...Maafkan aku telah lancang mencintaimu tanpa persetujuan dari mu. Karena ini rasaku, ini hatiku, dan aku tidak bisa memaksanya untuk tidak mencintaimu....
...****************...
Aku mengikuti Diandra dari belakang. Kami tidak berboncengan. Jarak rumah Diandra ke sekolah memang cukup jauh, membutuhkan waktu perjalanan kurang lebih 15 menit. Sampai di rumah Diandra yang minimalis nan sederhana. Aku dan Diandra memarkirkan motor di teras rumah.
"Ayo masuk. Mama di kamarnya." Ujarnya. Aku berjalan mengikuti Diandra dari belakang.
"Taruh barangmu di kursi aja. Aku mau lihat nenek, kamu ke kamar mama aja gapapa." Intruksinya.
Sesuai dengan intruksi Diandra, aku berjalan menuju kamar mama Diandra. Aku melihat raga mamanya sedang berbaring membelakangiku. Aku duduk di tepi ranjang dengan perlahan, meskipun sudah berhati-hati mama Diandra tetap terusik.
"Eh Nayyala." Lirih mama Diandra sambil bangun dari tidurnya.
"Mama maaf, Nayya ganggu ya?" Kataku sambil salim tak enak hati.
"Enggak sayang. Dari sekolah langsung kesini?" Tanya mama.
"Iya ma. Diandra yang bilang katanya mama lagi sakit." Kata ku.
"Lagi gaenak badan aja sayang." Kata mama.
"Sudah periksa ma?"
"Sudah sayang. Itu sudah dapat obat juga." Kata mama sambil menunjuk ke arah obat-obatan.
"Aku siapin makan ya ma? Habis itu minum obat." Kataku mendapat anggukan dari mama. Setelah izin masuk ke dapurnya, aku lantas pergi ke dapur. Aku melihat beberapa makanan yang sudah dingin, lalu aku panaskan.
Diandra datang dari arah belakang ku. Dia menaruh piring di cucian piring. Dia mencuci piring itu sambil memperhatikan gerak gerik ku.
"Nenek gimana?" Tanyaku.
"Habis aku suapin makan, tidur mungkin." Jelasnya singkat.
"Aku siapin makan buat mama, kamu mau sekalian?"
"Boleh, jangan lupa siapin buat diri kamu sendiri. Jangan sampe ngurusin orang lain terus lupa sama diri sendiri." Tuturnya.
"Iya." Jawabku singkat.
Setelah selesai memanaskan masakan, aku memindahkan makanan itu ke piring dan membuatkan susu lalu meletakkan di atas nampan. Aku membawa makan siang untuk Diandra lebih dulu, Diandra menunggu di ruang tamu.
"Ini makanannya." Kataku sambil meletakkan makanan di meja depannya Diandra.
"Makasih, kamu mau kemana?" Tanya Diandra ketika aku hendak kembali ke dapur.
"Ke dapur. Makanan mama kan belum aku kasihkan." Jawabku.
"Habis ke mama, langsung kesini. Makan sama aku." Ujarnya. Aku hanya mengangguk menanggapinya.
Aku mengantarkan makanan ke kamar mama. Setelah itu aku kembali ke dapur untuk mengambil makanan ku sendiri. Aku ke ruang tamu, ke tempat Diandra.
"Nay." Panggilnya.
"Iya?"
"Kamu nanti mau kuliah atau kerja?"
"Ibu nyuruh kuliah. Tapi aku pengennya kerja."
"Ikuti kata ibu aja, Nay."
"Iya."
"Kalo kamu?"
"Kerja mungkin. Aku mau bantu mama cari uang, kasihan mama kalo harus banting tulang sendiri. Belum lagi harus ngurus nenek yang lagi sakit." Katanya. Aku merasa kasihan. Mama memang seorang single parents, dan Diandra adalah anak tunggal.
"Sabar ya, pasti ada jalan."
"Hmm, makasih Nay."
"Bagaimana dengan keluargamu? Baik-baik saja kan?" Tanya Diandra kepada Nayyala.
"Ya Alhamdulillah" jawab Nayyala menyembunyikannya dari Diandra.
'Sebenarnya tidak baik-baik saja ndra, tapi aku juga bingung dengan yang terjadi. Ndra, doa kan aku supaya bisa melepaskan rasa yang sudah lama untukmu ini, aku ingin fokus memperbaiki keadaan keluargaku.' kataku dalam hati.
"Nay, hey?" Diandra memanggil-manggil namun aku tetap diam.
"Hey, malah ngelamun." kata diandra sambil menyiku ku.
"Eh? Maaf ndra. Hehehe." kataku meringis kikuk.
"Kamu habisin makanannya dulu. Nanti aku antar kamu pulang." kata Diandra.
Di sela-sela makan. Aku bertanya ke Diandra. "Gimana perkembangan hubunganmu?"
"Ya gitu-gitu aja sih. Aku nunggu dia confes duluan." Kata Diandra enteng.
"Gila. Mana ada perempuan yang confes duluan." kata ku.
"Biasanya ada kok. Beberapa kali ada cewek yang confes ke aku." Kata Diandra dengan percaya diri.
"Hah? Terus responmu?" Tanya ku heran. Bagaimana bisa ada perempuan seberani itu menyatakan perasaannya duluan?
"Ya biasa aja. Aku ga suka kok, cuma ku anggap adek kelas ga lebih." jawabnya enteng.
"Hah? Kok bisa aku suka orang modelan begini si?" Ujarku dalam hati.
"Kasian dia." gumam ku lirih namun terdengar oleh Diandra.
"Iya kasian, tapi mau gimana lagi? Akunya ga suka?" kata Diandra.
'Kata-katanya seperti menohok hatiku serasa di tolak terang-terangan, padahal rasaku ke dia tersembunyi.' kataku dalam hati.
"Hmm." gumam ku.
Kami sudah selesai makan, setelah selesai makan Aku berpamitan karena hari mulai gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments