...Gemuruh merasuk dalam dada. Entah perasaan apa yang datang kali ini. Pikiran negatif mulai bermunculan di dalam kepala. Kenapa hal ini selalu terjadi?...
...****************...
Pagi harinya aku menyiapkan sarapan untuk Lendra. Beginilah ketika Ibu tidak ada di rumah, aku yang menggantikan pekerjaannya. Setelah selesai menyiapkan sarapan aku ganti baju seragam sekolah. Setelah siap aku kembali ke meja makan.
"Lendraaaaa" teriak ku
"Iya kak, masih pagi teriak-teriak" dumel Lendra
"Buruu, nanti telat. Maaf ya cuma masak nasi goreng. Tapi kakak juga masak sandwich buat bekal kita."
"Ini juga udah cukup kak"
Sarapan hari ini hanya berdua. Kitapun makan dengan khidmat dan nikmat meskipun hanya berdua saja
"Gendra hari ini ga masuk?"
"Masuk, dia berangkat dari Rumah Sakit. Kemaren dia udah prepare"
"Ayah kemana sih?" . Respon Lendra hanya mengendikkan bahu
"Udahlah kak gausah bahas ayah, masih pagi ini. Kakak mau ngerusak mood kakak sendiri?" kata Lendra. Aku hanya menghembuskan napas kasar.
Tidak banyak yang tahu, hubunganku dengan ayah sedikit tidak baik. Aku kasihan sama Ibu harus bertahan dengan orang yang tidak bertanggung jawab. Setiap aku bahas soal ayah dengan Ibu, Ibu hanya 'yang penting Ibu masih punya kalian. Kalian cinta Ibu, kebahagiaan kalian juga kebahagiaan ibu' aku menghembuskan napas kasar mengingat betapa sabar dan tabahnya Ibu yang menjalani hidupnya meski hidupnya terkadang tidak memihaknya.
"Udah selesai kak? Sini biar aku aja yang beresin. Kakak ambil perlengkapan sekolah dulu. Nanti kalo udah selesai aku langsung nyusulin kakak ke depan" Kata Lendra
Aku pun bersiap-siap, setelah selesai aku ke depan mengambil motor. Hari ini aku harus mengantar Lendra ke sekolahnya lebih dulu, biasanya Lendra berangkat bareng Gendra. Setelah mengantar Lendra aku langsung berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah ternyata sudah banyak yang datang, tidak seperti biasanya. Hari ini sedikit lebih siang dari biasanya, bahkan Shylla sudah berada di kelas.
"Tumben baru dateng? Kemaren juga kemana aja kok ga bales chat?"
"Satu-satu Shylla." kataku menghembuskan napas kasar
"Tadi nganterin Lendra dulu ke sekolah. Soal kemaren maaf, aku di Rumah Sakit nemenin Ibu"
"Hahhh? Ibu masuk Rumah Sakit?" ucap Shylla terkeut.
"Iya, drop lagi." kataku
"Terus gimana kondisinya?"
"Alhamdulillah nanti udah boleh pulang."
"Aku nanti ikut deh ke Rumah Sakit" Kata Shylla, aku hanya mengangguk mengiyakan.
Pelajaran pun dimulai hingga tiba jam istirahat. Seperti biasanya, sholat setelah itu makan siang. Kali ini waktu tersisa lumayan banyak, aku membuka ponsel ku berharap ada kabar dari Ibu. Ternyata tidak ada, semoga semua baik-baik saja.
"Nay" panggil seseorang
Aku pun mendongak melihat siapa yang memanggilku. Ternyata Diandra, tumben? biasanya ngechat. Ada apa ya? Ini masih istirahat, di kelas ku banyak anak. Hufftt... Pasti jadi bahan perbincangan mereka, karena Aku dan Diandra tidak menunjukkan kedekatan di sekolah.
"Malah bengong, pinjem catetan MTK. Kata bu guru lo udah nyatet lengkap" kata Diandra to the point.
"Ga bawa. Ga ada waktunya MTK hari ini"
Pluk
Buku ku jatuh, tidak aku senggol. Siapa lagi kalo bukan ulah Diandra. Aku menunduk mengambil buku, ternyata Diandra juga menunduk mengambil buku.
"Ikut aku ke rooftop. Sekarang!" bisik Diandra dengan suara kecil, sangat kecil hanya aku dan dia yang dengar.
Setelah itu Diandra keluar dari kelas, Aku menunggu beberapa saat supaya tidak ada yang curiga. Aku pamit ke Shylla untuk keluar sebentar, Shylla mengiyakan. Aku berjalan menuju rooftop. Sesampainya di rooftop aku melihat Diandra duduk di bangku yang biasanya kita tempatin kalau ketemuan berdua. Aku menghampiri Diandra lalu duduk di sebelahnya.
"Kemarin kemana aja?" to the point Diandra
"Ga kemana-mana"
"Ngapain aja sampe ga sempet bales chat gue?"
'gue?' Ga biasanya dia begini. Dia marah? Aku menatap Diandra bingung. Kenapa dia tiba-tiba begini?
"Ga jawab?"
"Aku sibuk di rumah, bantu ibu..." 'bantu ibu tertawa biar ga inget sakitnya , ndra' lanjutku dalam hati
"Buka hp lo." titahnya
Aku pun membuka ponselku ternyata memang benar, spam chat dari Diandra tidak ada satupun yang aku jawab.
"Maaf."
"Gue khawatir sama lo. Gue kira lo marah sama gue"
"Gue ga marah sama lo, Ndra. Lagian ngapain gue marah?" kataku ikutan 'gue-lo' ke Diandra
"Gue kira lo marah karena gue selalu deket sama cewek-cewek lain."
"Itu hak lo mau deket sama siapapun. Ga ada urusannya sama gue."
"Lo sebenarnya kenapa, Nay? Dari kemaren lo beda."
"Gapapa."
"Gue balik dulu." Final ku.
Diandra menatap kepergian ku dengan ekspresi frustasi. Aku tak menghiraukannya.
'Maaf, ndra. Kamu ga perlu tau apa yg aku alamin. Aku gamau kamu tau ini.' batinku. Aku berjalan kembali ke kelas.
"Gimana Nay?" Tanya Shylla
"Diandra marah gara-gara chatnya ga ku balas kemaren."
"Dih dia kenapa kok marah-marah, lagian bukan siapa-siapa mu juga"
"Katanya dia khawatir gitu."
"Whaattt? Dia khawatir? Kamu ga curiga?"
"Engga, tapi aku tau yang dipikiranmu."
"Hati-hati aja ya."
"Iya, lagian aku udah tau dia begitu. Bisa aja dia begitu ke yang lain kan?"
"Pinter"
Aku cek ponsel membuka WhatsApp, ternyata ada chat dari Lendra.
Nalendra Radhitya Meesha
Kak aku pulangnya gimana?
^^^Kamu mau nunggu sampe kakak pulang? Masih lama loh. Kamu gojek aja ya?^^^
Yaudah kalo gitu aku langsung ke Rumah Sakit aja.
^^^Okee, hati-hati. Udah kakak isi gopay mu, buat ongkos pulang.^^^
Oke kak. Makasih
^^^Sama-sama^^^
Aku menutup ponsel dan melanjutkan berbincang dengan Shylla.
"Minggu depan ujian ya?"
"Iya."
"Udah belajar Nay? Pasti udah sih."
"Emang aku pernah belajar selain ngerjain tugas?"
"Iya sih. Hahaha"
"Katanya habis ujian ada classmeet ya?"
"Iya. Noh anak-anak udah diskusi buat siapa-siapa yang ikut classmeet."
"Kamu ga ikut?"
"Nunggu kalo ditunjuk aja"
"Kamu deh keknya yang bakal kepilih buat gambar"
"Aku cuma jago gambar di kertas, bukan di tembok. Lagian lombanya gambar mural di tembok"
"Dih belom terjun udah yakin jatuh"
Aku hanya mengendikkan bahu. Tak lama kemudian jam pelajaran selanjutnya dimulai, hingga waktu pulang pun tiba. Seperti titah ibu kemarin, sepulang sekolah aku langsung ke Rumah Sakit jemput Ibu. Aku dan Shylla berangkat bersama ke Rumah Sakit.
Sesampainya di depan kamar ibu aku mendengar suara kekehan bahagia dari dalam, rasanya hangat dan aku berharap hal seperti ini bisa bertahan lebih lama lagi. Sebelum aku membuka knop pintu...
"Kak" Itu suara Nalendra
Aku menoleh melihat dua orang berjalan ke arah ku. Ya, kedua adikku. 'Lalu siapa yang ada di dalam?' terbesit dipikiran ku. Aku dan Shylla saling pandang, seperti dua orang yang sedang memikirkan hal yang sama. Aku segera membuka pintu. Ternyata...
"Sejak kapan kamu disini?" Tanyaku ketus
"Kakk, baru dateng kok udah marah-marah sihh." Itu suara ibu. Aku hanya bergumam.
"Ehh Shyllaaa" sapa ibu dengan tulus
Shylla mendekat ke ranjang ibu "Ibuuu, kok bisa sampe dirawat sih" kata Shylla sambil memeluk ibu, dan dibalas pelukan hangat oleh ibu. Memang seperti itu, siapapun temanku pasti juga dianggap anak sama ibu.
"Hihihi cuma kecapekan kok sayang. Ini juga mau pulang. Nunggu semua urusan administrasi beres." Kata ibu
"Yaudah nanti Shylla ikut antar ibu sampe ke rumah ya." Kata Shylla sambil nyengir kuda.
"Bolehh sayang. Seneng deh ibu, jadi kayak punya anak banyak hihihi" kekeh kecil ibu.
Tidak sengaja mata ku dan matanya saling bertemu, ternyata dari tadi dia memperhatikanku dalam diamnya. Pikiran ku sekarang berkecamuk, memikirkan kesehatan ibu, memikirkan ujian di sekolah, memikirkan Diandra yang marah, memikirkan permasalahan dengan ayah, dan masih banyak lagi.
Aku memang sendiri, tapi aku tidak kesepian. Karena isi kepalaku sudah terlalu rame, sangat sangat berisik.
"Ibu, aku ajak Naya keluar sebentar boleh?" Pamitnya
"Boleh. Administrasi juga masih lama kayaknya" kata ibu
Aku menautkan alis, seolah bertanya 'mau kemana?' tanpa basa-basi dia langsung menggandeng tanganku. Aku yang masih kebingungan pun akhirnya pasrah. Sampai di rooftop Rumah Sakit, melihat kota dari atas. Pemandangan yang cukup indah.
"Kamu kenapa?" Tanyanya tiba-tiba. Aku menggeleng kecil tanpa suara yg keluar dari mulutku. Aku melihat dia menghembuskan napas kasar.
"Maaf aku kesini ga bilang sama kamu." Katanya
"Gapapa." Kataku singkat pandanganku tak lepas dari pemandangan kota.
"Cerita sama aku, Nay. Kamu kenapa? Atau aku yang ada salah?"
Aku menghembuskan napas kasar. "Kamu bolos?" Kataku sambil melihat ke arahnya
Dia mengerutkan keningnya bingung. Lalu dia berkata "Engga Nay. Hari ini sekolahku pulang lebih awal." Kata Iravan. Aku mengangguk paham.
"Terus kamu kenapa? Pikiranmu lagi kacau?" Tanyanya. Aku mengangguk kecil.
"Cerita sama aku, Nay. Setidaknya biar aku bisa bantu ringanin beban mu"
Aku menggeleng pelan. "Kamu udah terlalu banyak bantu aku, bantu ibu, baik sama aku, baik sama ibu, baik sama adik-adik. Aku gamau lagi ngerepotin kamu."
"Sama sekali ga ngerepotin. Justru aku seneng kamu repotin." Katanya santai.
Aku membisu tanpa kata, tak terasa air mataku jatuh. Iravan menarik ku kedalam pelukannya. Aku terisak dalam pelukannya cukup lama, hingga isakan ku reda.
"Aku sakit kalo lihat ibu sakit van." Lirihku. Iravan mengelus punggungku, dia menguatkanku.
"Jangan ngerasa sendiri. Ada aku." Kata Iravan tulus.
Aku melepaskan pelukan kami. "Maaf ya, aku cengeng banget." Sambil mengusap air mata ku. Iravan hanya bergumam.
"Kamu basuh muka kamu. Biar ga kelihatan nangis di depan ibu. Habis ini kita pulang, kek nya administrasi ibu juga hampir beres." Kata Iravan. Aku hanya mengangguk langsung pergi ke kamar mandi terdekat. Setelah itu menuju kamar ibu. Setelah administrasi ibu selesai semua, kami berenam pulang ke rumah ibu. Ibu dibonceng Iravan, Aku boncengan dengan Shylla, dan Nagendra dengan Nalendra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments