Minim akhlak

Jam menunjukan pukul 08.30, Suasana SMA Bakti Rahendra terlihat tenang dimana para siswa siswi sedang fokus belajar di kelas masing masing dan ada juga yang diluar kelas. Di jam pelajaran pertama, Nampak kelas 11 IPA 1 sedang bersantai, tak ada guru yang sedang mengajar, namun ketertiban dan ketenangan para penghuninya wajib di ancungi jempol, semua siswa siswi sibuk dengan aktifitas masing maisng namun tidak saling mengganggu satu sama lain.

ada yang sibuk belajar bersama, membawa buku sendiri sendiri, makan, dan berkumpul bersama dalam rangka curhat dan berghibah pagi. semua murid terlihat tenang dan santai dengan aktifitasnya, termasuk seorang gadis berwajah arogan dengan rambut hitam panjang terurai di kursi samping jendela yang nampak sibuk menatap kosong ke depan.

Diva terdiam menatap keluar jendela dengan kedua tangan bersidekap di dada. matanya nampak mrnatap kosong namun pikirannya seperti sedang bertarung. Ketenangan di kelasnya membuatnya semakin nyaman berlarut dalam lamunannya.

"Diva..,div, diva!" Suara seorang wanita dengan nada semakin meninggi di akhir kalimat karena orang yang di panggil tak juga menyahut dan merespon dirinya

Lamunan diva seketika buyar saat bu caca memanggilnya tepat di sampingnya. tak hanya diva, seisi kelas yang tadinya sibuk dengan aktifitas masing masing mendadak mengalihkan pandangannya kearah bu caca dan diva.

"eh maaf, ada apa bu?" ucap diva sembari memperbaiki posisinya

Bu caca hanya menggelengkan kepalanya sambil berkacak pinggang,

"ini masih pagi loh div, udah ngelamun aja kamu" ucap bu caca sambil menggelengkan kepalanya,

diva hanya tersenyum canggung dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"Sekarang kamu ikut ibu ke kantor yah," ucap bu caca dengan nada santai

diva mengerutkan kedua keningnya tak mengerti

"kantor?, buat apa bu?" tanya diva heran

bu caca menerbitkan senyumannya lalu menghembuskan nafas pelan.

"gak usah banyak tanya, ayo pergi!" ucap bu caca lalu bergegas pergi dari hadapan diva yang nasih heran dengan ucapannya

Diva terdiam sejenak lalu bangkit dari duduknya dan bergegas mengikuti langkah bu caca dari belakang. kepergian diva diiringi oleh tatapan penuh tanya oleh teman sekelasnya, termasuk Renal ketua kelas diva.

Diva ikut mendudukan dirinya di depan meja bu caca yang juga duduk dikursinya. bu caca nampak sibuk mencari sesuatu di dalam laci hingga tangannya mengulurkan selembar kertas di hadapan diva. Diva lalu mengambil kertas tersebut dan membacanya.

Diva sedikit terkejut saat membaca surat yang tak lain adalah surat undangan untuk mengikuti olimpiade fisika tingkat nasional. diva kembali mengalihkan pandangannya ke arah bu caca yang sudah tersenyum melihat dirinya.

"iya, kamu juara 2 olimpiade kemarin, jadi kamu diundang lagi buat mengikuti olimpiade di tahap selanjutnya."

diva mengerjabkan matanya berulang kali,tak percaya dirinya mendapatkan juara hanya dengan modal menyimak dan mengandalkan kepintaran warisan dari ibunya. Harusnya diva akan merayakan pencapaiannya itu, namun bukan seorang diva jika dia tidak malas dan enggan mengikuti olimpiade. ia lalu teringat saat dirinya mengikuti olimpiade dan selalu merasa tidak nyaman dalam ruangan yabg berisi orang orang yang saling bersaing dengan kepintarannya. diva lalu menerbitkan senyum kecutnya dan menyodorkan kembali surat tersebut ke bu caca dan mencoba mencari alasan agar dirinya bisa bebas dari olimpiade.

"kenapa gak devi aja bu?, kan aku cuman gantiin dia kemarin" ucap diva sembari menyodorkan surat itu

Bu caca lalu mengerutkan keningnya melihat diva seolah menolak hal yang sangat diinginkan oleh para siswa siswi pada umumnya.

"Tapi kamu yang menang, otomatis tetap kamu yang harus ikut olimpiade selanjutnya sebagai devi" ucap bu caca mencoba membujuk diva

"Devi aja bu, diva gak bisa, palingan itu cuman kebetulan bu, kalau devi yang ikut pasti juara 1 deh bu!" ucap diva mencoba menyakinkan bu caca yang nampak bingung

bu caca mempertimbangkan penolakan diva, namun disisi lain ia juga yakin bahwa diva menang di olimpiade tingkat nasional nanti, tapi devi juga sudah tdk diragukan lagi. bu caca beroerang dengan pikirannya, ia bingung harus bagaimana. Bu caca lalu menghembuskan nafas panjang dan kembali menatap diva.

"Yaudah kalian berdua tetep ikut bimbingan" Putus bu caca sambil menatap yakin pada diva

diva mengerutkan keningnya menatap bu caca dihadapannya.

"loh, tapi bu_" ucap diva terhenti saat bu diva mempertajam tatapannya

"gak ada tapi tapian!, ibu gak mau kejadian kemarin terulang lagi, lagian kenapa sih kemarin devi tiba tiba hilang?" tanya bu caca masih bingung dengan kedian beberapa hari yang lalu.

Diva menghembuskan nafas kasar dan malas menanggapi pertanyaan bu caca.

"iye deh bu, yaudah aku keluar dulu" pasrah diva dan langsung beranjak dari meja bu caca dan bergegas keluar kantor tanpa menghiraukan bu caca yang menunggu jawaban darinya.

Bu caca hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan diva, yang sedikit minim akhlak, namun karena ia dibutuhkan saat ini, jadi bu caca tidak jadi menegurnya, dari pada nanti diva marah dan tidak ingin ikut bimbingan. lebih baik bu caca diam untuk srmentara

"Dasar anak itu!", gumam bu caca lalu menghembuskan nafas pelan

Diva berjalan dengan wajah penuh emosi keluar dari kantor. ia sesekali berdecak kesal melampiaskan kekesalannya.

"iih, males banget gue kek gini,akh" ucap diva lalu menendang dinding koridor dengan pelan.

~tringgggg, Saat nya Istirahat, tringggggg

suara bel menggema di koridor dan membuat diva tersenyum lega

"Pas banget," ucap diva lalu mengubah arah langkah kakinya menuju ke kantin.

Diva berjalan santai memasuki kantin yang mulai ramai dengan siswa siswi yang berdatangan. Wajah Datarnya membuat para siswa siswi lain enggan menyapa dan hanya memberinya jalan. pandangan diva tertuju pada seorang gadis berpakaian lusuh dengan rambut yang di kepang serta kacamata bulat yang melindungi matanya. Gadis itu nampak bolak balik mengantarkan makanan dan minuman ke salah satu meja yang diduduki oleh 5 orang gadis. sesekali gadis itu di dorong dan di caci maki dihadapan ke5 gadis yang duduk di meja itu. diva mengerutkan keningnya mencoba mengenali gadis cupu itu. ia mengepalkan tangannya saat tahu siapa gadis itu. diva berjalan setenang mungkin kearah gadis cupu tersebut dan langsung menghentikan kegiatan gadis tersebut yang tengah membawa segelas jus lemon di tangannya. gadis culun itu lalu menoleh dan menatap diva yang memasang wajah datar. diva menatap datar pada gadis tadi dan langsung mengambil alih minuman di tangannya. sementara ke5 gadis tadi sudah ketar ketir saat melihat kehadiran diva di hadapannya, diva berjalan mendekat ke arah meja ke lima gadis itu dengan wajh datarnya. dan

Byurrrrrr

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!