Dean menatap layar ponselnya lekat, tak percaya dengan kalimat yang Ririn tulis untuknya, bahkan setelah puas tidur dengan lelaki lain tapi ia masih mengharap ingin menikah dengannya.
"Gila..." ucapnya lirih namun masih bisa di dengar Panca.
"Bos.." ucap Panca sambil melirik ke ranjang di mana James terbaring.
"Gila, bisnis kita maju pesan di kota K" ucap Dean meneruskan kalimatnya, ia tak mau James tahu pada siapa kata itu ia tujukan.
Rencana apalagi yang sedang Lu siapkan untuk jebak Gue Rin? Gue sudah tahu kebusukan Elu, Dean membatin geram.
"Pan, Gue titip papih dulu, ada yang harus Gue ambil di rumah" terang Dean lirih di balas anggukan kepala oleh Panca.
Dean memacu kendaraan menuju rumahnya, hari sudah cukup gelap, dan mungkin saja Beatrik sudah sampai di rumah.
Namun pria itu menghela nafas kasar saat melihat di garasi tak ada motor Beatrik.
Biasanya jam segini sudah pulang, kwmana lagi tu anak perginya, tanya batin Dean, ia lalu keluar kamar dan melihat ke dalam kamar Beatrik, masih gelap pertanda kamar masih kosong.
Ada sedikit cemas di hati Dean, berharap Beatrik baik-baik saja.
Jam menunjukan pukul sebelas malam, mungkin saja ia menginao di tempat sahabatnya, pikir Dean.
Drrt drrt.
"Pan, Lu tau nomor kontak pria di cafe tempat Beatrik?" tanya Dean lewat panggilan.
"Hmm, tidak bos..pihak bengkel pun tak memberitahu pada kita" jawab Panca dengan suara berat.
"Apa kau sudah menanyakan nomor kontak pria itu pada bengkel?"
"Belum Bos."
"Ck cepat kau cari nomor kontaknya."
"Sekarang bos?"
"Besok tunggu lebaran monyet" sindir Dean ketus.
Panca hanya bisa mengumpat dalam hati, tengah malam Bos Muda memerintahkan hal aneh padanya.
"Lu sedang butuh modal buat lamar cewek Lu kan?"tanya Dean karena Panca tampak diam.
"Ehm i iya Bos" sahut Panca cepat.
"Maka lakukanlah perintahku secepatnya" jawab Dean tegas, ia kesal karena sudah menghubungi Beatrik beberapa kali, tapi ponselnya tak aktif.
Cukup lama Dean menunggu balasan Panca hingga akhirnya asistennya itu mengirimkan nomor kontak Beni.
"Maaf Bos, ponsel pria itu sedang of" pesan dari Panca membuat Dean urung menghubunginya.
Merasa percuma duduk di kursi taman menunggu kedatangan Beatrik, akhirnya Dean pun masuk ke kamar karena matanya sudah terasa sepat.
Suara deru mesin di depan garasi membangunkan Dean pagi hari, ia berlari cepat mengejar setelah tahu bahwa ternyata itu adalah ojek online yang Beatrik pesan.
Dean meremat kepalanya kesal, entah jam berapa semalam Beatrik pulang hingga ia tak menyadarinya.
"Brengsek..sialan, kenapa malah gue yang tersiksa"Dean bermonolog merutuki kebodohannya sendiri.
Jika Beatrik bisa tetap tenang setelah kejadian malam panas itu kenaoa justru dirinya yang di landa gundah gulana memikirkan keadaan gadis itu.
Sementara itu Beatrik turun dari motor dengan wajah sedikit tegang, ingin ia menghapus memori kelam kejadian malam bersama Dean, ia akan berusaha melupakan kejadian itu, dan ia ingin menghapus rekaman di memorinya, tapi sejujurnya Beatrik tak bisa, meski bibirnya selalu berucap cinta tentang Andre tapi entah mengapa dadanya selalu berdebar keras jika ia melewati tangga depan kamar Dean, bahkan suara berat saat Dean memanggilnya tadi membuat dada Beatrik sesak.
Wajah tampan bermata tajam itu tak bisa hilang dari matanya, Dean sudah menghipnotis separuh hatinya.Ingin Beatrik melupakan dan menghapusnya tapi kenapa pria itu selalu saja datang dan hadir di setiap detak jantungnya.
"Bet, mau sampai kapan Lu biarin motor itu terparkir di situ, Elu sendiri yang rugi Tik..., sudahlah, Lu pake aja tu motor itu, dari pada mubazir tauuukk."
Beatrik memandang motir matic putih yang masih mulus itu sesaat, lalu ia pergi memasuki cafe dengan tenang tanpa menjawab kalimat Beni.
"Iih hiiiii...pingin gue pites ni anak" umpat Beni gemas karena Beatrik mengacuhkannya.
"Hai Ben.." sapa Panca mengagetkan Beni.
"Oh hai juga Paman" sapa nya hangat.
Panca hanya tersenyum masam.
Enak aja Dia panggil Gue paman, sejak kapan Gue kawin sama Bibi nya, umpat Panca dalam hati.
"Motor siapa tuh di parkiran, sepertinya masih gress..."pancing Panca.
"Hmm itu Paman, noh dia sii bocah songong, di kasih motor baru bukannya seneng dan terima kasih, malah nggak mau pake...maunya motor jadulnya aja, emang dasar dusun tu anak itik" cerocos Beni kesal.
Glek.
Panca menelan ludah kasar, ternyata dugaannya salah, Beatrik yang ia kira akan gembira memakai motor baru ternyata malah sedih karena kehilangan motor jadul kesayangannya.
Panca akhirnya menghubungi Dean, ia harus melaporkan semua berita tentang gadis mungil itu pada sang bos.
Tapi yang membuat Panca merasa aneh adalah sikap Dean, jika niatnya ingin membalas perbuatan Andre kenapa justru terlihat ia ingin membahagiakan Beatrik yang nota bene kekasih Andre.
Mau balas dendam apa balas budi sii bos,batin Panca.
Dan kembali Panca di buat terdiam saat tiba-tiba Dean sudah berada di depan pintu cafe dengan mata menyapu ruang cafe.
"Bos, ngapa ikut ke sini, urusan Nona Beatrik biar saya yang beresin, Bos tunggu Bos Papih saja di rumah sakit" bisik Panca.
Dean memandang Panca tajam.
Tak bisa, Gue mau buat perhitungan dengan gadis itu, dia sudah membuat keperjakaan Gue hilang tapi sekarang... seenaknya aja dia acuh sama Gue.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments