Bab 4

"Lo pulang hati-hati ya na, " ucap Naura.

"Santai ra, lo juga hati-hati abis ujan jalanan pasti licin. " Balas Alana, Naura pun mengangguk dan tersenyum kepada Alana.

"Beres itu mah, ya udah gue duluan ya. " Ucap Naura yang di angguki oleh Alana.

Sementara itu sesampainya di rumah Alana di sambut oleh sang ayah yang sudah berdiri di pintu masuk, Alana sedikit keheranan dengan sikap ayahnya.

"Baru pulang na? " Tanya Angga selaku ayah Alana.

"Iya, ayah kenapa kok berdiri di ambang pintu? " Kini Alana yang bertanya kepada Angga.

"Tidak apa-apa ayah hanya sedang menunggu kamu, " jawab sang ayah membuat Alana mengernyit heran.

"Menunggu Alana? " Ucap Alana membeo.

"Iya, sudah kamu masuk mandi lalu makan. " Ucap Angga lagi yang semakin membuat Alana kebingungan.

"Baik yah, " jawab Alana masuk kedalam rumah dan berlalu ke kamar nya.

"Ibu yakin Alana mau menyetujui permintaan ayah? " Ucap Naina.

"Pasti setuju lah sayang, kamu kan tahu Alana sangat menyayangi ayah nya. Pasti dia akan mau lah, sudah biarkan saja sebaiknya kita siapkan makan malam sekarang ayok sebelum ayah kamu marah lagi. " Ucap Ibu membuat Naina mengangguk.

Mendengar percakapan itu Alana hanya bisa mematung di depan pintu kamar Naina, sementara Elis dan Naina merasa terkejut dengan kehadiran Alana disana.

"Alana kamu ngapain disini? " Tanya Elis sini.

"Gak ngapa-ngapain, " jawab Alana singkat.

"Sana ke kamar kamu bersih-bersih setelah itu keluar untuk makan malam, ibu dan Naina akan memasak untuk makan malam. " Ucap Elis lagi.

Alana bingung dengan ibu tirinya yang tiba-tiba baik, pasalnya selama ini Elis tidak pernah bersikap manis kepada Alana. Hanya saat ini saja ia bisa berbasa-basi kepadanya, Alana hanya mengangguk dan menatap kepergian ibu juga kakak nya.

Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, semua anggota keluarga kumpul di ruang makan. Alana menyantap makan malamnya dengan tenang, hingga tiba-tiba sang ayah bersuara.

"Na ayah ingin kamu menikah dengan bos besar, " ucap ayah to the point, dan itu membuat Alana terkejut sampai tersedak makanan yang sedang ia kunyah.

Uhuukk-uhuukk

"Pelan-pelan nak, " ucap ayah langsung memberikan segelas air putih kepada putrinya.

"Maksud perkataan ayah tadi? " Tanya Alana.

"Ayah mau kamu menikah dengan bos besar untuk melunasi hutang-hutang kami, gitu aja kok gak ngerti. " Sinis Naina.

"Benar itu yah? " Tanya Alana, ayah pun hanya bisa diam dan menunduk saja.

"Maafkan ayah nak, " lirih ayah membuat Alana terpaku.

"Ayah tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk melunasi hutang-hutang itu, " lirih ayah membuat hati Alana nyeri.

"Kenapa harus Alana yah? Kenapa gak kak Naina saja? " Ucap Alana, membuat Naina menoleh menatap benci kepada Alana.

"Apaan si lo, jelas-jelas elo yang harus nikah sama tu band*t tua. " Ucap Naina tidak terima dengan perkataan Alana.

"Yang pakai uang itu kamu dan ibu, sekarang kenapa harus aku yang menanggung semua ini? " Marah Alana.

"Alana jaga sikap kamu! " Ucap ayah Angga dengan tegas.

"Naina bukan tidak mau, hanya saja ayah dan ibu berinisiatif memberikan foto kamu dan Naina kepada bos besar. Kami tidak ingin ada perselisihan antara kamu dan Naina, maka dari itu ayah dan ibu sepakat untuk memberikan pilihan antara kamu atau kakak mu." Ucap ayah Angga membuat Alana menatap ayahnya.

"Lalu? " Tanya Alana dengan mata yang menatap sang ayah.

"Bos besar memilih kamu nak, dia menginginkan kamu untuk dinikahi. Maafkan ayah! " Lirih ayah Angga membuat air mata Alana luruh seketika.

"Dan ayah juga setuju? " Tanya Alana dengan suara yang bergetar.

"Ayah tidak memiliki pilihan lain, maafkan ayah. " Ucap ayah Angga merasa tidak tega melihat putrinya menangis.

"Oke, " ucap Alana bangkit dari tempat duduk nya.

"Alana makanan kamu belum habis," ucap ayah Angga saat melihat Alana bangkit.

"Alana sudah kenyang yah, " jawab Alana dan berlalu ke kamar nya.

Sesampainya di kamar Alana menutup pintu dan menguncinya, gadis cantik itu bersandar di belakang pintu hingga tubuhnya luruh ke lantai.

"Alana lagi, kenapa Alana terus yang selalu berkorban? Kenapa ayah gak bisa belain Alana si yah, kenapa ayah mau mengorbankan Alana. " Batin Alana, ia benar-benar kecewa atas keputusan yang di ambil oleh ayahnya.

...

Keesokan harinya Alana memutuskan untuk pergi ke toko, namun langkah nya terhenti saat sang ayah memanggilnya.

"Alana tadi pagi bos besar menghubungi ayah, dan dia meminta acara pernikahan di adakan satu bulan lagi. " Ucap sang ayah.

Tanpa menjawab Alana berlalu begitu saja, ia bahkan tidak mencium punggung tangan sang ayah seperti biasanya. Kurang aj*r memang tapi anggap saja jika Alana sedang menunjukkan rasa marah dan protes nya, Alana melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di toko Alana duduk merenung, dan hal itu membuat Naura kebingungan. Naura bahkan ikut duduk di hadapan Alana, namun Alana tetap diam tanpa bicara sedikitpun.

"Lo ada masalah na? " Tanya Naura, karena merasa tidak biasanya Alana akan diam murung seperti ini.

"Na lo berantem lagi sama Naina atau ibu lo berulah lagi na? " Tanya Naura lagi, Alana masih tetap diam.

"Mbak, " panggil seorang customer.

"Iya mbak ada yang bisa saya bantu? " Ucap Naura.

"Cheesecake dong lima ya, " ujarnya.

Naura pun mengangguk dan melayani para customer yang mulai berdatangan, sampai saat jam makan siang Naura kembali menghampiri Alana yang masih terlihat murung.

"Na lo gak laper, tadi pagi aja lo gak sarapan kan? Makan yok na tar lo sakit gimana? " Ucap Naura.

"Gak ada yang peduli juga ra gue sakit atau engga, " ucap Alana.

"Mulut lo gue slepet juga na, " ucap Naura kesal dengan jawaban Alana.

"Permisi, " ucap seseorang yang mengalihkan perhatian Alana dan Naura.

"Mas Rendi, " ucap Naura sementara Alana hanya diam saja.

"Hai ra," sapa Rendi.

"Nyari Alana ya mas? " Tanya Naura membuat Alana mendelik tajam kepada sahabatnya.

"Iya, lagi sibuk gak na? Aku mau ngajak makan siang bareng. " Ucap Rendi.

"Enggak kok bawa aja gak apa-apa, iya kan na. " Ucap Naura tersenyum manis.

"Ra gue lagi gak mood, " ucap Alana berusaha untuk menolak.

"Na rejeki jalan sama cowok ganteng gak boleh di tolak, udah pergi aja itung-itung cuci mata. " Bisik Naura menarik Alana agar mau keluar dengan Rendi.

"Apa kabar na? " Tanya Rendi.

"Alhamdulillah baik mas, " jawab Alana singkat.

"Kamu gak keberatan kan kita pergi makan siang bareng? " Tanya Rendi lagi.

"Enggak mas sudah bawa saja gak apa-apa, haha. " Ucap Naura, Alana yang kesal akhirnya tersenyum tipis saja karena Naura yang selalu menatap dirinya dan Rendi dengan senyuman manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!