"Hai cantik mau kemana?" Goda Ibay pada adik kelas yang tengah lewat didepan kelasnya. Rutinitas mereka jika lagi gabut akan menggoda siapa saja yang mereka temui.
"Bisa kejang anak orang lo gombalin, Bay." Ujar Reza diiringi tawanya.
"Emang ya gak ada yang bisa mengalahkan pesona seorang Ibay." Tungkas Ibay menyisir rambutnya kebelakang membuat yang lain ingin mutah.
"Jijik gue."
"Eh ngomong-ngomong Alex mana kok gak kelihatan." Kata Daniel.
"Eh iya may baby honey gue mana ya ampun Alex dimana kau." Kata Ibay menirukan gaya banci lampu merah. Luis yang melihat itu bergidik geri memukul kepalanya dengan tangan lalu mengetukkan pada lantai berulang kali. "Amit-amit gue punya temen banci." Kata Luis dramatis membuat yang lainnya ketawa.
"Gue gak nyangka Bay. Lo ternyata suka sama..samaa.." Kata Reza lebib dramatis dari Luis tidak ingin melanjutkan ucapannya sambil memegang bahu Ibay serius.
Daniel menatap Ibay prihatin. "Sabar, bro. Sabar."
"Eh anjing apaan sih lo pada. Gue masih doyan cewek ya." Ujar Ibay melihat temannya dengan tegas. "Lagian gue kan lagi memperagakan dari sinetron yang biasa emak gue liat di tipi."
Semua tertawa melihat reaksi Ibay. Daniel yang mendominasi suara. Sampai suara mengejutkan mereka berempat.
"Eh Bangsat kaget gue." Kata Luis. "Napa sih lo. Datang tak dijemput pulang tak diantar. Kayak setan lo tiba-tiba muncul."
"Bacot." Kata Alex dingin yang tengah duduk di sebelah Luis dengan meletakkan bukunya kasar.
"Darimana lo kusut amat tuh muka."
"Belakang sekolah trus ketemu titisan nenek lampir."
Semua saling berpandangan. "Siapa?" Kata Daniel.
Alex melirik sekilas. "Itu yang jadi buronan bu Dian."
Ibay membelalakan matanya seandainya mata bisa lepas, mungkin mata Ibay sudah menggelinding dilantai. "Kirana maksud lo." Kata Ibay heboh.
Alex mengidikan bahu. "Mana gue tau. Iya kali."
"Sebenarnya gue mau ngomong jujur sama lo Lex." Kata Ibay serius mengundang tatapan aneh dari lainnya.
"Bay plis Bay masih ada cewek diluar sana." Cegah Reza pada Ibay.
"Iya Bay lo jangan frustasi dong karena ditolak Ghea."
“Setan! Jangan diingetin!”
"Bay Alex masih demen cewek." Sahut Daniel bersiap menyingkirkan Alex jaga-jaga jika Ibay berubah menjadi siluman.
"Gila Ibay udah belok teman."
Ibay memutar bola matanya malas. "Mulai deh mulai. Makanya punya otak tuh digunain disegalah bidang bukan cuma bidang nonton bokep doang."
"Yaelah kayak lo enggak aja, monyet." Ibay nyengir.
"Lagian lo ngomong sama Alex kayak gitu. Ya jangan salahkan kita kalo ngira lo suka sama Alex. Kalo iya gue orang pertama yang akan menjauhkan Alex dari manusia tak beradab kayak lo." Kata Reza merentangkan tangannya di depan Alex memberi kesan melindungi.
Alex memutar bola matanya malas. "Udah lo mau ngomong apa Bay?" Jengah Alex menunggu perdebatan tak berguna itu selesai.
"Lo pada nyadar gak sih sama mukanya Kirana. Kayak asing tapi familiar gitu. Kayak perna ketemu dimana gitu." Kata Ibay.
"Gitu-gitu gimana gitu. Gue gak ngerti lo ngomong apa." Frustasi Daniel pada Ibay.
"Plis Niel pekek otak lo sekarang." Ucap Ibay pada Daniel yang memasang wajah polos.
Diam-diam Alex mencerna kata-kata Ibay. Awalnya Alex memang berpikiran yang sama dengan Ibay. Tapi, dia tidak peduli. Memiliki wajah yang hampir sama bukan berarti itu orang yang sama. Alex memejamkan matanya sebentar dan menatap keempat temannya yang masih ribut. Diambil kembali buku disampingnya dan mulai membacanya kembali. Ia akan memikirkan itu nanti.
"Lex kapan kita keluar?" Tanya Luis pada Alex. Alex diam seperti memikirkan sesuatu. Semuanya diam menunggu Alex membuka suara.
"Seminggu lagi.”
...****************...
KIRANA tengah berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya disepanjang koridor sekolah sambil berbincang-bincang hal yang tidak penting. Setelah peristiwa ditinggal Alex tadi, Kirana langsung pergi dari halaman belakang dengan perasaan dongkol. Mereka bertiga habis dari kantin dan sekarang ingin kembali menuju kelas.
"Lo kenapa lagi sama bu Dian?" Tanya Elsa pada Kirana.
"Biasa, gue dateng terlambat trus lewat meja piket, trus nggak sengaja nyenggol teh nya singa jahat dan numpahin tugasnya. Eh, gue malah dikejar-kejar sama tuh singa. Berasa buronan gue disini." Kirana tertawa mengingat betapa lucunya wajah Bu Dian ketika kesal. Seperti ada dua tanduk yang muncul dikepalanya, seperti tanduk banteng.
"Ajaib ya lo, udah telat malah lewat meja piket. Gak sekalian aja lewat ruang kepala sekolah?" Tutur Reva.
Kirana menggelengkan kepala. "Enggak ah, gue masih sayang sama nih sekolah. Nanti kalo gue didepak ke Paris kalo lewat ruang kepsek." Kirana mengidik ngeri membayangkan semua itu.
"Keren dong sambil liburan." Sahut Reva.
"Keren ndasmu!" Ucap Kirana.
"Trus lo bisa lari dari bu Dian gimana?" Elsa penasaran sejak tadi bagaimana caranya Kirana bisa lolos dari Bu Dian yang mode senggol bacok.
"Ngumpet di taman belakang gue."
"Sendiri?" Sekarang giliran Reva yang bertanya.
"Enggak. Berdua sama cogan dari kutub selatan, mukanya datar kayak papan selancar. Datar banget." Kirana kembali emosi mengingat kejadian dimana ia dengan sadisnya ditinggal Alex sendirian di taman belakang yang terkenal angker, dengan Kirana yang terus mengomel.
"Siapa?" Tanya Reva sama Elsa bersamaan.
"Alex." Satu kata tapi mampu membuat Reva dan Elsa terkejut.
"APA!"
...****************...
Disinilah Kirana berada setelah mengganti seragam dengan celana selutut dan kaos oblong bergambar doraemon. Kirana langsung membuka laptop ingin melanjutkan menonton drama korea yang tertunda karena telepon dari Reva, gadis itu curhat karena ditinggal sepupu tersayangnya pindah ke luar kota. Nonton drama korea atau disingkat drakor itu sudah menjadi rutinitas Kirana setiap pulang sekolah, kadang ia akan menyuruh kedua temannya untuk menonton bersama. Tapi sekarang Reva dan Elsa tidak bisa datang kerumahnya karena ada urusan keluarga.
Terkadang Kirana iri dengan kehidupan kedua sahabatnya. Mereka punya saudara yang bisa mereka ajak main bahkan curhat tentang keluh kesah sedangkan Kirana tidak ada. Reva mempunyai dua kakak laki-laki dan Elsa yang mempunyai adik perempuan. Oleh karena itu Kirana lebih suka disekolah daripada dirumah besar ini tapi kesepian.
Sebenarnya Kirana mempunyai kakak lebih tua dua tahun darinya yang sekarang tengah bersekolah di London karena sebuah alasan. Kedua orang tuanya sibuk bekerja sampai lupa pulang kadang Kirana merasa marah karna kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
Terkadang sekali dua kali mama Kirana berada di rumah untuk menyiapkan sarapan itupun buru-buru berangkat tidak sampai melihat Kirana sarapan. Tapi Kirana sudah bersyukur akan hal itu. Anak mana sih yang tidak mau diperhatikan orang tuanya? Tapi Kirana sadar mereka berkerja juga untuk Kirana dan kakaknya.
"Eh itu tentaranya kok ganteng banget sih?"
"Dokternya juga cantik."
"Kok gue mendadak pingin jadi dokter ya?"
"Loh loh loh itu ngapain."
"Kok gue baper, anjir!"
"Wahh senam jantung nih gue."
"Gak baik nih drama buat jomblo."
Begitulah teriak Kirana saat menonton drama Descandant of the sun. Ituloh yang main Song jong ki sama Song hye kyo, yang bercerita tentang dokter cantik dan tentara ganteng, filmnya yang buat para jomblo ngenes.
Kirana beranjak dari tempat tidurnya setelah menutup layar laptopnya ia berjalan menuju kamar abangnya-Gara, jika Kirana kangen abangnya pasti ia akan menuju kamar ini, itu sudah menjadi rutinitas Kirana.
Kirana sudah berada di depan pintu putih yang banyak sekali stiker one direction. Kirana membuka pintu itu dan terlihat kamar bernuasa hitam putih dipenglihatannya. Ia berjalan pelan sambil melihat-lihat isi kamar abangnya yang tidak berubah sama persis ketika Gara meninggalkannya.
Meskipun kamar ini sudah ditinggal pergi oleh pemiliknya, kamar ini selalu dibersihkan. Kirana menuju meja disamping tempat tidur ia menggambil bingkai foto yang terpampang seorang anak yang tersenyum sambil berpelukan, itu Kirana dan Gara. Kirana duduk dibibir kasur dan pandangannya tidak lepas dari foto tersebut, bibirnya tersenyum mengingat kejadian dimana ia sedang bermain dengan abangnya sementara papanya mengabadikan momen tersebut, tanpa disadari cairan bening mengalir dipipinya.
Kirana hanya gadis biasa seperti umumnya ia akan menangis seperti gadis lainnya disaat tidak ada seorang pun yang memahaminya. Kirana seorang gadis kuat ia akan menyembunyikan kesedihannya dibalik topeng yang ia kenakan agar semua orang tidak tau akan semuanya.
Kini sudah lebih dari empat tahun setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat hidupnya hancur. Kejadian yang telah memisahkan Kirana dengan Gara. Kejadian yang membuat Kirana renggang dengan kedua orang tuanya. Kirana benci itu semua.
Kirana memeluk bingkai foto itu dalam dekapannya. "Kirana kangen. Abang kapan pulang. Abang gak kangen Kirana apa. Abang tau Kirana sendirian disini."
"Abang juga kangen Kirana."
Empat kata itu membuat Kirana membeku ditempat. Suara yang sangat Kirana rindukan. Gadis itu membalikkan tubuhnya mendapati seorang lelaki berdiri di depan pintu.
Air mata Kirana kembali menetes dengan deras. Lelaki itu, lelaki yang Kirana rindukan selama empat tahun ini. Dengan seketika tubuh Kirana menghantam tubuh lelaki itu, Gara—seorang abang yang ditunggu Kirana selama ini.
Gara kembali.
Kehidupannya kembali.
Mataharinya kembali.
"Kirana kangen abang." Ucap Kirana terisak dipelukan Gara. Gara membalas pelukan itu dan mengelus rambut Kirana lembut. Ia sangat merindukan gadis kecilnya ini.
"Abang juga kangen gadis kecil abang." Balas Gara, itu benar sudah berbagai cara ia lakukan agar bisa bertemu lagi dengan adik kecilnya, dan usaha itu tidak sia-sia. "Udah jangan nangis lagi nanti abang beliin es krim,"
Kirana melepas pelukannya dan menatap Gara sendu. Jujur ia sangat senang sekarang. Gara menghapus air mata dipipi Kirana. "Udah, jangan nangis, abang disini." Ucap Gara lembut.
Gara membawa Kirana duduk disofa.
"Abang kok bisa ada disini? Kirana gak mimpikan? Kalau mimpi tolong jangan dibangunin? Ini beneran bang Gara kan? Kalo iya jangan tinggalin Kirana lagi. Kirana sendirian." Ucap Kirana sambil sesenggukan, Gara terkekeh akan hal itu. Lucu.
"Ini beneran abang, Kirana gak mimpi. Abang janji gak bakal tinggalin Kirana lagi." Tungkas Gara lalu kembali memeluk Kirana. Mengobati rasa rindunya yang selama ini ia pendam.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments