Dean meremat ponselnya kencang, beberapa gambar dari vidio anak buahnya membuat darahnya mendidih.
"Ada apa bos?" tanya Panca.
"Lu lihat sendiri ulah wanita murahan itu, entah kenapa papih bisa jatuh cinta pada wanita tak punya moral itu, brengsek...!!" ucapnya berat dengan rahang mengeras.
Panca hanya bisa menelan ludah kasar, Anita terlihat menyambut berondong selingkuhannya dengan mesra mereka bahkan tak canggung lagi beciuman lanas di depan pintu, Ia tak merasa sungkan kalau rumah yang ia pakai untuk mesum adalah hasil dari pria yang sedang sekarat di ranjang rumah sakit.
Dean sengaja memasang kamera pengawas di titik-titik tersembunyi tanpa sepengetahuan Anita.
"Apa kalian belum juga mendapat identitas pria itu?" tanya Dean.
Panca menggeleng lemah, rupanya ia salah merekrut tangan kanan kali ini, Panca terpaksa mengganti satu orang pilihannya karena ia sedang cuti bulan madu.
"Pokoknya Lu cari orang baru yang bisa kerja cepat, lebih cepat kerjanya maka akan lebih besar bayaran yang akan dia dapat" ucap Dean geram.
"Baik bos."
Dean kembali mengangkat langgilan yang ternyata dari salah satu kepercayaannya yang lain.
"Ya ada apa Con?" tanya Dean pada Condet, julukan nama salah satu preman kepercayaannya.
"Bos pengiriman barang tertunda di pelabuhan, mungkin tiga hari barang kita baru sampai" ucap Condet dari ujung telepon.
"Brengsekk......!ada masalah apalagi hah?"
"Surat jalan belum di tanda tangan bos, butuh pemeriksaan menyeluruh, sedangkan cuaca sekarang ini sangat buruk, jika surat jalan jadi pun mereka tak berani meneruskan penyebrangan karena badai besar sangat beresiko untuk kapal kita bos."
"Shitt....."
Brakk.
"Eh kapal monyong ...!" ucap Panca latah, saat Dean menggebrak meja.
Untung saat ini pengunjung belum banyak datang hingga hanya pelayan yang melihat hal tersebut dan langsung mendekat dengan tenang.
"Maaf Tuan, apa kopinya mau di ganti?" tanya pelayan manis yang menjadi incaran Panca dengan ramah.
"Tidak usah" ucap Dean singkat sambil menggoyangkan jarinya agar Gadis tersebut segera pergi dari hadapanya.
Panca hanya menelan ludah kecewa, gadis tersebut pun pergi setelah mengelap meja yang terkena tumpahan kopi.
"Terima kasih Mbak" ucap Panca ramah dengan senyum ia buat semanis mungkin berharap sang gadis terpesona.
Sang gadis pun kembali ke tempat kerja nya dengan wajah masam dan hati dongkol.
Dasar om judes, ia membatin.
"Ada apa Bet?" tanya Beni yang melihat Beatrik memanyunkan bibir mungilnya.
"Noh ada Om-om keselek botol cuka kali, mukanya asem banget" jawab Beatrik sarkas.
Beni pun melongok siapa yang membuat Beatrik kesal.
"Di meja sebelah mana Bet, ku lihat nggak ada Om seperti yang kau katakan, dua meja masing-masing pasangan cewek cowok....satu meja lagi dua orang pria, satu berwajah standar dan satunya lagi ..oh Tuhan, andai gue seorang gadis ...udah gue pepet terus tuh cowok ...gila sexy banget Beet duh gantengnyaaa......" ujar Beni dengan gerakan tangan gemulai menepuk pundak Beatrik.
Merasa penasaran Beatrik pun melihat arah tatapan Beni.
"Dih ..siwer mata Lu Ben, itu yang Gue maksud, sii Om judes, galak bin songong, amit-amit deh Gue mah...."cerocos Beatrik sambil mencebikan bibirnya.
Beni hanya geleng-geleng kan kepalanya, pria yang di katakan Beatrik sungguh sangat tampan dan sexy.
"Eh Bet Bet ..mereka pergi Lu di panggil noh sama temen om ganas itu."
"Ngapain..males ah Lu aja sono.."
Beni pun dengan semangat mendekat ke arah Panca yang melambai ke arah mereka namun ia kembali dengan kesal, rupanya Ia bukan target Panca.
"Kenapa balik lagi Ben?"
"Lu yang dia panggil, cepet gih...sepertinya mereka sedang di buru waktu."
Beatrik dengan menyembunyikan perasaan kesalnya menghampiri Panca.
"Mbak....maaf ini sekedar uang pengganti karena bos tumpahin minuman" modus Panca halus.
"Ah tidak usah Tuan, itu memang sudah kewajiban kami sebagai pelayan yang harus melayani pembeli dengan profesional" tolak Beatrik karena yang membuatnya kesal hanyalah bos dari pria ramah tersebut.
"Tidak Mbak, tolong ...terima lah kalau tidak bos saya nanti marah saya yang jadi sasarannya" akal Panca sungguh lihai dalam mengambil hati Beatrik hingga akhirnya gadis itupun menerima uang tip yang cukup besar dari Panca meski dengan dalih uang pemberian bos.
"Terima kasih Tuan, dan kami tunggu kedatangan Tuan-Tuan kembali di cafe kami."
Yess, pekik Panca dalam hati merasa puas.
Beatrik membalas lambaian Panca dengan anggukan hormat.
Prok prok prok.
Tepukan tangan Beni membuat Beatrik tersadar.
"Eh dia ngasih apa Bet?"
Beatrik tersenyum sambil mengipas-ngipas beberapa lembar kertas berwarna merah di udara.
"Kita pestaa..."ucap Beatrik senang.
"Cih ..tadi bilang benci sama Om,om galak itu tapi sekarang ...senyum-senyum dapat tip dari mereka."
"Yeee...ini kan dari Tuan baik hati satunya lagi Ben, bukan dari sii Om galak itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments