Bab 5

Kini Alana dan Rendi berasa di sebuah restoran, Rendi menatap wajah cantik Alana yang terlibat begitu mempesona di pandangan nya.

"Kamu kenapa na gak suka makanan nya? " Tanya Rendi membuat Alana terkesiap.

"Eh, sukak kok mas aku suka sama makanan nya. " Jawab Alana, Rendi pun terus memperhatikan Alana yang hanya mengaduk dan memainkan makanan yang ada di hadapan nya.

"Alana, aku serius kalau kamu gak suka makanan nya gak apa-apa pesan lagi saja. Saya perhatikan kamu hanya melamun dan memainkan makanan kamu, kenapa sedang ada masalah? " Tanya Rendi membuat Alana menatap wajah Rendi.

"Gak apa-apa kok mas maaf ya kalau Alana kurang fokus, " ucap Alana merasa tidak enak hati kepada Rendi.

"Tidak apa-apa kamu tidak perlu sungkan na, " balas Rendi Alana pun mengangguk.

"Oiya kamu mau ikut reuni gak minggu besok? " Tanya Rendi membuat Alana kembali terfokus kepada lelaki itu.

"Alana gak tau mas mau ikut atau enggak nya, " balas Alana.

"Kenapa? " Tanya Rendi lagi.

"Ya tidak apa-apa, " balas Alana singkat.

"Atau kamu mau kencan dengan kekasih kamu? " Tanya Rendi.

"Kekasih? " Beo Alana membuat Rendi mengangguk.

Alana hanya bisa tersenyum getir ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu, apa yang harus ia katakan? Dirinya tidak memiliki kekasih namun akan segera menikah, apakah itu bisa disebut sebagai kekasih?

Bahkan Alana tidak mengenal sosok yang akan menikahinya nanti, lalu harus disebut apa lelaki itu oleh Alana? Calon suami? Bukankah jika seorang calon suami keduanya harus sudah mengenal satu sama lain? Namun nyatanya semua itu tidak dirasakan oleh alana.

Melihat Alana yang kembali terdiam membuat Rendi sedikit bingung, Alana yang biasanya ceria hari ini hanya diam tanpa banyak bicara bahkan Alana terkesan tidak fokus.

"Na aku ada salah ngomong ya? " Tanya Rendi membuyarkan lamunan Alana yang kesekian kalinya.

"Eh, enggak mas. " Balas Alana.

"Mas maaf sebelumnya sepertinya Alana tidak enak badan, Alana pulang duluan ya. " Ucap Alana terburu-buru.

"Aku antar kamu saja na. " Ucap Rendi menawarkan diri.

"Gak usah mas, lagian makanan mas Rendi belum habis kan. Alana bisa pulang sendiri kok mas, terimakasih untuk makan siang nya permisi. " Ucap Alana berlalu dari hadapan Rendi.

Melihat Alana yang melenggang begitu saja membuat Rendi merasa bingung, apa yang sebenarnya terjadi kepada Alana?

"Ciee yang udah makan siang bareng mas Rendi, kok balik nya sendiri na mas Rendi nya mana? " Tanya Naura saat melihat Alana masuk kedalam toko.

"Na lo baik-baik aja kan?" Ucap Naura, menghampiri Alana yang duduk di meja kerja nya dan menenggelamkan wajah di antara kedua tangan.

"Ra lain kali kalau mas Rendi kesini lagi tolong, tolong jangan bersikap kaya tadi. " Ucap Alana, Naura terdiam ia tahu jika Alana sedang menegurnya.

"Maaf na gue gak tau kalau lo gak nyaman sama mas Rendi. " Ucap Naura merasa bersalah.

"Gue gak mau nyakitin mas Rendi ra, gue gak mau nyakitin siapapun. " Lirih Alana yang kini di selingi dengan isak tangis.

"Na lo nangis? " Tanya Naura menunduk berusaha untuk melihat wajah Alana.

"Gue gak nangis, " bantah Alana.

"Jangan bohong, gue tau lo lagi nangis Alana! " Ucap Naura.

"Lo kenapa sih na ada masalah apa? Gue perhatian sejak pagi lo murung terus, sarapan gak mau pasti tadi juga lo gak makan kan? " Ucap Naura menangkup wajah Alana yang sudah basah oleh air mata.

"Ra, ra ayah jahat banget sama gue ra. " Akhirnya Alana berbicara kepada Naura.

"Ayah? Apa yang ayah lo lakuin na bilang sama gue. " Ucap Naura.

"Ayah maksa gue nikah dengan laki-laki yang bahkan gue sendiri gak kenal siapa laki-laki itu, gue nikah untuk melunasi hutang ibu dan Naina kepada bos besar ra. " Ucap Alana berhasil membuat Naura tercengang.

"Na lo serius? " Tanya Naura, Alana mengangguk dan memeluk Naura.

Melihat sahabatnya begitu terluka Naura menerima pelukan Alana, Naura berusaha menenangkan Alana.

"Lo gak ada protes sama ayah lo gitu na? Lagian itu utang mereka kenapa harus elo yang nanggung! " Ucap Naura geram.

"Gue udah protes ra, tapi ayah bilang bos besar memilih gue daripada Naina. " Ucap Alana.

"Maksudnya lo dan Naina dijadiin pilihan na? " Tanya Naura, ia lebih terkejut saat Alana mengangguk mengiyakan.

"Waah ketularan g*la kayaknya ayah lo na, anak sendiri dijadiin bahan perbandingan. Tapi kalo dipikir-pikir siapa juga yang mau sama cewek modelan Naina, gue juga kalo dikasi gratis ogah na. " Ucap Naura, membuat Alana memukul tangan Naina.

"Lo gimana si, gue lagi galau ini Naura ya ampun." Kesal Alana.

"Ya gue harus gimana sekarang, ayah lo juga ngadi-ngadi masa elo yang harus nanggung semua ini. " Ucap Naura.

"Gue takut ra, takut kalau yang gue nikahin nanti beneran laki-laki tua berperut buncit apa ga ma*i berdiri gue. " Ucap Alana yang semakin maraung.

"Dodol ih, lo berdoa nya semoga yang nikahin lo nanti ala-ala tuan muda di novel na. " Ucap Naura.

"Nah kan, lo aja bilang ala-ala novel! Yang begitu memang cuma ada di novel ra, dunia nyata mana ada. " Celoteh Alana.

"Ya berdoa la bo*oh, berdoa siapa tau tuhan berbaik hati sama lo ngirim pangeran buat nyelametin lo dari Naina dan ibu tiri lo. " Ucap Naura, Alana hanya bisa menunduk pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti.

"Ngomong-ngomong lo belum jawab pertanyaan gue, lo balik sendiri na? " Tanya Naura.

"Iya, " balas Alana malas.

"Mas Rendi gimana? Jangan bilang lo_" Ucap Naura lagi.

"Mas Rendi gue tinggal di restoran kenapa? Mau lo temenin dia makan, sana Naura gue gak akan larang lo. " Ucap Alana emosi.

"Setdah santai na emosi amat, " Ucap Naura mencoba menghibur Alana.

"Gue pusing lo banyak nanya gimana gak emosi si ra, " ucap Alana lagi.

"Udah si na gak usah di pikirin, mending lo puas-puasin dah sekarang sebelum lo nikah nanti. Lo panas-panasin tuh si Naina biar kebakaran jenggot, ikut gereget gue denger nya. " Ucap Naura.

"Panasin gimana? " Tanya Alana.

"Ya gimana kek, lo jalan kek atau liburan kek yang bikin dia kesel. Toh karena dia lo harus nanggung sesuatu yang seharusnya bukan tanggung jawab lo, karena dia lo harus menikah dengan laki-laki yang gak lo kenal kan. " Ucap Naura, Alana pun terdiam memikirkan perkataan Naura yang memang ada benarnya.

Untuk apa ia sedih toh kesedihan Alana justru akan menjadi kebahagiaan untuk ibu dan Naina, bukankah ia harus membuktikan bahwa dirinya bisa lebih bahagia dari kakak tirinya itu.

Terpopuler

Comments

Dede Mila

Dede Mila

nyok lah jelong jelong daripada mikirin yg g kepikiran.../Chuckle//Chuckle//Chuckle//Facepalm/

2024-02-28

1

Fitri Prasetyo

Fitri Prasetyo

Na, kalo mau healing-healing, aku diajak yah??? 🤭🙈🤣

2023-11-12

2

Maria Kibtiyah

Maria Kibtiyah

semangat y kak up nya

2023-11-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!