Ibu kenapa?

Devi dan diva sontak menoleh secara bersamaan kearah ibunya yang mematikan tv secara tiba tiba.

Diva dan devi menatap heran dan penuh pertanyaan pada ibunya. devi baru saja membuka mulutnya bersiap untuk mengeluarkan pertanyaan dari mulutnya namun, diva sudah lebih dulu menutup mulutnya dengan 1 jari. Diva memberi kode kepada devi untuk tetap diam. Nindi nampak berusaha mengatur nafasnya yang memburu sambil memejamkan matanya dan berusaha menyelesaikan ikatan terakhir sayurannya. ia lalu menaruh seikat sayur bayam terakhir diatas sayuran lain yang sudah di ikat tadi.

Nindi beranjak dari duduknya dan langsung masuk kedalam kamarnya kembali tanpa menoleh dan mengeluarkan sepatah kata pun pada devi maupun diva.

Diva dan devi menatap mengiringi kepergian ibunya tanpa berkutik. keduanya saling melempar pandangan penuh tanya. devi lalu bergegas mendudukan dirinya di samping diva dan mengambil alih remote yang tadi di campakkan ibunya

~ tv di nyalakan

diva lalu memukul paha devi sembari berbisik

"volumenya kurangin gila!" ucap diva dengan nada berbisik

devi sedikit meringis menerima pukulan dari diva, tangannya lalu bergerak memencet salah satu tombol pada remote untuk mengurangi volume tv. keduanya fokus menatap tv yang tengah menyiarkan berita pagi.

"kira kira ibu kenapa yah?" lirih devi sambil menatap berita pagi yang membahas tentang perusahaan ternama di kotanya yang tengah mengalami naik daun.

diva mengendikan bahunya lalu bergegas beranjak dari duduknya dan membersihkan ruang tamu yang cukup berntakan. devi lalu kembali mematikan televisi merasa tidak ada lagi yang perlu di teliti. ia bergegas beranjak dari ruang tamu menuju ke kamar mandi untuk bersih bersih.

Sementara itu di dalam kamar, nindi nampak menatap lurus ke luar jendela dimana matahari belum sepenuhnya menampakkan dirinya. Nindi menghembuskan nafas pelan sambil mengusap lembut sebuah buku yang nampak usang ditangannya.

"pah, kapan semuanya berakhir?" ucap lirih nindi sembari mengusap sebuah foto lelaki berpakaian bak seorang pengawal dengan wajah arogan.

nindi membuka lembaran demi lembaran buku itu yang berisi banyak foto dan tulisan di dalamnya, ia menghentikan jarinya yang terus membuka buku saat pandangannya tertuju pada sebuah foto bayi lelaki yang nampak berusia 4 bulan itu. tanpa ia sadari, nindi meneteskan air mata sambil mengusap foto bayi itu dan tersenyum penuh ketulusan.

nindi lalu mengalihkan pandangannya ke sebuah foto 2 bayi perempuan berumur 3 bulan. nindi tak henti meneteskan air matanya sambil tersenyum haru. ia terus membuka lembar demi lembaran buku itu hingga pandangannya kembali teralihkan pada sebuah foto yang menampilkan seorang pria bertubuh atletis dengan pakaian serba hitam dan seorang wanita cantik di sampingnya yang sedang menggendong bayi lelaki.

Tok, tok tok

suara pintu diketuk membuat lamunan nindi buyar, nindi sontak mengalihkan pandangannya kearah pintu,

"maa, mama ini udah siang loh, mama gak mau kepasar?" ucap devi dari balik pintu dengan nada pelan,

nindi menyeka air matanya dan langsung bergegas menuju ke arah pintu. sebelum itu ia terlebih dahulu menyimpan buku tadi di bawah kasur. nindi membuka pintu dan langsung melihat devi yang nampak baru selesai mandi dengan rambut yang dibungkus handuk di kepalanya.

nindi menerbitkan senyumnya pada devi yang juga membalas senyumnya, baru saja devi akan mengeluarakan pertanyaanya, nindi sudah lebih dahulu meninggalkan devi menuju ke kamar mandi.

"ibu kenapa sih hari ini" keluh devi tak mengerti dengan situasi pagi hari ini.

jam menunjukan pukul 06.00, dimana diva dan devi sudah siap dengan seragam sekolahnya. devi terlihat sibuk membuat sarapan di dapur dan diva terlihat sibuk memindahkan sayuran yang akan di bawa ke pasar ke dalam keranjang sepeda milik devi. ini adalah salah satu alasan mengapa devi lebih sering membantu ibunya di pasar, selain karena tak punya kegiatan lain, devi juga suka bersepeda dan untungnya sepedanya memiliki keranjang yang cukup untuk mengangkut sayuran dan beberapa barang jualan.

Devi meletakan nasi goreng buatannya di atas meja dengan 3 gelas teh panas yang terususun rapi. tak lupa pula, ia meletakkan 2 Tupperware berisi sandwich buatannya untuk dirinya dan diva bawa kesekolah sebagai bekal.

"makan yu!" seru devi dari dapur sambil mendudukan dirinya di meja makan menunggu kedatangan ibu dan adiknya

tak lama kemudian diva datang dari arah ruang tamu dan langsung bergegas mencuci tangannya di wastafel.

"mama belum keluar?" tanya diva sambil mencuci tanganya

pintu kamar dapur dibuka dan menampilkan sosok nindi yang sudah siap dengan pakaiannya ke pasar.

devi dan diva mengalihkan pandangannnya ke arah nindi yang nampak sudah membaik dari sebelumnya.

"eh udah makan ternyata" ucap nindi sambil berjalan kearah meja makan.

"makan bu" ucap devi mempersilahkan ibunya duduk

diva menyelesaikan cuci tangannya dan bergegas ikut mendudukan dirinya di meja makan bersama ibu dan kakaknya.

"wih apa nih" ucap diva sembari membuka satu Tupperware di sampingnya.

"sandwich buat kamu sama aku" ucap devi sambil menguapkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

"tumben" ucap diva kembali menutup Tupperware itu setelah mengetahui isinya.

"Gimana olimpiade kamu kemarin?" tanya nindi teringat bahwa 2 hari yang lalu devi olimpiade

"lancar ko bu" jawab diva sambil menginjak kaki devi yang baru saja akan bicara dengan jujur

devi sedikit meringis saat diva menginjak kakinya dari bawah meja. ia hanya bisa menggigit bibirnya yang hampir saja mengucapkan kejadian yang sebenarnya pada 2 hari lalu tepatnya saat olimpiade

"udah ada pengungumannya?" tanya nindi sembari menikmati nasi goreng buatan putri sulungnya itu

devi menggelengkan kepalanya sambil menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"belum bu, kayaknya masih lama deh" ucap devi yang sebenarnya juga tidak tahu kapan pengungiman hasil olimpiade, pasalnya bukan dia yang mengikuti olimpiade, tapi untuk menyembunyikan tragedi pembuliannya ia terpaksa berbohong agar ibunya tidak khawatir.

nindi mengangguk paham lalu kembali melanjutkan makannya. diva makan dengan santai sambil memainkan ponsel ditangannya. ia membaca satu pesan di room chat kelasnya. Ia hanya menjadi tim nyimak, bahkan ia bisa dikatakan tidak pernah mengirim 1 huruf saja di room chat kelasnya itu. ia hanya memanfaatkan room chat itu sebagai media informasi utama di sekolahnya.

•| 11 IPA 1? |•

From : ~ +6282

kayaknya nanti jamkos deh

From : ~ +6284

kenapa tuch

From : ~ +6283

kenapa lagi?

From : ~ +6285

tumben banget

From : ~ +6289

oh iya ya, kan pak ilham pindah jadi mapel seni kosong dong berarti

From : ~ +6287

lah iya juga ya

From : ~ +6282

tapi gak menutup kemungkinan ada guru pengganti,

From : ~ +6283

aelah, bahagian aja kali

From : ~ +6286

Sejarah sih kalau Jamkos

From : ~ +6285

Mari bergembiraa!!!!

From : ~ +6288

😳🤩

diva meletakkan hpnya di atas meja saat menyelesaikan suapan terakhirnya, ia lalu meneguk sedikit demi sedikit teh hangat di gelasnya. sementara itu, devi dan nindi sudah beranjak dari duduknya.

"div, jangan lupa buat sapuin kamar ibunya" ucap devi mengingatkan adiknya, pasalnya tadi pagi diva tidak sempat menyapu kamar ibunya karena ibunya menguncinya dari dalam.

diva mengangguk sambil membersihkan meja makan,

"yaudah, ibu sama kakak kamu duluan yah, hati hati dirumah!" ucap nindi sambil menyulurkan tangannya kearah diva yang langsung diterima

diva lalu menyalami tangan ibunya dan tersenyum manis. ia lalu kembali membereskan meja makan dan langsung mencuci piring bekas makan mereka tadi.

Jam menunjukan pukul 06.20, devi dan nindi sudah berangkat ke pasar, sementara itu di rumah hanya ada diva yang terlihat sedang sibuk merapikan buku bukunya yang akan dia bawa kesekolah hari ini. satu per satu buku ia masukan dalam ranselnya. saat sedang sibuk merapikan buku pelajarannya, tiba tiba saja diva teringat kalau dirinya belum membersihkan kamar ibunya.

"astaga, kamar ibu!, kok bisa lupa sih!" gumam diva pelan sambil mempercepat kegiatannya dan segera berjalan keluar kamar menuju kamar ibunya.

diva mengambil sapu dan berjalan mendekat ke kamar ibunya, ia lalu bergegas menyapu kamar ibunya dengan teliti sambil sesekali memperbaiki posisi perabotan lain yang nampak tidak teratur. saat tengah sibuk menyapu ruangan, tiba tiba pandangan diva teralihkan pada sisi sudut kasur ibunya yang nampak sedikit berantakan

"tumben banget kasur ibu gak serapih biasanya" gumam diva sambil berjalan mendekat kearah kasur

diva mengulurkan tangannya menyentuh ujung kasur namun tiba tiba,.

"apanih?" lirih diva saat tangannya menyentuh sesuatu di bawah kasur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!