Keadaan sekolah pagi ini seperti biasa banyak murid yang berlalu lalang menuju kelasnya. Apalagi kalau sudah telat mereka akan mengeluarkan jurus lari kaki seribu. Ya seperti saat ini, banyak murid yang lari menuju kelasnya karena merasa dirinya telat, tapi tidak untuk Kirana ia malah santai berjalan dikoridor sambil mengunyah permen karetnya. Ia melirik beberapa murid yang berlari mengejar waktu. Ia tersenyum miris.
Buat apa lari? Toh tetap telat juga, buang-buang tenaga. Begitulah pikir cewek berambut hitam pekat ini.
"KIRANAAAA...!!" Teriakan seorang gadis menggelegar dikoridor.
Tanpa menoleh Kirana sudah tau siapa yang memanggilnya dengan suara cempreng khasnya itu.
"Lo budeg ya! Gue panggilin lo dari tadi gak nyaut-nyaut!" Omelnya setelah berada disamping Kirana, mensejajarkan langkahnya dengan gadis yang mengunyah permen karet disampingnya.
Siapa teman Kirana yang memiliki suara cempreng selain Reva, sendari tadi cewek itu meneriaki nama Kirana tapi sang punya nama tidak merespon, entah pura-pura tidak dengar atau memang tidak dengar hanya Tuhan dan Kirana yang tau.
Mungkin Reva harus membawa sahabatnya yang satu ini ke dokter telinga setelah pulang sekolah, ia takut kalau Kirana beneran budeg.
"Kenapa sih lo teriak-teriak lo pikir ini hutan." Tanya Kirana menghadap Reva.
"Gapapa sih bareng aja ke kelasnya." Ucap Reva tanpa dosa.
"Kuda laut! Gue kirain apaan." Celetuk Kirana mendorong dahi Reva sadis.
Reva hanya nyengir. Jangan tanya dimana Elsa, dia sudah duduk anteng didalam kelas karena dari mereka bertiga hanya Elsa yang rajin meskipun kadang-kadang ikutan gila kayak mereka.
Reva dan Kirana kembali mengulas candaan sambil berjalan menuju kelas. Sebagian pintu kelas disepanjang koridor sudah ditutup mungkin guru yang terjadwal mengajar sudah memasuki kelas. Mereka berdua tidak ada panik-paniknya sedikit pun karena mereka sudah pro akan hal ini apalagi Kirana, dia mah sudah senior kalau urusan telat. Mungkin lebih tepatnya Mafia.
"Woyy, RESOR keren parah!"
"RESOR kembali woy!"
"Gila Alex ganteng banget."
"Buru-buru! Didepan!"
Kelas yang tadinya hening mendadak riuh. Bahkan beberapa murid langsung keluar kelas menghiraukan teriakan guru yang tengah mengajar. Gang koridor mendadak sempit.
"Geng Resor kembali?" Bingung Kirana tidak mengerti.
"Maksudnya apa sih?" Tanyanya pada Reva yang masih sibuk melihat lalu lalang para murid.
Tidak menjawab. Reva malah menarik tangan Kirana menuju kerumunan yang hampir menutupi setengah halaman depan sekolah.
Suara derum motor masih terdengar. Kelima personil geng RESOR masih duduk di atas motor masing-masing. Lima motor dengan warna serupa. Perlahan mereka turun dengan serempak. Riuh histeri siswi pun langsung menyambut. Handband hitam terpasang dimasing-masing kepala mereka, memberi kesan keunggulan tersendiri.
"Gila RESOR kembali!"
"ALEX!"
"Ganteng banget sih mereka."
"Gue gak nyangka setelah sekian lama akhirnya mereka kembali."
"Tambah keren aja sih mereka."
Menyisir keramaian dengan tatapan tajam itulah Alex. Ini adalah dimana hari ia kembali pada jari dirinya yang sebenarnya. Hal yang membuatnya senang. Hal yang memberi kepuasan.
Mata Kirana sempat bertatapan sebentar dengan Alex saat cowok dengan jaket jeans yang bertuliskan RESOR dibagian belakang berserta logo kebanggaan itu melintas dihadapannya. Tapi Alex yang terlebih dahulu memutuskan tatapan itu.
Mereka semakin jauh namun suara riuh masih terdengar jelas.
"Masih aja noh si Alex yang dilirik." Ucap Ibay.
"Nanti juga lo ada yang ngelirik." Jawab Reza.
Sontak mata Ibay berbinar. Ia menggeser tubuhnya mendekati Reza.
"Siapa?" Tanya Ibay antusias.
"Mbak Melati."
Kicep. Ibay diam. Wajah yang tadinya berbinar seketika berubah menjadi masam. Mbak Melati adalah hantu penunggu pohon beringin yang ada ditaman belakang yang dipercaya murid SMA Purnama. Oleh karena itu banyak murid yang tidak berani kesana, karena pernah ada murid yang dihantui. Dan itu membuat banyak murid semakin percaya akan adanya makhluk tak kasat mata itu.
"Monyet lo!"
Hari ini adalah awal dari semuanya. Mereka sudah merencanakan semua ini, dan masih banyak kejutan yang akan dilakukan geng Resor.
"Mau kemana?"
Pandangan mereka bertemu. Didapati Pak Yoga yang tengah berdiri menghadang didepan pintu. Badannya yang gempal, berkumis tebal, kepala botak, dan selalu memakai dasi polkadot.
"Masuklah pak. Masa mau nongkrong sama Mbak Melati." Ucap Daniel ngasal.
Pak Yoga melihat menampilan kelima siswanya dengan mata memincing.
"Kalian itu telat, gak sadar?!"
"Sadarlah pak, kodean cewek aja kita peka apalagi yang kayak gini." Ucap Reza tambah ngawur.
Pandangan pak Yoga seolah tertarik sesuatu. Ia memperjelas pandangannya. Melihat penampilan kelima siswanya yang sangat taat peraturan dan selalu masuk daftar lima besar paralel ini.
Pak Yoga menarik jaket Alex.
"Ini juga apa pakek-pakek jaket apa ini?" Ia membalikkan badan Alex dan membaca tulisan dibelakang jaket. "Resor?"
Alis Alex naik sebelah. "Bapak mau? Tapi gak muat."
Sontak ucapan Alex membuat pak Yoga naik pitam. Memasang wajah menyeramkan.
"Kamu bilang saya gendut?"
"Saya cuma bilang gak muat pak bukan gendut!"
"Alex!!" Ucap Pak Yoga penuh menekanan.
"Bapak mah baperan, gitu doang aja baper kayak anak perawan." Ucap Luis menepuk-nepuk lengan pak Yoga sambil terkekeh.
"Luis! Saya cabein juga mulut kamu!" Murka pak Yoga.
Pak Yoga menarik nafas panjang. "Sekarang kalian keliling lapangan 20 kali!" Sepertinya darah pak Yoga sudah mencapai ubun-ubun mungkin sebentar lagi akan meletus. Ia menatap satu persatu geng Resor.
"Pagi-pagi udah dapet sarapan keliling lapangan." Sahut Reza.
"Bapak iku yuk. Biar kurus." Ucap Ibay yang langsung mendapat pelototan gratis dari pak Yoga.
Ibay diam mengalihkan tatapannya berpura-pura tidak melihat pelototan pak Yoga.
"Yaelah, pak santai atuh. Nanti kalo bola mata bapak jatuhkan serem." Kata Daniel pada pak Yoga.
"Sudah gak usah banyak omong. Lakukan SEKARANG!" Kata pak Yoga menekan dikata terakhir.
Alex membalikkan tubuhnya.
"Cabut." Ucap Alex memberi penegasan.
Menjalankan hukuman? Salah, mereka akan bolos sekolah. Toh materi kelas sebelas juga sudah mereka kuasai semua dari awal bahkan bab yang belum dijelaskan guru mereka sudah paham diluar kepala. Karena motto mereka "Nakal boleh, bego jangan. Masa udah nakal bego lagi. Apa yang mau dibanggakan.". Belum sempat berjalan genap empat meter. Seorang siswa menabrak Alex.
"Jalan tuh juga butuh mata jangan ngandelin kaki doang!" Ucap Daniel padat dan jelas.
Cowok dengan seragam yang dikeluarkan itu hanya menatap datar.
"Minta maaf!" Sahut Luis.
Cowok itu tersenyum miris, menatap Alex dengan tatapan meremehkan. Malik namanya, cowok paling bermasalah di sekolah dan selalu ikut campur urusan orang lain.
"Jangan mentang-mentang Resor kembali gue takut, bro."
"Gak usah banyak bacot," Ucap Alex tajam.
Tangan Malik menunjukkan jempol yang perlahan dibuat jatuh. Simbol loser.
...****************...
TANGAN Malik menunjukkan jempol yang perlahan dibuat jatuh. Simbol loser. Spontan emosi Alex langsung naik.
Alex langsung menjotos keras tepat dirahang Malik. Tak ingin mengalah Malik membalas, perkelahian terjadi. Sepertinya ini tidak imbang, karena sudah beberapa kali Malik tersungkur ke lantai sedangkan Alex sama sekali tidak. Hingga Alex bisa melampiaskan emosinya pada wajah Malik.
Koridor kembali riuh. Semua murid yang awalnya beranjak pergi ke kelas kembali menuju koridor tempat Alex dan Malik berkelahi.
"ALEX!!"
Seseorang menarik tubuh Alex. Pak Yoga.
"Apa-apaan ini!?"
Nafas Alex masih memburu. Kemarahannya belum reda. Belum puas ia menghajar Malik. Pandangan pak Yoga beralih pada Reza, Daniel, Luis, dan ibay.
"Kalian berempat keliling lapangan!" Perintah pak Yoga, kini tatapan guru itu beralih pada Alex.
"Dan kamu Alex, ikut saya keruang kepala sekolah."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Kafuka Fuura
Baru selesai baca, tapi kok aku merinding terus ya. ✨
2023-10-20
0