...Senja selalu indah untuk para pengagumnya dengan segala yang dia suguhkan. Melihat senja yang hampir sempurna keindahannya, membuatku berpikir. Mengapa harus suka senja? Dari semua ciptaan yang ada. Sekarang aku tahu, karena beberapa hal memang hanya untuk dikagumi dari jauh....
...****************...
Setelah sampai di rumah aku mengetok pintu dan salam. Tapi tidak ada seorang pun yang menyahut. Pintu tidak di kunci? Tumben... Pada kemana? Pertanyaan itu bermunculan di pikiranku. Aku berjalan ke belakang, ternyata di meja makan sudah siap tersaji untuk makan siang. Tapi yang lain pada kemana? 'Oh iya aku seharian belum buka hp' pikirku. Aku merogoh tas ku mencari keberadaan ponsel pintar ku, yaakkk aku menemukannya. Aku membuka aplikasi WhatsApp dan ternyata banyak pesan masuk, atas sendiri tertera nama Nalendra Radhitya Meesha, ku buka chatnya Nalendra
Nalendra Radhitya Meesha
Kak..
Ayah, Aku sama Kak Gen nganter ibu ke Rumah Sakit. Ibu drop kak.
Kakak kalo mau kesini makan dulu ya, ibu udah siuman kok kak. Kakak gausah terburu-buru kesininya. Ibu pesan harus makan dulu sebelum kesini. Oke kak?
^^^Oke, Len. Mau dibawain apa dari rumah? ^^^
Gaada kak. Tadi udah dibawain Kak Gen kok.
^^^Oke. Kalo gitu kakak makan dulu^^^
Iya Kak.
Menutup hp bergegas ganti pakaian lalu makan. Aku menghembuskan napas panjang. Lagi, lagi dan lagi. Jika bisa, Aku ingin sakitnya Ibu biar aku saja yang menanggungnya. Aku tidak tega melihat Ibu harus terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Aku menatap makanan itu tidak selera, padahal yang didepan mata adalah makanan kesukaanku. Rasanya Aku tidak ingin makan dan langsung pergi ke Rumah Sakit, tapi kasihan Ibu yang sudah menyiapkan ini dengan sekuat tenaganya. Aku harus memakannya supaya Ibu senang. Setelah selesai makan aku membereskan sisa makanan untuk ku bawa ke Rumah Sakit. Mungkin nanti bisa dibuat makan malam di Rumah Sakit. Setelah mempersiapkan semuanya, aku membuka ponsel pintar ku lagi. Numpuk chat yang belum ku balas, tapi aku hiraukan dan membuka chat Nalendra.
Nalendra Radhitya Meesha
^^^Len, Kakak otw...^^^
Oke kak. Hati-hati
Aku hanya membacanya dan bergegas keluar untuk menunggangi motor kesayanganku. Aku melau menggunakan motor kesayanganku ke Rumah Sakit. Butuh waktu kurang lebih 15 menit untuk menempuh jarak dari rumah. Akhirnya, Aku sampai di Rumah Sakit. Aku membuka ponsel ku mencari nomor Nalendra, Aku telepon...
"Halo Kak"
"Halo, Len. Kakak udah di parkiran nih. Ibu di ruang mana?"
"Oh oke kak, tunggu bentar ya. Kak Gen mau nyusul kakak katanya"
"Ohh yaudah, oke kakak tunggu."
"Aku matiin telponnya ya kak"
"Hmm"
Sambungan telpon terputus, Aku menunggu kedatangan Nagendra.
"Nayy" panggil seseorang
Aku pun menoleh, terkejut melihat siapa yang datang "Lohh kamu? Ngapain disini van?"
"Ohh gapapa, tadi lihat motor kamu masuk Rumah Sakit jadi aku ikutin. Kebetulan aku lagi di sekolah. Sekolah ku di depan Rumah sakit ini. Maaf ya" kata Iravan nyengir kuda.
"iya gapapa" kataku sambil celingukan mencari keberadaan Nagendra
"Btw siapa yang sakit, Nay?"
"Emmm... I-ibu"
"Innalillah... Boleh aku ikut ke dalam? sekalian jenguk"
"Emm.. Boleh. Tapi nunggu Nagendra kesini. Daritadi dia ga nyampe-nyampe padahal Nalendra bilangnya udah dari tadi"
"Yaudah sabar dulu"
"Kak" Teriak Nagendra dari keajuhan
"Nah tuh anaknya" kata Iravan
"Kamu ini darimana sih. Lama amat" omel ku pada Nagendra
"Maaf" kata Nagendra menunduk
"Udah gapapa sabar ya Nay, sekarang kita langsung ke kamar Ibu" kata Iravan
"Yaudah. ikutin Gendra" kata Nagendra
Kita bertiga menyusuri lorong rumah sakit. Kamar Ibu ada di lantai 4. Pantas saja Nagendra lama, ternyata memang cukup jauh dari parkiran.
"Sini aku bantu bawain barangnya" tawar Iravan
"Gausah van. Cuma ini kok, ga berat." kata ku tersenyum tipis. Tapi Iravan tetap merebut barang bawaan ku.
'Van, lama ga ketemu kok kamu jadi begini? dulu julukanmu cowok kulkas' gumamku dalam hati sambil memperhatikan Iravan sejenak.
"Iya tau Mas Iravan ganteng. Dilihatin mulu" celetuk mulut nakal Nagendra
"Paan sih, Gen. Diem deh" kataku sewot. Nagendra tertawa terbahak-bahak sedangkan yang jadi topik pembicaraan hanya tersenyum elegan. Kita bertiga sampai di kamar Ibu.
"Assalamualaikum" ucap ku lirih
"Waalaikumussalam. Sini kak, masuk" Itu suara Ibu. Aku pun masuk di ikuti oleh Iravan.
"loh kakak ga sendiri ternyata hihi" kata Ibu sambil terkekeh kecil.
"Hehe iya bu" kata ku sambil menggaruk tengkuk
"Maaf bu, tadi kebetulan Iravan lagi ada di sekolah dan lihat Nayya belok kesini jadi Iravan ikutin" Kata Iravan sungkan
"Gapapa Nak. Ibu seneng ada temennya Nayya yang ikut jenguk. Makasih ya" kata Ibu tersenyum tulus. Aku membiarkan mereka berdua berbincang. Aku berjalan ke arah Nalendra.
"Ayah mana?" tanya ku ke Nalendra sambil berbisik
"Udah pergi lagi kak." bisik Nalendra
"Ninggalin kalian disini sendiri gitu aja?" bisik ku dan mendapat anggukan dari Nalendra.
'Gila' batinku
"Kak?" Panggil Ibu
"Iya bu? Kenapa? Ada yang sakit?" tanya ku. Ibu tersenyum tulus kepada ku, dan memberi isyarat agar ku mendekat kearahnya.
"Ibu gapapa kak, udah mendingan. Besok juga udah boleh pulang. Gausah khawatir ya?" Kata Ibu sambil elus kepalaku, aku hanya tersenyum tipis.
"Bu, boleh aku ajak Nayya ke taman?" Izin Iravan ke Ibu. Aku terkejut dibuatnya.
"Tentu boleh, Nak. Ibu lihat sepertinya moodnya Nayya lagi ga bagus. Kali aja setelah kamu ajak ke taman dia ceria lagi" Kata Ibu sambil tersenyum tulus.
Iravan berterima kasih lalu mengangguk kepadaku untuk isyarat supaya aku mengikutinya. Sesuai dengan isyaratnya aku mengikuti Iravan dari belakang. Taman yang letaknya tak cukup jauh dari kamar Ibu. Sesampainya di taman, mataku dimanjakan oleh pemandangan yang indah. Hijau, asri, sejuk nan menenangkan. Iravan berjalan ke bangku yang berada di tengah taman. Iravan mendudukkan dirinya di kursi itu dan aku pun mengikutinya.
"Cantik..." gumamnya
"Iya, cantik ya tamannya" kataku
Iravan menoleh ke arah ku lalu tersenyum dengan tulus
"Habis ini waktunya senja datang. Lihat senja dari sini viewnya bagus" katanya
"K-kamu ingat?" tanya ku. Iravan hanya tersenyum lalu mengangguk. Kita saling diam menikmati keindahan alam yang ada di sekitar. Tidak ada yang membuka suara satu pun. Tapi tiba-tiba...
"Kenapa?" Tanyanya
"Hah?" respon ku bingung dengan pertanyaan Iravan
"Masih susah cerita ya?" katanya. Aku hanya bergumam menanggapinya.
"Kamu banyak berubah ya, Van?" Iravan menoleh mengangkat satu alisnya
"Lupakan. Apa urusan mu di sekolah sudah selesai?" kataku
"Ini lagi senggang. Nanti malem baru jadwalku jaga lagi."
"Harusnya kamu buat istirahat biar nanti lagi pas jaga malem"
"Ini juga lagi istirahat kan?"
"Maksudku kalo kamu istirahat di sekolah kan bisa rebahan gitu"
Iravan hanya mengangguk. Tiba-tiba dia merubah posisinya meletakkan kepalanya di pangkuanku. Aku sedikit shock dengan tingkahnya. "Biarin gini dulu ya, nyaman" katanya sambil memejamkan matanya. Aku diam mematung membiarkan Iravan istirahat di pangkuanku. Selama beberapa menit tidak ada yang membuka suara. Hingga senja datang...
"Van, lihat senjanya cantik banget" Kataku sambil menggoyang-goyangkan bahunya. Iravan membuka matanya lalu merubah posisinya duduk kembali.
"Kamu ke sana deh" titah Iravan untukku supaya berjalan ke arah senja dan membelakangi senja. Aku berpose, Iravan memotretnya dan begitupun sebaliknya
"Foto berdua yuk, mumpung senjanya belum hilang" kataku dengan antusias. Iravan menyetujuinya, kita berdua berfoto ria hingga senja berganti gelapnya malam.
Aku dan Iravan mencari mushola terdekat untuk menunaikan sholat maghrib. Setelah selesai sholat maghrib kita berdua kembali menuju kamar Ibu.
"Eh kakak udah balik, gimana tadi? Seneng" tanya Ibu
"Seneng bu, lihat senja soalnya" kataku sambil nyengir kuda
"Alhamdulillah deh, Kamu sama Lendra nanti pulang aja ya. Ibu biar disini sama Gendra, besok pulang sekolah kamu kesini lagi jemput Ibu" kata ibu
"Iya nanti pulang jam 10 an aja. Gapapa kan, Len?" tanya ku meminta persetujuan Nalendra dan dia hanya mengangguk.
"Nanti biar aku yang kawal mereka dari belakang bu, Ibu gausah khawatir" kata Iravan
"Ga ngerepotin kah? Kamu habis kegiatan pasti capek" kata Ibu
"Engga kok bu, kebetulan jam 10 udah selesai kegiatannya." kata Iravan tulus
"Oh gitu, iya deh. Makasih ya Nak" Kata Ibu sambil tersenyum tulus ke Iravan. Begitupun Iravan juga tersenyum tulus ke Ibu.
'Pemandangan yang indah' batinku
Setelah itu Iravan pamit kembali ke sekolahnya untuk memenuhi tugasnya. Aku, Ibu, Nagendra, dan Nalendra bercengkerama hangat menghibur Ibu supaya hilang ingatanya tentang sakitnya. Kami saling bertukar cerita. Terkadang kita juga tertawa dengan kekonyolan Lendra. Memang diantara tiga anak ibu yang paling konyol, paling rame, paling cerewet itu ya si bungsu Lendra. Sedangkan sifat Gendra kebalikan dari Lendra. Tak terasa sudah pukul sepuluh Aku dan Lendra pamit untuk pulang sesuai perintah ibu. Kita berjalan menuju parkiran, sesampainya di parkiran ternyata Iravan sudah menunggu disana. Senyum manis yang dibuat menutupi kelelahannya untuk menyambut kedatanganku dengan Lendra. Akhirnya kami bertiga pun mengendarai motor dengan kecepatan rata-rata untuk pulang ke rumah dengan di kawal Iravan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments