Ekstrakulikuler

...Gagal itu pasti, berhasil itu berusaha keras....

...****************...

Matahari bersinar seperti biasanya, tidak peduli dengan keadaan manusia-manusia di bumi seperti apa dan bagaimana. Aku berkemas mau berangkat sekolah. Aku menuju ruang makan ternyata sudah berkumpul semua, terlihat disana ada sosok yang membuatku menampakkan diri tanpa ekspresi di hadapan semua orang.

"Ibu, aku langsung berangkat." Ucapku berjalan ke arah ibu.

"Ayo makan dulu." Ajak ibu

"Nanti aku makan di sekolah aja, sekarang aku berangkat dulu" ucapku sambil salim ke ibu, si kembar, dan terakhir ayah. Lalu aku keluar bergegas berangkat ke sekolah.

Pagi ini, seperti tidak terjadi apapun? Memang tidak terjadi apapun? Atau dipaksa berpura-pura baik-baik saja? Entahlah. Rasanya jauh dengan seperti... Aku melihat raganya tapi tidak mendapat perannya? Ya, mungkin seperti itu. Orang lain mungkin ketika melihat keluarga ini baik-baik saja, bahkan mungkin ada yang berpandangan seperti keluarga harmonis?

Melihat ibu yang menjadi korban sikap temperamen ayah membuat hatiku sakit, jika orang bilang anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya tapi mengapa aku malah sebaliknya? Rasanya aku jauh dari sosok ayah.

Tak terasa sudah sampai tujuan. Sedaritadi ternyata aku mengendarai motor sambil melamun. Aku berjalan menuju kelas, akhir-akhir ini kepalaku sangat berisik. Sesampainya di kelas aku meletakkan semua barangku di meja, lanjut menyapu kelas karena hari ini jadwal piket ku. Setelah selesai menyapu aku lanjut menata meja-meja yang sekiranya tidak teratur.

Melihat buku-buku yang tertata di pojok kelas membuatku inisiatif membersihkan pojok baca yang jarang dibuat membaca. Setelah selesai semua aku mendudukkan diri di kursi. Aku menenggelamkan kepalaku di lengan yang ku letakkan diatas meja.

"Nayyalaaaaa" teriak Shylla

"Hm. Gausah teriak, aku ga tidur."

"Kusut banget tu muka. Kenapa?"

"Gapapa, lagi banyak pikiran aja."

"Sini bagi, biar sedikit berkurang."

"Udah gapapa kok. Oh iya, sorry chat mu yang kemaren ga aku balas."

"Anjir emang. Kemana aja sampe ga bisa balas chat? Sok sibuk banget."

"Pasar malam."

"Sama ibu? Sama adek?"

"Nggak. Sama Iravan."

"WHAAAAATTTT?!" Teriaknya hingga membuat sebagian teman di dalam kelas menoleh ke arah Shylla. Mendengar teriakannya otomatis aku membungkam mulut Shylla.

"Sssttt... berisik."

"Sorry, tapi beneran kaget tau. Kamu ga biasanya keluar berduaan doang sama cowok. Bahkan sama Diandra yang notabene nya dia orang yang kamu suka, kamu ga pernah tuh jalan berdua sama dia."

"Iravan temenku dari sebelum aku kenal Diandra."

"Iya, kamu udah pernah bilang. Tapi emang kalian sering berduaan gitu?"

"Enggak sering juga sih, kalo lagi sama sama ada waktu luang."

"Kamu ga pernah cerita tentang Iravan."

"Ya dia cuma temen apa yang harus diceritakan coba?"

"Pas aku ketemu waktu itu dia kelihatan dingin begitu. Aku sampe ga berani nyapa duluan."

"Dingin darimana, ga dingin dia."

"Ya karena kamu udah deket sama dia. First impression ku ke dia orangnya dingin, kelihatan banget anak ambis."

"Yakah?" Lalu Shylla mengangguk.

"Emang dia tipe cowok yang ngutamain pendidikan. Dia bilang banyak cewek yang ngedeketin dia, tapi ga dia respon."

"Tapi dia ngerespon kamu. Itu tandanya apa, Nay?" Goda Shylla dengan senyuman tengil.

"Cuma temen." Datar ku.

"Nay, nanti ekstra siapa yang ngisi materi?" tanya Shylla

"Kita. Sensei sepertinya ga bisa hadir nanti."

"Udah dikonfirmasi sama sensei kalo beliau ga bisa datang hari ini?" tanya Shylla

"Udah."

"Oh ya, nanti kita kasih materi apa?"

"Kalo intruksi dari sensei kita disuruh ngulang cara baca sama tambahan materi tata bahasa dikit"

"Emang mereka udah hapal semua hiragana dan katakana?" tanya Shylla

"Harusnya udah pas sama sensei. Apa kita ulang lagi aja? biar lancar"

"Begitu juga boleh." Kata Shylla.

Kami melanjutkan kegiatan sekolah seperti biasanya. Hingga bel pulang sekolah berbunyi. Sambil menunggu semua anggota kumpul, aku menyempatkan sholat ashar. Setelah selesai sholat, Aku dan Shylla berbincang sebentar di teras masjid.

"Persiapan lomba udah sampe mana, Nay?" Tanya Shylla

"Masih belajar tata bahasa sama budaya Jepang. Kamu?" Aku balik bertanya kepada Shylla. Lomba kali ini kami beda cabang lomba. Aku tim cerdas cermat sedangkan Shylla tim lomba kanji.

"Masih hapalan juga, aku lagi usaha hapalan sehari 20 kanji." Kata Shylla.

"Semangat."

"Kamu juga. Semangat itu untuk kita. Sumpah aku takut tau, Nay." Kata Shylla

"Takut kenapa?" Aku menatap Shylla penuh tanda tanya. Pasalnya ini bukan pertama kali lomba.

"Takut gagal lagi, dari dulu aku ga pernah menang." Kata Shylla dengan nada lesu.

"Gagal itu pasti, berhasil itu usaha keras."

"Iya, Nay. Kamu enak udah pernah dapat juara 1." Kata Shylla dengan kagum.

"Shyll... Menang bukan berarti bebas dari beban mental. Apalagi menang karena satu tim sama kakak kelas, hehe." Aku mendengus terkekeh kecil.

"Tapi aku tau usaha mu begitu keras biar bisa imbangin kakak kelas. Plis Nay itu ga mudah sumpah, aku yang baru gini aja udah kebanyakan ngeluh tapi aku lihat kamu santai-santai saja gaada ngeluh sedikitpun. Kata 'capek' jarang sekali keluar dari mulutmu, padahal aku pengen banget denger keluhanmu." Kata Shylla.

"Kalo makin banyak ngeluh, makin berat rasanya. Jadi aku pilih menikmati dan menerima segala konsekuensi hidup di dunia."

Shylla menepuk bahu ku "Kuat banget ni bahu heran. Kalo udah ga kuat cerita ya, Nay?" Aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Aku melihat Diandra lewat di sampingku, menoleh ke arah ku singkat. Seketika aku berpikir, Diandra dengar ga ya pembicaraanku dengan Shylla? Semoga saja tidak. Pasalnya aku tidak memberitahukan apapun tentang lomba yang aku ikuti ini ke Diandra.

Aku dan Shylla kembali ke kelas, semua anggota sudah berkumpul. Kami memulai kegiatan belajar bahasa jepang. Pertama, kami berdua mengadakan tebak-tebakan huruf terlebih dahulu. Kedua, kami membuat soal kata atau kalimat supaya ditulis dengan huruf hiragana dan katakana. Terakhir kami memberi sedikit materi tata bahasa. Sengaja kita membuat tebak-tebakan dan membuat soal, yang nantinya akan kami serahkan ke sensei untuk menyeleksi siapa saja yang bisa ikut ke setiap event perlombaan. Meskipun club ini terbilang kecil dari segi anggota daripada ekstra yang lain. Tapi club jepang ini lah yang sering membawa pulang piala.

Setelah akhir pembelajaran, semua sudah pulang tinggallah Aku dan Shylla yang berada di dalam kelas.

"Kita yang nilai baru diberikan sensei atau langsung kita berikan ke sensei?" Tanya Shylla.

"Kita bawa dulu aja, nanti aku chat ke sensei gimana baiknya." Kataku. Shylla mengangguk menanggapi.

Sewaktu kami berkemas tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas. Kami menoleh ke arah sumber suara.

"Masuk!" Kata Shylla sedikit teriak.

Orang itu ternyata Diandra. Diandra melangkah mendekat ke arah ku dan Shyla.

"Boleh minta waktunya sebentar? Mau ngomong sama Nayya." Ucap Diandra kepada Shylla.

"Boleh. Jangan di apa-apain temen ku." Jawab Shylla.

"Ga di apa-apain paling di anu." Jahil Diandra kepada Shylla. Shylla langsung melotot ke arah Diandra.

"Canda, Shyll." Kata Diandra sambil nyengir tanpa dosa. Shylla keluar kelas sambil menutup pintu kelas. Aku sedari tadi menyimak pembicaraan mereka sambil mengemas barang-barang.

"Bisa berhenti sebentar ga? Disini ada orang loh." Kata Diandra merasa diabaikan mungkin?

"Ngomong tinggal ngomong." Jawabku cuek.

"Nay." Ucapnya sambil mencekal tanganku membuat ku menoleh ke arahnya.

"Hm?"

"Bener, Nay?" Tanyanya tiba-tiba yang membuat ku mengernyit bingung.

"Apaan?"

"Kamu mau lomba lagi?" Tanyanya serius. Ternyata dia denger pembicaraan ku dengan Shylla di teras masjid tadi.

"Iya."

"Ga bilang?" Kata Diandra

"Lupa."

"Kalo aku ga denger tadi kamu ada mau bilang?" Tanyanya yang membuatku diam tidak menjawab.

"Kenapa diam, Nay?" Mendengar pertanyaannya membuatku semakin diam tidak berkutik. Akupun tidak berniat memberitahu Diandra. Aku ingin menjaga jarak dengannya.

"Sorry." Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.

"Iravan kamu beri tahu?" Tanyanya tiba-tiba. Aku mengangguk pelan.

"Udah jadian sama dia?"

"Urusannya sama kamu apa ya?"

"Aku cuma pengen memastikan kalo sahabat ku ini jatuh ke orang yang tepat." Kata Diandra.

"Kalau harapanku orangnya itu kamu, salah?" Batinku.

"Yeuu malah ngelamun." Kata Diandra sambil menyenggol lenganku pelan.

"Mama sakit, Nay." Kata Diandra lirih.

"Sakit apa?" Tanyaku dengan nada sedikit terkejut.

"Gaenak badan dari kemarin." Jawabnya.

"Yasudah nanti aku jenguk mama."

"Pulang ke rumahku ya, Nay? Mama pengen ketemu kamu."

"Aku belum pamit ibu."

"Pamit sekarang. Coba telpon!" Titah nya.

Aku menelpon ibu, dan ibu membolehkan aku ke rumah Diandra. Setelah mendapat persetujuan, Aku dan Diandra sepulang ekstra langsung pergi ke rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!