Dean tersenyum haru, keluarga kecil yang penuh kehangatan selalu di penuhi canda dan tawa, baru pertama kalinya mereka menikmati hidangan mewah dari restoran, meski sudah biasa bagi Dean tapi bagi mereka itu adalah makanan termewah yang pernah mereka makan.
"Oiya Hel...setelah lulus nanti kau mau ke mana?" tanya Dean setelah selesai makan dan mengajak Helmi ke tepi pantai.
"Hmm entahlah Bang...aku ingin bekerja membantu Ayah dan ibu."
"Apa kau tak ingin meneruskan kuliah?" tanya Dean dan Helmi menggeleng.
"Kalau aku sudah bekerja aku baru niat ingin meneruskan kuliah Bang."
Dean manggut-manggut, sepemikiran dengan Helmi.
"Apa hobi mu...?"tanya Dean lagi.
"Otomotif Bang hee hee..."jawab Helmi jujur, meski banyak yang meledek hobi nya tapi Helmi tetap optimis dengan cita-citanya.
"Kenapa kau tertawa ....apa lucu?" sambung Dean.
"Banyak teman pada ledekin Bang, katanya mimpiku terlalu tinggi ..hobi otomotif, cita-cita punya bengkel besar, modal dari mana...sekolah saja bayaran sering nunggak" jelas Helmi jujur.
"Oiya ini ada sesuatu untukmu" Dean mengambil tote bag berisi sepatu tas dan ponsel untuk Helmi.
"A apa ini Bang?" tanya Helmi.
"Sepatu buat sekolah mu, topi buat kalau kau pulang panas-panas...dan juga ponsel biar lu bisa ganti, milikmu sudah pada retak layarnya, buang aja..." ucap Dean enteng.
"Kalai ini...ini..mau Bang, tapi kalau ini...sepertinya tidak terlalu penting Bang, ponsel ku masih bisa di pakai" tolak Helmi halus.
"Hmm kalau begitu lu kasih saja sama orang..atau lu buang aja.."enteng jawab Dean membuat helmi menelan ludah kasar.
Barang berharga jutaan yang tak bisa ia miliki tapi Dean dengan mudahnya berucap ingin membuangnya.
"B baik bang...buat saya saja, terima kasih Bang"
Dean tersenyum dan menepuk pundak Helmi.
"Oke Gue pulang,ada urusan lain, bilang sama Ayah dan Ibu... gue pamit."
"Baik Bang...sekali lagi terima kasih Bang."
"Hmm jangan lupa belajar yang rajin biar Lu bisa buktikan kalau cita-citamu bukan hanya sekedar mimpi di siang bolong."
Helmi mengangguk pasti dengan mata mengembang...
Dean melajukan kendaraan dengan senyum puas, ada semangat kembali menyala di sirat mata Helmi.
Dan di sebrang gerbang rumah mewah Dean menepikan mobilnya dan berhenti, bangunan rumah kokoh nan megah milik sang ayah yang kini tak berpenghuni, ada kenangan manis kala Almarhumah sang ibu masih hidup di rumah tersebut.
Dan seketika darah Dean berdesir panas mendidih saat sebuah motor sport merah keluar dari gerbang dan melaju kencang melewati mobilnya.
Tak membuang banyak waktu Dean pun mengejar laju motor tersebut dan mengikutinya dari jarak aman, beruntung jalanan ramai lancar hingga ia tak kehilangan jejak.
Dean sama sekali tak membiarkan laju motor merah itu hilang dari pandangan matanya, perlahan dan pasti tujuan motor merah tersebut membuat Dean mengerutkan alisnya.
Bukankah itu jalan menuju rumah yang ia huni? Batin Dean.
Dan dugaannya terbukti saat motor tersebut memasuki garasi rumah berlantai dua tersebut.
Dean langsung menepikan Fortuner hitam miliknya tanpa ia keluar dari mobil.
Tak berapa lama motor tersebut kembali keluar dengan seorang gadis berjaket denim memeluk erat pinggangnya.
Dean menggosok kedua matanya berharap penglihatannya tak salah.
Jadi tetangganya adalah kekasih dari pria brengsek penghancur rumah tangga ayahnya itu, batin Dean geram.
Setelah beberapa meter kembali dean melajukan mobil mengikuti motor berisi dua sejoli tersebut, namun terpaksa Dean menghentikan pengejaran saat motor merah memasuki halaman di salah satu rumah di perumahan biasa.
Dean meremat kencang kemudi mobilnya lalu meninggalkan perumahan tersebut dengan seringai tipis.
Setidaknya kini ia tahu siapa tetangganya yang berada di lantai atas, juga kediaman selingkuhan ibu tirinya sudah ia dapat.
Sesampainya di gerbang rumah Dean tersenyum menyambut anggukan hormat penjaga gerbang.
Setelah memarkirkan mobil Dean mengambil sebungkus rokok dari dashboard lalu berjalan menuju pria berbadan tegap sang penjaga gerbang.
"Ah ..terima kasih Tuan, maaf saya tidak merokok" tolak penjaga dengan ramah saat Dean menyodorkannya sebungkus rokok.
"Panggil saja Dean, kita seumuran kan?" ucap Dean.
"M maaf ...kami di perintahkan untuk berlaku sopan pada penghuni rumah bos kami" jawabnya tenang.
"Anton..."sebut Dean saat melihat nama yang tertera di dada sang penjaga.
"Iya betul Tuan..."
"Sudah lama kau bekerja di sini?" tanya Dean.
"Sudah lebih dari dua tahun Tuan."
"Hmm apa kau kenal dengan penghuni di lantai atas?"
"Ohh ..dia Non Beatrik Tuan...di sudah cukup lama tinggal di sini, dan sang pemilik juga kenal baik dengan Non Beatrik, bahkan non Beatrik sudah di anggap sebagai putrinya sendiri.
"Ohhm....sebenarnya aku ingin menyapanya, sebagai tetangga tentu kami akan sering bertemu, sayang sekali aku tak pernah berjumpa dengannya, ehm apa dia sudah pulang?" pancing Dean.
"Sudah pulang tadi Tuan, tapi kekasihnya datang menjemputnya" Dean tersenyum smirk, informasi yang sangat berharga, ia membatin.
"Oke ..aku ke kamar dulu Ton, selamat malam."
"Selamat malam Tuan."
Dean pun melangkah ke kamarnya, rasa tubuh yang lengket membuat Dean ingin segera mandi, setelah terasa badannya segar ia pun duduk di ruang tengah dan memeriksa ponselnya, di saat pria tampan itu asik berselancar di dunia maya, terdengar deru suara motor memasuki gerbang, Dean bergegas mengintip di balik tirai jendela pintu.
"Naiklah dan langsung tidur..."ucap pria yang tak lain adalah Andre dengan lembut sambil membelai rambut Beatrik.
"Hmm kau hati-hatilah di jalan honey ..." ucap Beatrik lalu melambaikan tangannya.
"I love you..." kembali ucapnya saat Andre menghilang di gerbang.
"Cih dasar gadis murahan, mau saja di gilir pacarnya" Dean bermonolog sendiri di dalam kamar, ia kembali menelan pil pahit saat wajah Beatrik ternyata masih tertutup masker.
Paling mukanya juga pas-pas an, kalau Lu cantik mana mungkin cowok Lu ngelirik wanita tua itu, Dean membatin sinis.
Beatrik melangkah menaiki tangga lalu terdengar suara pintu terbuka lalu kembali menutup.
"Pan, coba Lu selidiki semua penghuni rumah di alamat ini, semua penghuninya tanpa kecuali" pesan yang Dean kirim untuk panca.
Ia ingin sekali menyudahi kelicikan ibu tirinya itu, agar sang Papih bisa melepasnya, Andai saja Papih tak salah memilih pastilah ia masih tenang di negara S, dan angannya untuk menikahi Ririn segera terwujud.
Dean tersenyum memandang foto sang kekasih yang cantik gadis foto model yang ia kencani sejak satu tahun lebih itu begitu setia padanya, cantik dengan bentuk tubuh nyaris sempurna, juga setia, rasanya Dean sangat beruntung memiliki Ririn.
Meski seorang foto model tapi Dean tak pernah sekalipun berbuat di luar batas pada Ririn, ia ingin menikahi gadis yang menjaga kesuciannya hanya untuk suaminya kelak.
Meski sempat Dean hampir lepas kendali kala Ririn yang terpengaruh alkohol mengajaknya untuk menikmati malam panas di ranjang, namun Dean bisa menolaknya dengan halus, harapan Dean adalah ia ingin melakukan malam pertama pada saat pernikahan mereka nanti.
Meski Dean tahu Ririn rela melakukan apa saja bahkan rela menyerahkan mahkotanya untuk Dean tapi Dean tetap berhasil menjaga dirinya.
Kita akan melakukannya saat malam pernikahan kira Rin, ku harap kau pun bersabar ...
Dean mencintai Ririn karena ia melihat sosok mamih di diri gadis itu, almarhum Marisa adalah wanita yang lembut dan sangat setia pada satu lelaki yaitu suaminya James.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Masiah Cia
apa kau yakin Dean ....kalau Rini gadis suci
2023-11-13
1