...Kelopak mawar merah yang jatuh ke atas darah. Itulah caraku mencintaimu....
...Tidak peduli tetesan darah, yang menyerupai merahmu. Makna indahnya tidak akan berkurang....
Edward.
Cup cake itu ditatapnya. Hadiah ulang tahun yang didapatkannya secara langsung untuk pertama kali. Ayahnya selalu menitipkan pada sang sekretaris. Tidak ada perayaan khusus untuknya. Anak perempuan di sekolahan hanya cekikikan, begitu berisik, meletakkan hadiah di mejanya.
Tapi hadiah ini dari Rachel? Dirinya terdiam, senyuman menyungging di wajahnya.
"Dia hanya seonggok daging yang kebetulan dapat berjalan. Tidak penting dalam hidupku." Itulah yang ada dalam otak Edward saat ini, memungut cup cake yang sedikit hancur itu. Tamtam? Bukanlah hal yang penting baginya.
"Rachel, ayo kita ke kamar dan menyalakan lilin." Ucapnya tersenyum, anak yang dapat tersenyum tulus.
"Emmm!" Rachel mengangguk, tersenyum mengikutinya.
"Edwardku yang manis! Saat dewasa nanti kamu tidak akan menjadi pembunuh berantai seperti dalam novel. Astaga! Betapa dewasa dan baiknya anak ini! Bahkan berkata-kata kasar saja tidak bisa!" Batin Rachel, ingin berteriak rasanya. Mengubah alur dan sifat tokoh kesayangannya.
Berjalan mengikutinya, langkah demi langkah.
Hingga.
Brak!
Tamtam yang emosi melempar asbak, namun sedikit meleset hampir mengenai bahu Rachel."Ka...kamu hanya pelayan! Dan satunya lagi anak haram! Berani-beraninya kalian padaku!" teriaknya.
Asbak yang terjatuh di lantai. Senyuman menyungging di wajah Edward. Anak itu tertawa kecil memungut asbak. Suasana hening sejenak, entah kenapa Tamtam menelan ludahnya kasar.
"Hutang harus dibayar cepat atau lambat..." kalimat yang diucapkan Edward dengan darah yang mengalir dari pelipisnya. Akibat benturan sudut meja yang sebelumnya dialaminya. Tapi anehnya kala darah itu mengalir, sudut bibirnya masih terangkat.
"E... Edward ayo kita ke kamar, sekalian obati lukamu. Ingat kamu boleh mengumpat atau berkata-kata kasar. Tapi tidak boleh menyimpan dendam." Kalimat manis dari Rachel. Dijawab dengan anggukan oleh Edward.
Sementara entah kenapa Tamtam gemetar, menelan ludah kasar. Mungkin sebuah insting untuk bertahan hidup. Dirinya yang melukai Edward, tapi entah kenapa dirinya sendiri yang ketakutan.
*
"Rachel, ini menyakitkan..." Ucap Edward kala Rachel mengobati pelipisnya.
"Betapa manisnya! Boleh aku mencubit pipimu!" Ucap Rachel gemas, tangan kecilnya yang baru saja mengobati luka Edward, mulai bergerak mencubit pipinya pelan. Rasanya benar-benar kenyal dan lembut. Ini gila! Tidak mungkin anak ini tumbuh menjadi seorang psikopat.
"Berbaringlah!" Edward menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Diikuti oleh Rachel.
"Kita adalah teman. Teman tidak akan saling meninggalkan. Jadi kamu tidak boleh meninggalkanku sama sekali!" Ucap anak laki-laki berusia 10 tahun itu, memeluk anak berusia 8 tahun erat.
Rachel mengangguk."Kita adalah teman, teman tidak akan meninggalkan temannya. Kecuali kamu sudah memiliki pasangan untuk hidup bersama."
"Jadi teman memiliki batas waktu untuk bersama?" pertanyaan dari Edward. Sedangkan Rachel memeluknya menepuk punggungnya. Berharap dapat menenangkan pemeran antagonis yang memiliki kehidupan masa kecil yang buruk ini.
Rachel mengangguk, berucap tidak sesuai usianya. Ingat! Dirinya hanya Rania pembaca novel yang entah bagaimana dapat terjebak dalam dunia di novel yang pernah dibacanya."Memang memiliki batasan. Suatu hari nanti kamu akan menemukan orang yang kamu cintai seperti pangeran menemukan putri yang cantik. Aku juga sama, saat dewasa nanti aku akan menemukan seorang."
Anak laki-laki itu hanya terdiam, mengeratkan pelukannya. Tidak ada kalimat yang diucapkan olehnya.
*
Hari ini Rachel memecahkan celengannya. Dirinya merupakan anak pelayan di tempat ini. Ibunya yang merupakan seorang pelayan melarikan diri dua tahun yang lalu, meninggalkannya di rumah besar ini. Sedangkan ayahnya seorang supir di kediaman ini, sudah meninggal tiga tahun yang lalu.
Dirinya sebatang kara, sudah bagus tidak dititipkan di panti asuhan. Jadi hal yang dilakukan saat ini, sebagai tokoh sampingan penuh perencanaan adalah, menempel di kaki tokoh antagonis (Edward).
Sudah dua bulan dirinya terjebak dalam dunia novel yang baginya aneh ini. Novel yang sejatinya berlatarbelakang dunia modern. Tapi mengingat cerita novel seharusnya dimulai ketika Alira (tokoh utama wanita) bekerja. Jadi saat ini, masih merupakan jaman dimana teknologi belum begitu maju.
Jangankan smart phone, bahkan warnet saja tidak ada. Karena itu untuk mendapatkan tunjangan pendidikan, kemewahan sebagai pelayan, uang jajan yang banyak. Eh, salah! Maksudnya demi menyelamatkan nyawa banyak orang yang akan dibunuh Edward di masa depan, serta demi masa kecil Edward yang bahagia. Dirinya harus menghubungi ayah kandung Edward yang tinggal di luar negeri.
Mengatakan bagaimana Edward mendapatkan kekerasan dari bibi dan pamannya yang gendut dan serakah. Membawa setumpuk uang tabungannya yang sejatinya tidak seberapa. Berbekal nomor telepon internasional milik ayah Edward. Dirinya mendatangi wartel (warung telekomunikasi, mirip tempat telepon umum. Tapi tidak menggunakan koin, berbayar sesuai panggilan).
Dirinya mulai membuka salah satu bilik. Tangannya bergerak cepat menekan nomor tersebut tidak sabaran.
"Good afternoon, who is itu?" pertanyaan dari seseorang dari seberang sana.
"Saya pelayan Edward! Bisa bicara dengan tuan besar!?" tanyanya cepat, menelan ludah menatap cepatnya saldo yang berjalan.
"Tunggu sebentar." Kalimat yang diucapkan sang sekretaris. Hingga suara seorang pria lainnya terdengar.
"Ada apa?" Suara yang benar-benar berkharisma. Tapi sekali lagi, saldo yang terus berjalan membuat anak itu tercengang.
"Tuan! Ini saya pelayan Edward! Tuan muda dihajar! Dipukuli! Bahkan diminta mengatakan ingin mobil baru! Padahal mobil barunya digunakan oleh ayah dan ibunya Tamtam!" Kalimat singkat cepat super kilat dari Rachel, mematikan panggilan dengan cepat. Menghirup napas dalam-dalam. Ingin menangis rasanya, uangnya yang bertumpuk-tumpuk habis hanya menyisakan 700 rupiah. Hanya untuk panggilan internasional sialan.
"Uangku!" teriak Rachel menangis pada akhirnya. Gila! Betapa mahalnya komunikasi di jaman ini. Dengan cepat menghapus air matanya sendiri."Tidak boleh seperti ini. Ini namanya investasi! Setelah Edward berjaya, selaku lintah kecil yang menempel di kaki antagonis maka aku akan menjadi lintah gemuk."
Itulah yang ada dalam fikiran Rachel. Senyuman menyungging di wajahnya. Sudah dapat menerima dirinya bertransmigrasi ke dalam dunia pararel ini. Yang harus dilakukannya hanya hidup dengan baik. Menjadikan antagonis yang ditempelinya berjaya, menjodohkannya dengan pemeran utama wanita.
Setelah itu dirinya dapat hidup bahagia selama-lamanya. Walaupun dirinya tidak yakin, karena Rachel dalam cerita novel asli hanya terdapat dalam beberapa baris kalimat. Mati karena sakit parah saat masa remaja Edward.
Tapi dirinya dan Rachel dalam novel kan berbeda. Rachel dalam novel hanya anak pelayan pemalu, sedangkan dirinya adalah lintah yang menempel pada tuan muda. Apalagi dirinya di kehidupan sebelumnya merupakan calon dokter.
Senyuman menyungging di wajahnya. Dirinya membayar menggunakan banyak uang receh pada penjaga wartel. Kemudian membawakannya oleh-oleh untuk Edward.
*
Sementara di tempat lain.
Edward tersenyum dari balkon kala seekor anj*ng tetangga kebetulan lewat, sedangkan Tamtam tengah memakan donat di atas ayunan. Meniup peluit khusus, peluit yang tidak mengeluarkan suara.
Anehnya anj*ng yang kebetulan lewat itu bagaikan terganggu. Berlari ke arah Tamtam tanpa menggonggong.
"Agghhh! Sakit tolong aku!" teriak Tamtam, kala sang anj*ng menyerang dirinya.
"Errgh!"
"Errgh!"
Dua orang pelayan mencoba menyelamatkan Tamtam. Memukul anj*Ng itu menggunakan balok kayu.
Namun, cakaran, gigitan. Berapa jahitan yang akan diterima Tamtam! Entahlah anak itu hanya menangis dimasukkan ke dalam mobil. Hendak dibawa ke rumah sakit.
Sedangkan Edward hanya terdiam. Masih duduk di balkon kamarnya, wajahnya tersenyum kala angin lembut itu menyapa. Peluit khusus yang suaranya hanya dapat didengarkan anj*ng atau kelelawar, itulah yang baru saja dibunyikannya.
"Kalian boleh menyentuhku. Tapi tidak untuk menyentuh Rachel..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jarmini Wijayanti
Edward Edward dendam juga
2024-07-08
0
Bzaa
wahhhhh Edward ternyata membalas diam2
2024-06-18
0
endang sri sejati
si tuan muda yg bucin 😂😂
2024-06-02
0