Jemari Beatrik mencengkeram punggung Dean hingga pria itu pun meringis.
Dean mulai mengayuh tubuhnya perlahan, membuat tubuh Beatrik mulai tenang, cukup lama Dean bergerak lembut, memastikan Beatrik mulai bisa menyesuaikan dirinya, ******* lirih terdengar dari bibirnya, menandakan Beatrik mulai nyaman dan mulai menikmati permainan.
Cukup lama gadis itu menikmati gerakan Dean hingga tiba di mana Beatrik kembali mencengkeram lengan pria itu saat merasa ada sesuatu yang hendak keluar dari bagian inti tubuhnya, Dean terdiam saat tubuh Beatrik menegang pertanda gadis itu sudah mencapai puncak permaianan.
Dean tersenyum puas, tak sia-sia selama ini ia menonton blue film dari laptopnya.
Tak ingin membuang waktu lama Dean pun kembali mempercepat kayuhan tubuh karena ia pun merasa hampir mencapai puncak.
Erangan pria bermata tajam itu terdengar berat dan dengan cepat ia mencabut kepemilikannya dari tubuh Beatrik yang langsung menyemburkan larva putih kentalnya.
Dean bangun dan tiba-tiba darahnya berdesir kala melihat kain seprei bernoda merah tepat di bawah Beatrik.
"Shitt..." umpat Dean lalu menyelimuti tubuh polos Beatrik dengan selimut.
Dean melangkah menuju kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan shower.
Ia masih tak percaya kalau dialah yang pertama merenggut mahkota Beatrik, jadi selama ini dia tak pernah melakukannya dengan pria itu, Dean membatin sambil meremat kepalanya penuh sesal.
Sungguh Dean tak habis pikir dengan gadis itu, lagak dan tingkahnya bak seorang player tapi sesungguhnya ini baru pertama kali ia lakukan.
Apa yang sudah Lu lakukan Dean, Lu udah merusak masa depan seorang gadis, Lu harus bertanggung jawab.
Cukup lama Dean berperang dengan batinnya, rasa sesal dan pembelaan diri saling bertentangan.
Ia merasa tak sepenuhnya bersalah, karena Beatrik lah yang mengundangnya, meski ia sedang tak sadar, namun Dean sudah beberapa kali menolaknya.
Dean akui ia memang manusia penuh dosa, dengan keimanan yang mungkin hanya seujung kuku mana mungkin ia bisa bertahan dengan godaan yang begitu indah itu.
Di balik kain sederhana yang membungkus nya, tubuh Beatrik begitu sempurna, bahkan ia akui Ririn tak se sempurna itu di matanya.
Pernah suatu ketika Ririn dengan sengaja menanggalkan seluruh baju di depan matanya, namun Dean masih bisa bertahan bahkan hasratnya sebagai seorang lelaki cukup bisa ia kendalikan.
Selesai mandi dan berganti baju, Dean menuju ranjang di mana Beatrik masih pulas tertidur, mungkin karena pengaruh minuman itulah yang membuat gadis itu masih belum sadar.
Pria bermata tajam itu menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak pernah ia memikirkan jika akan ada seorang gadis yang tidur di ranjangnya.
Ia tersenyum masam saat sadar kalau kini Beatrik bukan lagi seorang gadis karena ulahnya.
Di sofa ruang tengah kini Dean membaringkan tubuhnya, berharap esok hari otaknya bisa berjalan lagi seperti biasa agar bisa memikirkan bagaimana nanti ia menghadapi gadis itu.
Hanya beberapa jam Dean memejamkan matanya karena ia terbangun saat teriakan nyaring berasal dari kamarnya di mana Beatrik tertidur.
Ceklek.
Dean diam tertegun, bibir Beatrik bergetar dengan air mata bercucuran memandang Dean.
"A apa yang terjadi Om?" tanyanya dengan suara parau, dari kalimat yang ia ajukan pada Dean, Beatrik belum sepenuhnya sadar dari pengaruh minuman keras yang ia minum.
Dean terdiam, tanpa di jelaskan pun Beatrik pasti sudah menduganya.
"K kenapa Om lakukan ini padaku Om? Kenapa Om tega menghancurkan masa depanku Om katakan kenapa Om, kenapa?" tangan mungil Beatrik terus memukul dada Dean dengan keras, namun Dean hanya diam tak menghindar.
"Ya Tuhan, apalagi yang bisa aku banggakan di hidup ini ....satu-satunya yang paling berharga ku sudah hilang, untuk apa lagi aku hidup di dunia ini Tuhan, kekasihku menghianatiku, dan lelaki aneh sudah merampas mahkotaku hiks hiks..." tangis Beatrik pilu.
Sialan, siapa yang aneh, bukankah dia sendiri yang memaksa, kenapa malah menyalahkan orang lain, umpat Dean dalam hati.
Dengan selimut yang membalut tubuhnya, Beatrik berjalan ke kamar mandi membawa semua baju dan dalaman nya namun hanya beberapa langkah saja karena rasa perih di area sensitifnya terasa sangat menyiksa.
"Aaakhh...."
Braakk....tubuh Beatrik jatuh terjerembab dengan wajah meringis menahan sakit, desisan lirih keluar dari bibir mungilnya.
Dean spontan membopong tubuh Beatrik menuju kamar mandi lalu mendudukannya di atas kloset.
Dengan tenang pria itu menyalakan air hangat di bathub untuk Beatrik mandi, lalu ia pun mengambil handuk dan bathrobe di dalam lemarinya.
Beatrik hanya bisa diam membisu menyaksikan Dean yang begitu telaten menyiapkan peralatan mandinya.
"Berendamlah dengan air hangat ini, bisa sedikit menenangkan fikiran dan menyegarkan tubuhmu karena sudah aku campurkan minyak aroma therapy" terang Dean tenang.
"Jernihkan fikiranmu, aku tunggu di ruang tengah, kita harus bicara" sambung Dean lagi.
Beatrik memasuki bathub dengan hati hancur, bukan hanya hati dan mahkotanya yang hilang, seluruh tulang di tubuhnya terasa remuk.
Samar memori adegan panas mulai membayang di kepalanya saat gerakan erotis Beatrik bergerak liar di atas tubuh Dean.
Bahkan ia ingat kala Dean bersikeras menolaknya, namun dirinya yang terus memaksa.
Gadis manis itu mulai sadar semua adalah kesalahannya sendiri, dia lah yang memaksa Dean.
Beatrik meremat kepalanya, menyadari kebodohan yang telah membuat mahkotanya hilang.
Dengan tertatih Beatrik keluar dari kamar mandi setelah memakai bajunya lengkap.
Hari sudah cukup siang karena matahari tampak mulai terang, Beatrik berjalan ke keluar menuju ke lantai atas.
"Hei tunggu, kita harus bicara" ucap Dean mengejar Beatrik.
Beatrik menghentikan langkahnya dan menatap Dean, pria tampan yang ia panggil 'Om' yang telah merenggut mahkotanya atau lebih tepat, pria beruntung yang sudah mendapatkan mahkotanya.
"Om, mungkin ini memang sudah suratan takdir yang harus aku lalui, aku anggap ini sebagai cobaan hidupku,lupakanlah kejadian ini, dan anggap tak pernah terjadi apa-apa di antara kita"ucap Beatrik berusaha tenang lalu memasuki kamarnya.
Dean tertegun mendengar yang Beatrik ucapkan, bagaimana mungkin gadis itu masih bisa bersikap tenang setelah apa yang menimpanya.
Kini pria tamapan itu pun hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, kejadian yang sudah membuat keperjakaannya terenggut itu apakah harus ia ikhlaskan begitu saja atau justru harus ia syukuri.
Dia dan Beatrik sama-sama kehilangan mahkota yang sudah mereka jaga selama ini.
Drrt drrtt.
"Bos, motor matic tua itu sudah selesai di perbaiki, dan sudah di antar ke cafe" pesan dari Panca.
"Tolong kau ganti motor tua itu dengan motor matic serupa tapi keluaran terbaru" ucap Dean tegas.
"Hah, maksudnya Bos mau membelikan gadis itu motor baru?kenapa Bos?"tanya Panca.
"Apa penting ku jelaskan alasannya padamu?" kalimat yang membuat Panca hanya bisa menelan ludah kasar.
"Siap Bos" pesan Panca singkat.
Dean menutup ponsel, harga sebuah motor tak sebanding dengan apa yang telah ia rusak di gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Masiah Cia
nikahin aja si betrik Dean
2023-11-15
1