucia juga menjelaskan bahwa informasi yang dia ketahui, saat Wilona terjebak di dalam gudang, dia yang memberitahu Bagas dan akhirnya dia bisa tertolong.
"Ha? aku harus berterimah kasih kepadanya, Bagas sangat beruntung memiliki istri sebaik dia, menyiapkan makan siang dan keperluan Bagas," jelas Wilona.
"Tapi nyonya, tuan Bagas tidak pernah menyantap makan siang yang disediakan oleh nyonya Nindi."
"Kenapa?"
"Saya tidak tahu nyonya."
Wilona tidak peduli lagi dengan jawaban Lucia, dia akhirnya berjalan dengan sangat cepat menuju arah daput menemui Nindi untuk pertama kalinya. Nindi yang tengah sibuk terlihat mengolah bahan makanan bersama para pelayan terhenyak ketika seseorang memanggil namanya dengan lembut.
Nindi berbalik dan melihat ke arah sumber suara tersebut, dia terpaku ada Wilona di sana yang sedang tersenyum ramah dan berjalan mendekat ke arahnya. Wilona mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan diri, Nindi yang awalnya terdiam meraih tangan Wilona karena wanita dihadapannya itu terasa sangat berbeda dari yang sebelumnya.
"Nindi, thanks yaa, karena telah memabntuku."
"Thanks? apa itu?"
Wilona yang mendengarnya menepuk jidat, dia lupa bahwa dalam novel yang dibuatnya menggunakan bahasa formal tanpa campur dengan bahasa asing. Wilona akhirnya menjelaskan bahwa itu sebagai bentuk ungkapan dari ucapan terimah kasih, Wilona pun menggenggam tangan Nindi dan merasa bersyukur untuk bantuannya.
"Tidak apa-apa, sudah tugasku. Lagi pula kau adalah nyonya utama di rumah ini, aku bukan siapa-siapa jadi kau tidak boleh terluka sedikit pun," jelas Nindi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments