Jangan lupa kasih jejak cinta ya gaes, like, vote, dan koment nya, happy reading 😘😘😘🤗🤗🤗
💚💚💚💚💚💚💚
Beatrik melangkah meski kaki tertatih dan tubuh terasa remuk ia memutuskan tetap bekerja, berada di kamar akan terus membuat fikirannya kalut.
Setelah mengumpulkan seluruh tenaga dan fikirannya akhirnya Beatrik sampai juga di cafe dengan kendaraan aplikasi hijau yang ia order.
"Selamat pagi my Beatrik ...bagaimana keadaanmu?" sapa Beni yang cenderung ledekan rutin setiap pagi.
"Hmm, pagi Ben."
"Hei hei...lihat motor siapa itu di parkiran?" tanya Beni dengan menunjuk ke sebuah motor matic berwarna putih persis seperti miliknya tapi motor itu jelas masih baru.
Beatrik hanya mengedikan bahunya acuh, namun Beni tiba-tiba menyodorkan kontak kunci motor padanya.
"Kunci apa ini?" tanya Beatrik.
"Noh...itu motor Elu Bet" jawab Beni jujur.
"Dih ...sejak kapan Gue masuk dealer nuker motor Gue" cibir Beatrik lalu meninggalkan Beni acuh.
"Hei ..tunggu Bet, gue jelasin dulu, sabar napahh..." Beni menarik tangan Beatrik yang hendak meninggalkannya.
"Kemarin kan motor Elu mogok, nah gue suruh bengkel benerin, eh nggak tahu ceritanya tiba-tiba pihak bengkel bilang motor Elu ancur di cium mobil nyasar, dan pihak bengkel akhirnya mengganti dengan itu" jelas Beni.
"Hah...motor gue...kenapa bisa jadi begini Ben, huu huuu..."Beni melotot tak mengerti dengan sikap Beatrik, bukannya bersyukur tapi malah menangis sedih.
"Elu nangis sedih apa bahagia Bet?" tanyanya jujur.
"Ya sedihlah."
"Nape sedih monyong, kan motor Elu jadi bagus" protes Beni.
"Gue nggak pingin berpisah dengan motor kesayangan Gue, dia lah motor paling setia dan paling bersejarah, dia yang selalu temani Gue suka dan duka Ben huu huuu..."Beni hanya bisa menggaruk kepalanya yang gatal.
"Ya udah tar Lu tanyain aja di mana kuburannya tuh motor Elu, dan ucapin terima kasih sama tuh yang punya bengkel karena sekarang Lu udah nggak akan lagi terlambat berangkat atau pulang karena mogok lagi" terang Beni bijak.
Beatrik memandang matic putih mulus itu dengan miris, ia masih tak percaya harus kehilangan Motor bersejarahnya.
Kenapa malang benar nasib Gue, sudah di hianati pacar, mahkota hilang, motor juga hancur, Beatrik membatin pilu.
Hari ini Beatrik melayani pengunjung dengan senyum yang irit, Beni berkali-kali menggodanya agar wajah manis Beatrik kembali ceria tapi entah apa yang membuat senyum seakan hilang dari kamus otak Beatrik.
"Bet, Lu lagi baik-baik saja kan?" tanyanya lirih, ia sudah bersahabat dengan gadis itu sudah cukup lama jadi ia tahu kalau ada sesuatau yang mengganggu pikiran Beatrik.
"Oiya ada Om Dean tuh si depan, sepertinya dia cari kamu, soalnya dari tadi lirik-lirik ke dalam terus" jelas Beni.
Beatrik terdiam, mendengar nama Dean membuat dadanya berdenyut nyeri, pria yang baru beberapa hari menjadi tetangganya tapi sudah merampas mahkotanya.
"Hmm..." jawab Beatrik singkat.
"Temuin dulu bentar sono gih, dia khawatir kali, Lu kan semalam teler berat, kalau nggak ada dia, lu paling nginep tidur di sini."
Bahkan mungkin itu lebih baik Ben, Beatrik membatin.
Tak ingin sahabatnya terus memaksa, akhirnya Beatrik melangkah ke kursi di mana Dean duduk.
"Maaf Om, apa ada lagi yang Om butuhkan?" tanya Beatrik kaku.
"Ehm tidak, bagaimana keadaanmu?" tanya balik Dean.
"Baik Om, kalau begitu saya akan kembali ke dapur" Beatrik menunduk hormat lalu pergi meninggalkan Dean.
Dean menatap punggung Beatrik, gadis imut yang semalam mencumbunya, masih teringat jelas ******* manja dan erangan erotisnya saat keduanya menyatu, bahkan Dean tanpa sadar mengusap bibirnya kala bibir mungil nan lembut Beatrik terlintas kembali dalam memorinya.
Ah kenapa bibir itu begitu manis dan lembut, tak pernah Dean merasakan ciuman yang begitu hangat, bahkan dengan Ririn pun ia tak merasa se candu itu.
Sialan, kenapa malah wajah itu yang terus membayangiku, rutuk Dean geram.
Setelah lama menungu tak juga Beatrik memunculkan diri kembali, Dean pun meninggalkan cafe, wajah yang ia harap menjadi ceria ternyata masih tampak mendung dan tak bercahaya.
Dean melajukan kereta besi menuju sebuah rumah sakit besar, dari anak buahnya Anita berangkat berlibur dengan pria brengsek itu ke sebuah pulau, jadi kesempatan ini akan ia gunakan sebaik mungkin untuk menemani sang Papih.
"Bagaimana Bos, apa dia gembira, ah pasti wajah manisnya terus tertawa melihat motor jadulnya berubah menjadi motor baru" tanya Panca antusias.
"Biasa aja" jawab Dean ketus, tak senang rasanya Panca menanyakan Beatrik apalagi terang-terangan membayangkan wajah imut itu.
"Hah dia nggak tertawa Bos, atau setidaknya senyum manis?" protes Panca tak percaya.
"Ck, nggak penting, gimana papih?"
"Ehm ada Bos, oiya sejak Bos datang Bos Papih sedikit ada kemajuan Bos."
"Benarkah? kemajuan bagaimana?"
"Ehm Bos Papih lebih sering membuka matanya, mungkin Bos papih tahu kalau Bos datang"
Dean dengan semangat mendekati ranjang di mana James terbaring.
"Halo Pih, apa kabarmu Pih, lihat...aku datang Pih, buka lah matamu Pih" bisik Dean lirih sambil tangannya erat memegang tangan keriput James.
"Sudahlah Bos, mungkin Bos Papih sedang istirahat" ucap Panca lirih.
Drrt drrt.
"How are you Dean, ....kenapa pesanku tak kau balas, aku ingin melihat wajahmu Dean...aku VC ya?" pesan Ririn membuat Dean meremat benda perseginya kuat.
Andai Rama tak selalu mengirim berita update nya Ririn, sudah pasti dia masih akan tertipu dengan wanita murahan itu.
"Aku sibuk" jawaban yang Dean kirim.
"Dean ...aku ingin kita segera menikah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments