Pukul 5 sore Alex berlutut disebuah makam dengan pakaian seragam batik. Cowok itu menaburkan butiran kelopak bunga mawar diatas makam yang nampak hijau karena rerumputan yang telah dipotong rapi.
Ia menatap batu nisan dihadapannya dengan senyuman kecil. Begitu rindu dengan sosok yang tidur dibawah tanah itu.
"Hai Apa kabar? Udah dua tahun aja ya. Gue kangen banget sama lo. Lo tetep senyumkan, seperti dulu? Gue harap iya. Gue pengen lihat senyum lo lagi."
"Maaf gue telat dateng udah lama gue gak jenguk lo akhir-akhir ini. Gue bawain bunga kesukaan lo. Tulip. Ternyata dugaan gue dan yang lainnya salah. Dia masih hidup, awalnya gue seneng denger kabar itu. Tapi, luntur karena kenyataan lo gak ada disini."
"Maaf gue dateng sendiri, yang lain gue tinggal, jahat kan gue? Lagian mereka ribet banget kayak cewek. Mereka masih sama kayak dulu seandainya lo masih ada pasti lo bakal ngomong "kalian kalo dikasih tau itu dengerin, jangan ngebantah ketua. Harus nurut." Bener gak sih."
Alex menatap makam itu dengan sendu. Nampak langit sudah menggelap. Alex mendongakkan kepalanya keatas. Air mata yang sejak tadi dia tahan ingin sekali jatuh. Alex memandang langit gelap diatasnya kemudian menatap makam itu kembali.
"Gue dan yang lain janji bakal ngelakuin yang terbaik. Gue akan jadi kayak lo kuat dan tangguh. Gue pamit ya,"
Alex bangkit berdiri dan berlalu dari tempat itu menuju motornya. Ia memakai helm fullface hitamnya. Sebelum melakujan motornya ponsel disaku celanan hitamnya bergetar. Tertera nama Ibay disana.
"Lo dimana bangsat! Daniel sendirian dikepung Jacky!"
...****************...
Alex memimpin rombongan motor yang melintas jalanan ibu kota diiringi lebih dari dua puluh anggota dibelakangnya. Ini kedua kalinya Jacky mencari masalah dengan Resor setelah beberapa tahun lalu. Sesampai ditempat tujuan, Alex turun dari motornya diikuti yang lain. Semua cowok berjaket hitam itu sama-sama maju. Melihat tubuh Daniel yang tergeletak tak berdaya ditengah lapangan membuat mereka murka.
"Lama banget sih. Masih untung temen lo belum mati. Pecundang."
Alex diam tidak menanggapi ucapan cowok dihadapanya. Ia melihat Reza yang tengah membantu Daniel duduk.
"Niel, bangun woy." Tidak ada penggerakan dari tubuh Daniel membuat yang lain tegang seketika. "DANIEL!!"
"Berisik. Gu..e ma..sih.. nafa..s.." Reza dan yang lainnya bernafas lega. Daniel masih kuat.
"Sekarang yang pecundang siapa? Kami..." Reza berdiri disamping Alex setelah memberikan Daniel pada yang lainnya. "..atau kalian?!"
"Sorry, bro. Kita bukan pecundang kayak kalian!"
"Main keroyokan? Itu pecundang namanya kalo lo lupa. Sama aja kalian menunjukkan kalo kalian itu lemah."
"DIEM LO!!"
Luis terkekeh pelan. "Dipancing gitu aja udan marah. Itu yang katanya bukan pecundang?" Seru Luis. Nampak Jacky mengepalkan tangannya kuat. Dia merasa harga dirinya diinjak.
"Gue gak tau ya kenapa lo suka banget cari masalah sama kita. Masih dendam lo karena insiden itu? Lo gak terima? Tapi menurut gue lo gak pantes main keroyokan." Kata Alex datar.
"Gue gak butuh ceramah lo!"
Tatapan Alex menajam."Itu faktanya kalo lo belum terima. Kenapa? Merasa diri lo paling jago dan gak terima kalah. Inget bukan cuma kalian yang kehilangan tapi kita juga."
"DIAM!" Jacky murka. Tangannya mengepal kuat. Berusaha sabar, ia tidak boleh terbawa emosi tujuannya kesini ada membalas dendam.
"Bawa Daniel ke rumah sakit!" Perintah Alex tanpa menoleh. "Jangan rawat inap. Setelah itu langsung ke basecamp." Cowok yang memapah Daniel mengangguk pergi meninggkan lapangan. Hanya dua orang yang membawa Daniel kerumah sakit yang lainnya masih dilapangan.
"Gue denger cewek waktu itu Ana." Ucap Jacky menyindir. "Dan lo bilang kita sama-sama kehilangan?"
Wajah Alex menegas. Tanganya mengepal. Semua terbakar emosi. Lapangan malam ini dipenuhi aura menyeramkan. Semua saling menatap satu sama lain dengan penuh kebencian.
"Menurut lo? Tuhan lebih sayang ke kita makanya dia mengembalikan apa yang seharusnya milik kita. Dan masalah temen lo itu Resor gak tau apa-apa. Ini salah paham."
Jacky tersenyum sinis. "SALAH PAHAM KATA LO. UDAH JELAS-JELAS LO DAN GENG LO ADA DILOKASI WAKTU ITU."
Alex memejamkan matanya sebentar mengatur emosinya. "Dangkal banget ya pikiran lo. Udahlah gue jelasin juga gak bakal percaya lo. Gue lagi gak mood buat berantem. Jadi lebih baik kalian minta maaf."
"Minta maaf? Sampai sapi bertelur pun kita gak bakal minta maaf!"
Ibay merenggangkan otot tangannya. Siap untuk mengahajar mereka. "Udah lama juga gue gak fight. Bisa dimulai, pecundang."
...****************...
Pertengkaran itu akhirnya pecah. Aksi baku hantam itu yang membuat lapangan benar-benar ricuh. Alex benar-benar kalap dia tidak pandang bulu jika menyerang. Begitu juga dengan yang lain. Mereka semua kesakitan tapi itu belum setara dengan kesakitan yang dirasakan Daniel. Namun, mereka tetap bertahan. Beda lagi dengan Ibay cowok itu tengah menikmati tawuran ini dengan wajah merah menahan marah dia kembali menyerang lawannya dengan membabi buta.
"Katanya sang Leader yang hilang telah ditemukan. Mana?" Ejek Jacky mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Takut? Atau lupa caranya berantem. Gue denger dia habis hilang ingatan." Jacky tampak menyindir.
Alex tetap diam. Menghiraukan ejekan yang terlontar dari mulut busuk Jacky. Menurutnya pertanyaan Jacky sangat membosankan tidak patut untuk dijawab. Alex memang tidak memberi tahu Kirana semua ini, menurutnya belum waktunya Kirana keluar. Meskipun sudah dipastikan gadis itu akan marah jika tau hanya dirinya yang tidak tau aksi tawuran dadakan ini. Sudah dipastikan gadis itu akan mencak-mencak gak jelas. Alex tersenyum tipis membayangkannya
"Ternyata hanya segini kekuatan Resor. Mengecewakan, lebih lemah dari yang dulu. Bubarin aja sekalian."
Alex menggeram kesal dia paling sensitif jika gengnya di remehkan. Bagi Alex, Resor adalah keluarga keduanya. Tempat dimana semua sahabatnya berkumpul dengan solidaritas tinggi. Dia tidak akan tinggal diam jika keluarganya dihina. Apalagi sampai keluarganya terluka Alex akan maju paling depan.
"Kita lihat saja siapa yang lemah. Resor atau Fire."
Kejadian ini terulang lagi setelah sekian lama. Alex kembali menggeram ketika sekelibat bayangan Daniel yang kesakitan memenuhi kepalanya.
Tunjangan, pukulan, tendangan menjadi satu di lapangan malam hari ini. Cukup beruntung karena aksi mereka tidak ada yang terusik karena keributan. Terjawab karena lapangan ini lumayan jauh dari rumah penduduk. Letaknya sangat tragis dibuat ajang adu otot. Jalananya aja juga terbilang sepi hanya orang yang bernyali kuat yang akan lewat jalan ini. Hanya siang hari tempat ini ramai karena disebelah lapangan terletak sebuah taman bermain.
Suara derum motor menghetikan penggerakan mereka. Dari kejauhan sebuah motor merah tengah melaju dengan kecepatan diatas rata-rata. Lapangan yang awalnya ramai kini tampak hening menebak-nebak siapa yang berani menghentikan aksi ini. Ajaib semua yang ada disana terbelah menjadi dua ketika motor besar itu melintas ditengah-tengah perkelahian berlangsung.
BRUMM BRUMMM BRUMMMM.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments