Dengan topi hitam dan masker menutupi sebagian wajahnya, Dean memasuki pintu rumah sakit lalu menuju lantai di mana sang papih di rawat.
James Jacklin, pria dengan wajah yang mulai keriput ter pejam rapat dengan infus di tangan dan alat bantu pernafasan yang tak pernah lepas dari hidungnya.
Dari balik kaca jendela ruangan, Dean mengamati James dengan miris, kedua tangannya mengepal keras.
Maafkan anak mu ini Pih, akan ku pastikan wanita itu tak akan bisa menghirup nafas dengan tenang, akan ku balas semua penghianatannya, Dean membatin.
Melihat tak ada perawat yang lewat, Dean pun membuka pintu ruangan perlahan, ia merasa sedikit lega bisa melihat James dengan jelas, selama ini Anita selalu menempatkan anak buah nya di sekeliling James, beruntung Panca bekerja sama dengan salah satu dokter yang juga sahabatnya untuk membuat anak buah Anita keluar ruangan agar Dean bisa menemui James.
"Pih, sembuhlah untukku, mari kita balas semua sakit hatimu, aku tahu pasti kau pun merasakan kepalsuan dari wanita itu, tinggalkan dia Pih, sadarlah wanita itu tidak benar-benar mencintaimu, dia berhianat di belakangmu Pih."
Dean mengusap tangan keriput James dengan lembut, hatinya begitu sakit, James yang dulu bertubuh gagah dan kekar, kini tampak lemah tak berdaya, hanya kulit keriput yang membungkus tulangnya.
Tak tok tak, Panca datang memasuki ruangan.
"Bos, ada Nyonya Anita, ayo cepat pulang" bisik Panca gelisah.
"Tunggu sebentar Pan, aku masih ingin bersama papih dulu, kau coba alihkan wanita licik itu agar menahan waktu sebentar" ucap Dean tak rela melepas tangan keriput James.
Panca menghela nafas berat lalu kembali keluar ruangan.
"Pih,andai kau bisa mendengar, ku mohon...tinggalkan wanita itu Pih, dia sangat jahat pih, akan aku lakukan apapun agar kau mau berpisah dengannya, tapi aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri Pih, bahkan jika kau perintahkan aku untuk membunuhnya, akan aku lakukan dengan senang hati, hapus semua rasa cintamu padanya Pih, tak ada wanita setia di bumi ini selain mami Marisa Pih" ucap Dean lirih dengan dada sesak.
Ririn yang begitu di cintainya pun ternyata menghianatinya, cinta dan semua ketulusannya ternyata palsu belaka.
Tak tok tak.
Terdengar langkah Panca yang mendekati ruangan karena anak buahnya tak bisa menahan Anita lebih lama lagi.
"Bos, Nyonya sudah ada di pintu masuk, ayo cepatlah keluar..." ucap Panca.
"Hmm baiklah, tolong jaga Papih Pan."
Panca mengangguk dengan mata haru menatap kepergian Dean.
"Lewat gerbang barat Bos" bisiknya dan Dean mengacungkan jempol lalu bergegas meninggalkan ruangan dengan hati hancur.
Terpaksa ia menyembunyikan kepulangannya ke negara ini dari siapapun kecuali Panca,Dean ingin menyelidiki semua kebusukan yang Anita lakukan di belakang James selama ini.
"Bagaimana Tuanmu Pan, apa ada kemajuan?" tanya wanita cantik berbibir merah dengan tenang.
"Hm belum Nyonya, Tuan masih belum ada banyak perubahan" jawab Panca.
"Lihatlah, semua anak-anaknya tak ada yang perduli padanya, mereka sibuk dengan dunia mereka sendiri tanpa memikirkan ayahnya yang tebaring di ranjang ini" Anita mengusap wajah James dengan lembut.
Panca hanya membuang muka, Anita sungguh mahir memainkan peran dua kepribadian sekaligus.
Di depan anak buah James Anita selalu menampkan wajah lembut penuh perhatian, tapi di belakangnya wanita itu tersenyum culas mengerikan.
Andai Panca tak memgetahui peran Anita di belakangnya sudah pasti ia pun akan termakan tipu muslihatnya, ia pasti menganggap Anita sangat menyayangi James.Tapi Panca tak se lugu itu yang bisa di permainkan.
"Oiya Pan, bagaimana bisnis Tuan di kota S, aku belum bisa menge ceknya langsung apa semua berjalan lancar?" tanya Anita.
"Hm baik Nyonya, tim yang Tuan bentuk sudah mengurusnya dengan baik, Nyonya tak perlu cemas" jawab Panca.
Beruntung pula Dean langsung menangani bisnis kalapa sawit milik James tanpa sepengetahuan Anita, bahkan keuangan pun ia kelola dengan mengutus orang kepercayaan untuk mengaudit secara rutin, Anita yang selalu meminta kiriman uang dengan alasan keperluan James kini sudah tak bisa lagi melakukannya, Dean sudah mewanti agar tak ada uang perusahaan yang keluar hanya untuk keperluan pribadi meski itu atas nama Anita istri James sendiri.
"Sebenarnya aku ingin membuat ajuan ke perusahaan untuk mentransfer sejumlah uang untuk membeli obat di luar negri Pan, kenapa sekarang menjadi berbelit-belit prosedurnya?" tanya Anita.
"Kalau untuk masalah itu saya tidak tahu Nyonya, mungkin sebaiknya Nyonya tanyakan langsung pada pihak kepala personalia atau langsung kepala divisi keuangan."
Anita diam dengan hati dongkol karena niatnya berlibur dengan Andre terpaksa urung.
Sementara itu di cafe, Beatrik tengah sibuk membersihkan meja pengunjung.
"Bet semalem, Gue nggak lihat tetangga Elu, padahal penisirin banget tauuk" ucap beni dengan jari lentik mencolek pundak Beatrik.
"Oiya Ben, gue lupa ngasih tahu Elu, pasti lu bakal kaget kalau tahu siapa tetangga Gue" jawab beatrik semangat.
"Hmm mana ada gue penasaran, biasa aja tuch.."jawab Beni.
"Bener ...biasa aja?" ledek Beatrik.
"Eh Bet ..Bet..., ada si Om ganteng datang ...aduuuh lihat dia gagah banget, bak dewa Yunani Bet, matanya tajam, hidungnya mancung dan lihat...rahangnya sangat kokoh, aduh Beeet, kenapa Gue bukan di lahirkan sejenis sama Elu yaaa.."kalimat Beni membuat Beatrik mencebikan bibir mungilnya.
"Ah biasa aja tuh, bahkan semalam Gue ngobrol sama dia" balas Beatrik santai.
"Hah Lu ngobrol sama dia? di mana?"Beni antusias.
"Ya di rumah kontrakan Gue lah..."
Beni menggaruk kepalanya bingung.
"Eh Bentar...Om Dean manggil Gue noh" ujar Beatrik saat melihat Dean melambaikan tangan padanya.
"Om Dean!!!" ucap Beni cengo.
"Ya Om...." sapa Beatrik.
"Apa di sini ada menu dari salmon?" tanya Dean.
"Maaf Om, salmon sedang tidak tersedia, sudah satu minggu pasokan ikan salmon tak datang, ehm ...kalau ikan tengiri mau Om?" tanya Beatrik menawarkan opsi namun Dean menggeleng pasti.
"Sosis panggang aja ...sama capuccino " ujar Dean.
"Siap om" Dean hanya menatap Beatrik sinis, masih kesal ia dengan gadis mungil tersebut, karena dia Dean harus bersolo di kamar mandi yang dingin.
Dasar semua wanita sama saja brengsek, umpat Dean.
Cukup lama Dean menunggu pesanan namun tak juga datang sedangkan perutnya sudah berdemo sejak tadi.
"Maaf tuan, ini pesanannya" Beni dengan ramah menyajikan sosis dan capuccino di meja Dean.
"Lho mana Beatrik?" tanya Dean.
"Ehm maaf dia lagi ada urusan sebentar Tuan" jawab Beni.
Dean hanya melihat Beni sekilas lalu memakan sosisnya, namun sudut matanya menangkap bayangan di taman samping cafe yang terhalang sekat pintu bambu.
Beatri terlihat murung di depan Andre, tampak sang pria berusaha merayu dengan terus menggenggam tangannya.
Dean diam-diam mengamati dua sejoli tersebut dengan cermat.
Cih murahan, geramnya setelah melihat senyum Beatrik terbit termakan rayuan si pria, bahkan ia melambai melepas kepergian Andre.
"Hmm hmm, kenapa murung?" tanya Dean saat Beatrik melewati meja nya
"Nggak Om, biasa Aja."
"Di tinggal pacar ya?" sambung Dean enteng.
Beatrik memandang Dean sinis, kenapa pria itu begitu kepo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments