Nasi goreng

ALEX sudah berdiri di depan penjual nasi goreng dekat rumahnya. Sehingga ia hanya perlu berjalan kaki sambil menikmati udara segar. Itung-itung mengurangi polusi udara dan menghemat bensin.

"Mau beli nasi goreng berapa bungkus, den?" Tanya penjual nasi goreng ramah. Pak Tuka

"Sebungkus aja kayak biasa." Jawab Alex tak kalah ramah.

"Iya, pasti aden lagi males masakkan. Makanya dateng kesini." Tebak penjual Pak Tuka, dan tebakkanya mengenai sasaran. Jangan heran kenapa penjual Pak Tuka tau semua itu, karena Alex sering membeli nasi goreng disini. Bisa dikatakan Alex pelanggan setia Pak Tuka.

Alex tengah sibuk memerhatikan Pak Tuka dengan serius, pria berusia kurang lebih 50 tahun itu dengan lincah mencampurkan semua bumbu tanpa ragu seperti tangannya bisa menimbang takarannya. Sampai suara langkah kaki yang berjalan mengalihkan perhatian Alex dan Pak Tuka.

"Mau beli nasi goreng, neng ?" Tanya Pak Tuka.

"Enggak. Mau beli mie ayam ada gak?" Alex menoleh kearah sosok yang berbicara itu. "Ya saya mau beli nasi gorenglah pak, ngapain saya kesini kalo gak beli nasi goreng." Lanjutnya, terkekeh pelan. Alex kaget melihat siapa yang berbicara dengan tidak sopan, dia adalah gadis yang ia tabrak kemarin. Kirana sih cewek jadi-jadian.

"Iya juga sih, neng. Yaudah neng mau beli berapa bungkus?" Tanya Pak Tuka.

"Satu aja, gak usah dikasih nasi, pakek cinta dan kasih sayang aja jangan ditambah php karena di php-in itu gak enak." Ujar Kirana membuat orang yang mendengarnya cengo ditempat.

"Hahaha. Neng ada-ada aja." Pak Tuka tertawa renyah mendengar lelucon Kirana.

"Ada pak."

"Ada. Yaudah pak kasih sambelnya aja." Cetus Alex.

"Ah, iya juga den. Jadi maksud neng mau beli sambelnya doang gitu atau cuma mau beli bumbunya doang?" Ucap Pak Tuka bercanda.

"Gak gitu juga kali, pak. Saya beli nasi gorengnya satu bungkus, dikareti dua nanti takut nasinya pada terbang. Sedeng aja pedesnya. Jangan dikasih bawang. Dikasih cogan aja." Jawab Kirana

"Eh kok ketemu lagi sih? Jangan-jangan kita jodoh? Tapi gue gak mau jodoh sama lo. Orang yang pelit ngomong." Ucap Kirana menatap Alex.

"Ngelawak? Kok garing." Sahut Alex dingin.

"Anjir, inginku berkata kasar!" Kirana kesal juga lama-lama berbicara pada Alex.

"Silahkan nggak ada yang ngelarang."

"Gak ah. Dosa gue udah banyak. Tapi kok lo bisa ada disini? Lo ngikutin gue ya? Ayoloh ngaku?" Tuduh Kirana dengan pedenya.

"Yang duluan disini siapa kali. Yang ada lo yang ngikutin gue." kata Alex. "Kurang kerjaan ngikutin lo."

"Ya siapa tau. Lo nggak tanya gitu kenapa gue disini. Gak penasaran gitu. Secarakan rumah gue bukan dikomplek ini." Oceh Kirana Gak ada habisnya.

"Gak peduli." Jawab Alex ketus.

"Yaudah sih santai. Karna mood gue lagi bagus, gue kasih tau kenapa gue ada disini. Jadi gue lagi nemenin nyokap ke rumah tante gue diseberang situ." Kirana menunjuk rumah diseberang jalan.

"Nah karna gue laper, jadi gue kesini dan ketemu lo deh." Walaupun Alex meresponnya dengan tidak baik. Kirana tetap memberi tau alasan kenapa ia ada disini. Dan dengan cueknya Alex mengangkat bahu lalu mengambil nasi gorengnya dan melangkah pergi.

"Monyet," Umpat Kirana. "Kebiasaan ya tuh bocah, pergi tanpa ngomong."

"Pak dia sering ya beli nasi goreng disini?" tanya Kirana menunjuk Alex yang sudah berjalan jauh.

"Iya neng sering banget malah hampir tiap hari. Karena di rumah dia tinggal sendiri orang tuanya sibuk kerja." jelas Pak Tuka.

"Emang gak ada pembantu pak?"

"Ada neng tapi khusus bersih-bersih doang kalo masak gak ada."

Kirana hanya mengangguk paham tentang penjelasan Pak Tuka tentang Alex. Dia sudah mengetahui sedikit tentang cowok itu. Sedikit lagi informasi yang dia butuhkan akan lengkap.

...****************...

Bel istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu dan semua murid SMA Purnama sudah berserakan dimana-mana. Ada yang menuju perpustakaan hanya sekedar numpang wifi, bermain bola dilapangan indoor maupun outdoor, dan sebagian besar menuju kantin untuk mengisi perut.

Namun, lain lagi dengan Kirana ia tengah berlari maraton disepanjang koridor sekolah karena dikejar-kejar Bu Dian. Apalagi kalau Kirana tidak membuat ulah lagi.

"KIRANA BERHENTI KAMU!" Teriak Bu Dian menggelegar di sepanjang Koridor.

"Misi-misi cewek cantik mau lewat." Teriak Kirana terus berlari menghindari amukan Bu Dian, sampai akhirnya Kirana berbelok dan melangkah menuju taman belakang. Kirana membukuk dengan menjadikan tangan sebagai tumpuan dilututnya dan mengatur nafarnya yang ngos-ngosan.

"Eh kok gue lari kesini sih."

Kirana melihat sekeliling mencari posisi yang nyaman agar bu Dian tidak menemukannya. Sampai pandangan Kirana terjatuh pada cowok yang bersandar dipohon besar sambil membaca buku. Dia Alex.

"Ada cogan, samperin ah." Ujar Kirana berlari kecil menuju tempat Alex.

Kirana duduk disamping Alex, tapi sepertinya Alex tidak menyadari kedatangan Kirana. "Hai cogan, muka datar dan dingin kayak tembok raksasa di Cina tapi ganteng." Sapa Kirana.

Alex hanya melirik sekilas lalu kembali melanjutkan mambaca bukunya. Dia tidak akan menyia-nyiakan waktunya hanya untuk cewek tidak jelas ini.

"Dilirik doang nih." Goda Kirana

"Sekarang gue tau nama lo. Nama lo Alex kan. Hebatkan gue tau nama lo tanpa lo kasih tau. Kirana gitu loh." Kirana menghempaskan rambutnya kebelakang seolah-olah ia sedang pemotretan majalah.

Alex tidak menanggapi Kirana dan tetap fokus pada bukunya.

"Bukunya lebih cantik ya dari gue? Sampai cewek cantik disini dikacangi." Ucap Kirana dramatis.

"Berisik." Jawab Alex dingin.

"Nah, gitu dong dijawab jangan dianggurin mulu guenya." Ucap Kirana antusias sambil menepuk-nepukkan tangannya seperti anak kecil yang baru saja dibelikan balon kotak.

"Ngapain lo disini." Tanya Kirana.

"Duduk."

"Yaelah, gue juga tau kalo lo duduk." Ucap Kirana mengelus dadanya pelan ia harus sabar jika berbicara dengan Alex, ini tantangan berat. "Gak ke kantin?" Lanjutnya.

"Rame."

"Goblok! Namanya juga kantin ya pasti rame. Cari yang sepi dikuburan sana!" Kirana kesal setengah mati dengan Alex.

"Bacot."

"Bisa gak sih lo kalo ngomong lebih dari satu kata. Berasa kalo ngomong panjang di suruh bayar aja sih lo." Kirana kembali mengoceh.

"Gak."

"Tuh mulut nggak pernah digampar bolak-balik ya." Kirana memutar bola matanya malas, lalu kembali berucap. "Lo lagi baca buku apaan sih."

"Fisika."

"Suka amat sama fisika, sampek nggak berpaling sama tuh buku." Sindir Kirana sejak dari tadi Alex tidak mengalihkan pandangannya dari buku. Kan Kirana kesal, berasa patung Kirana disebelah Alex, tak dianggap.

"Setidaknya dia nggak berisik kayak lo."

"Pedes banget tuh mulut. Kebanyakan makan cabe-cabean ya gini nih."

Alex kembali diam dan Kirana kembali mengoceh. "Lo nggak tanya gitu ngapain gue disini?"

"Nggak penting."

"******! Males gue ngomong sama lo, bawaannya kesel mulu." Kirana menyerah mengajak Alex berbicara. Akhirnya ia mengeluarkan benda pipih dari saku seragamnya.

"Siapa suruh."

"Nggak ada." Setelah mengatakan itu Kirana fokus pada game yang ada di handphonenya. Kirana sibuk memencet-mencet layar ponselnya, sepertinya Kirana sedang memainkan piano tales kpop, yang menimbulkan suara bising.

"Ish, salah pencetkan." Kirana terus saja mengumpat disaat ia salah pencet dan itu sangat menggangu Alex yang ada disebelahnya.

"Berisik," Tegur Alex.

"Biarin! Daripada garing." Jawab Kirana asal.

"Bisa nggak kecilin suara handphone lo dan mulut lo juga!?" Alex menatap Kirana tajam.

"Nggak bisa."

"Lo ingin tau sebuah rahasia gak?" kata Kirana. "Gue kayak pernah liat lo dulu tapi dimana ya."

Pertama kalinya Alex tertarik dengan ucapan cewek itu. Diam-diam dia mendengarkan Kirana bercerita.

"Samar-samar ada dikepala gue. Di area balap? kayaknya gak mungkin deh gue aja gak punya motor. Markas? Markas apaan. Pokoknya wajah lo ada diingatan gue tapi gak tau dimana. Apa dimimpi ya." kata Kirana.

Alex membeku ditempat seketika wajahnya tegang tapi sedetik kemudian dia kembali menormalkan wajahnya.

"Bisa lo diam. Mending lo tidur lagi sana."

"Gak bisa."

Alex sudah jengah, akhirnya ia berdiri dan meninggalkan Kirana yang kembali fokus pada gamenya. Kirana sendiri tidak menyadari jika Alex sudah tidak ada disebelahnya.

"Kok nggak sewot-sewot lagi, capek ya?" Ujarnya dengan mata yang tetap fokus pada handphone. Sadar tidak ada jawaban, Kiraba menengok dimana Alex duduk namun sosok yang diajak bicara sudah tidak ada ditempat.

"Sialan! Gue ditinggalin lagi. Monyet ya tuh bocah." Umpat Kirana kesal.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!