Meski kepala pusing dan kedua mata sembab, Beatrik tetap berangkat bekerja, karena motor masih di cafe ia pun memesan ojek online untuk mengantarkannya.
Beruntung kaca mata hitamnya sedikit membantu menyembunyikan mata bengkaknya.
"Pagi Bet...keren amat pake kaca mata hitam, kaya artis aja" sapa Beni santai.
Beatrik hanya tersenyum tipis tak selera menjawab ledekan sahabatnya itu.
Setelah mengganti baju seragam dan apron gadis manis itu pun menuju tempat kerja nya.
"Tolong Bet, antar pesanan ke meja no dua" titah Beni dan tanpa banyak tanya Beatrik pun membawa nampan berisi pesanan pengunjung.
Beni hanya memandang punggung Beatrik dengan tatapan aneh, biasanya mulut mungilnya akan langsung protes jika ia meledeknya, tapi kenapa hari ini gadis itu tampak pasrah dan sabar.
"Hmm hmm, Lu sakit Bet?" tanya Beni penuh selidik.
Beatrik hanya menggeleng ringan dengan tangan sibuk mengelap gelas, padahal semua peralatan di dapur cafe sudah bersih dan kering semua.
"Lepas kaca mata Lu Bet, ini kan di dalam ruang, aneh nanti orang lihat Elu" saran Beni jujur.
"Nggak apa-apa...mataku sedang sakit."
"Hah...pait, pait, pait, berobat sono gih, ogah Gue ketular mata merah Elu" Beni berucap sambil bergidik ngeri namun Beatrik tetap acuh.
Tumben kalem amat ini mahluk satu, batin Beni.
Meski berusaha menutupi kehancuran hatinya tapi Beatrik sungguh tak bisa membohongi diri bahwa ia benar-benar masih tak percaya dengan apa yang telah ia lihat di rumah megah itu, bahkan untuk menghubungi Andre pun tangannya tak kuasa.
Suasana cafe yang lumayan rame membuat Beni gerak cepat, sikap Beatrik yang tak bersemangat tak membuatnya marah atau pun kesal.
"Bet ....Lu kalau kurang sehat, istirahat aja sono di belakang" ucap Beni simpati.
"Hmm it's okay..."jawab Beatrik berusaha santai.
Senyum ceria yang biasanya tak pernah lepas dari bibir mungilnya kini seakan garis lengkung itu sudah hilang, hanya sesekali senyum tipis itupun tampak terpaksa.
"Mbak, tolong orange juice nya satu mbak, buat cowok aku" ucap salah satu pelanggan dengan lembut sambil memandang sang kekasih mesra.
Beatrik mengangguk lalu melangkah untuk membuatkannya.
"Nona...maaf minta tisu nya mbak, aduh sayang hati-hati sayang ..."terngiang sebutan mesra nan penuh perhatian dari pasangan muda mudi tersebut membuat hati Beatrik kembali berdenyut nyeri.
Bayangan adegan laknat itu terus membayang di pelupuk matanya, Beatrik mengedipkan mata berharap air mata nya kembali menghilang namun kenyataannya justru air mata jatuh bercucuran membasahi di pipi halusnya.
"Bet ...lu nangis Bet, kenapa? udah..udah istirahat sono" Beni yang terkejut pun mengambil alih nampan di tangan Beatrik dan menyuruhnya ke ruangan di dalam cafe.
Beruntung pengunjung sudah mulai sepi hingga Beni tak begitu keteter.
Beatrik memasuki ruang karyawan dan menghempaskan tubuhnya di kursi, isak tangis terdengar lirih dari bibirnya.
Klik.bunyi tutup botol yang berhasil ia buka, lalu perlahan ia mulai meminumnya, matanya menyipit dan bibir terasa tersedak karena memang jarang ia minum minuman sejenis itu, minuman yang Beni dan sahabatnya simpan khusus hanya untuk konsumsi pribadi, bahkan karyawan lain tak ada yang tahu selain Beatrik.
Kesedihan Beatrik cukup teralihkan setelah menghabiskan beberapa teguk, namun kini timbul masalah lain, kepalanya terasa berat dan melayang.
Karyawan sift dua sudah berganti dan Beni pun bersiap untuk pulang.
"Lu nggak pulang Bet, oiya di depan ada Om Dean tuh ...lu kalau pusing mending bareng dia aja" saran Beni yang tak tahu kalau Beatrik sudah mulai kacau.
"Bet Lu tidur....?"Beni menegakan kepala Beatrik yang tertunduk di meja.
"Ya ampun Beatriiik...." pekik Beni panik begitu melihat wajah Beatrik merah bak kepiting rebus.
Beni hanya bisa menepuk keningnya saat melihat koleksi botol rahasianya ada di atas meja dengan keadaan hampir setengah kosong.
"Gila lu Beet....duh ini anak, mati Lu yaaa...Bet, Betiiii, songong lu ah..."umpat Beni kesal sambil mentoyor Beatrik.
"Pa'an si Ben, ....lu ganggu orang tidur aja hiks" ucap Beti dengan suara parau dan sendawa keras.
Beni menggelengkan kepalanya, tingkah Beatrik hari ini sungguh di luar dugaan.
"Ayo pulang, udah malem...." bohong Beni karena lampu ruangan belum di nyalakan.
"Hah...malam ya, ohh...ayo hiks" Beatrik bangkit sempoyongan lalu merangkul Beni.
Namun tiba-tiba Beni teringat kalau dia ada janji dan tak mungkin membiarkan sahabatnya yang sedang mabuk ini naik ojek online.
"Ah...bentar dulu" Beni kembali mendudukan Beatrik lalu meninggalkannya di ruangan tersebut.
"Hei ...hei..kau pun meninggalkan aku Ben...jangan tinggalin aku juga Ben...kau kejam seperti dia...kalian kejam hiks, huu huu..."tangis Beatrik terdengar pilu, di ruangan yang temaram, gadis mungil yang sedang setengah sadar itu kembali menumpahkan kesedihan hatinya.
Tak tok tak.
"Tuh Om, lagaknya tuh...minum dosis tinggi, nggak ngaca dulu, naik angkot aja mabok"umpat Beni kesal.Dean mendekat ke arah Beatrik yang masih duduk tersungkur.
"Oke dia pulang bareng gue aja..." ucap Dean santai lalu merangkul Beatrik.
"Eh heh Lu siapa....oh Andre, akhirnya kau sadar juga Ndre, ini aku kekasihmu yang selalu mencintaimu Ndre hiks..."racau Beatrik sambil mengelus wajah Dean, membuat pria tampan itu jengah.
"Andre matamu jereng!! dia Om Dean Bet, pacar Lu mah gantengnya kalah jauuh" ujar Beni jujur.
"Hah..apa Lu bilang, ini Andre Ben...Andre pacar ku, kekasih hatiku, kesayanganku...tapi dia menghianatiku hiks..."
"Hah...Andre kenapa Bet?!!" tanya Beni terkejut.
"Udah nggak usah percaya omongan orang mabok" Dean merengkuh pinggang Beatrik untuk segera meninggalkan cafe sebelum mulutnya terlalu jauh berceloteh.
Lewat pintu samping cafe, Dean merangkul Beatrik di bantu Beni di belakangnya keluar menuju parkiran.
"Apa benar si Andre bertingkah" gumam Beni lirih tapi masih di dengar Dean.
"Ben, tolong bukain pintu mobil" Dean menyerahkan kunci mobil pada Beni.
Perlahan Dean mendudukan Beatrik di kursi belakang dan memasang seatbelt dengan benar.
"Oke...gue cabut Ben."
"Ya Om, makasih banyak, tolong jaga bocah gila ini baik-baik ya Om, kesian dia anak sebatang kayu...eh sebatang kara" jelas Beni dan Dean mengangguk lalu menjalankan mobil meninggalkan cafe.
Dari kaca spion tengah, Dean melihat Beatrik lelap tertidur, tak lagi terdengar racauan dan umpatannya untuk Andre.
"Sst hei...sudah sampai, ayo turun" bisik Dean setelah melepas seatbelt Beatrik.
"Hmm ...di mana ini, ah..pasti di syurga, ada malaikat ganteng di sini, aku nggak mau pulang aku mau tetap di sini sama kamu" racau tak jelas kembali terlontar dari bibir Beatrik sambil tangannya menangkup rahang Dean yang kekar.
Dean terdiam memandang Beatrik intens, mata indah yang masih sembab, kesedihan jelas tersirat di dalam sana, netra bening yang kini memandangnya lekat penuh luka.
"Ndre ...lihat aku Ndre, apa kurangku selama ini padamu, cintaku tulus padamu, harapan ku gantungkan di pundakmu, hanya kaulah impian tuk bersama mengarungi masa depanku nanti, ...apa salahku Ndre hiks" Beatrik menangis tergugu di pundak Dean, getaran tubuhnya jelas terasa.
"Minta maaflah padaku Ndre...dan kembalilah, mari kita bersama lagi, katakan kalau kau tak akan mengulangi lagi, aku akan memaafkanmu Ndre huuu huuu..."Entah sadar atau tidak, Beatrik memeluk erat leher Dean dan menangis di dadanya yang bidang.
Cih murahan sekali kau, masih banyak lelaki di luar sana, kenapa kau masih mengharapkan dia kembali bahkan setelah apa yang ia perbuat padamu.
"Ndre...mari bersama lagi" ucap Beatrik lirih dengan bibir bergetar dan mata menatap Dean sayu.
Tak dapat di pungkiri Dean merasa debaran jantungnya bergerak cepat, tatapan Beatrik sungguh telat menghujam ke dasar hatinya, meski ia dalam keadaan setengah sadar tapi pesoannya mampu membuat Dean membeku.
Cupp...!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments