"Saya tidak habis pikir dengan kelakuan kalian semua. Mau jadi apa kalian jika seperti ini dan kamu Kirana." kata pak Gilang menatap Kirana tajam. "Kenapa kamu berantem kamu itu perempuan Kirana mau jadi apa kamu. Dan kamu dari SMA Angkasa kan saya sudah mengirim surat untuk dirapatkan tentang kejadian ini. Kamu boleh pergi dan kamu Kirana tetap disini." Ucap pak Gilang selaku kepala sekolah menatap kedua siswa itu dengan tajam sambil memijit pangkal hidungnya pelan.
Jacky berdiri bersalaman dengan kepala sekolah lalu beranjak keluar. Jacky menendang kaki Kirana dengan sengaja sebelum melangkah keluar, Kirana ingin membalas tapi dia sadar situasi dan akhirnya Kirana hanya diam.
Pak Gilang kembali menatap Kirana." Kali ini kamu saya maafkan Kirana tapi kalau sampai kamu berulah lagi saya terpaksa memaggil orang tua kamu."
Kirana enggan menjawab dia sangat malas hanya untuk berbicara. Kirana mangangguk dia masih marah dengan Jacky.
Kirana keluar dari ruangan kepala sekolah dengan malas. Kirana sudah mengingat semuanya. Semuanya tanpa terkecuali.
"Jacky Darmawan gue bakal cari tau siapa yang lo lindungi selama ini."
"Ray gue udah inget, maaf gue udah lupain lo beberapa tahun ini. Maaf." Kata Kirana lirih mencoba menahan air matanya jatuh.
***
"Aduh Kirana lama banget sih." Kesal Elsa yang sendari tadi mondar-mandir di depan kelas. Membuat siapa saja yang melihat akan pusing sendiri.
"Bisa gak sih lo diem duduk Sa. Nanti Kirana juga bakal balik kesini." Kata Reva.
"Tadi itu Kirana keren banget tau." Kata salah satu cowok dipojok kelas, anggap aja namanya Ilham.
Cowok disebelahnya menyahut. "Iya keren banget baru tau gue kalo Kirana jago berantem."
"Kayak gitu dibilang keren, jijik yang ada." Cewek yang tengah duduk diatas meja dengan tangan yang sibuk memoleh wajahnya dengan bedak menyahut. "Cewek kok gitu."
"Halah lo irikan sama Kirana. Karena lo kalah tenar sama dia." Kata Ilham menyindir.
Angel cewek itu menutup bedaknya lalu menatap Ilham remeh. "Gue kalah sama cewek gak jelas kayak gitu. Sorry gak level."
"Gue heran sama lo sebenarnya lo tuh mau sekolah apa mau ajang pencarian cabe-cabe." Ucap Devan disebelah Ilham dan dianggukin oleh yang lain.
"Lo emang gak tau mana cantik mana bukan ya." Sewot Angel. Merasa harga dirinya diinjak.
"Devan ngomong kenyataan kali." Reva menyahut.
"Diem lo." Sentak Angel pada Reva.
Elsa bediri. "Siapa lo bentak temen gue, hah?"
"Udah Sa, gak usah didengerin cabe ngomong." Ucap Reva pada Elsa.
"Cabe? Gue? Lo kali sama temen lo tuh yang sok jagoan. Yang kerjaannya diklub buat dugem. Udah berapa kali ya temen lo tuh keluar masuk privat room. Ups gue keceplosan ya." Kata Angel dengan centil membuat seisi kelas menatapnya jijik. Hanya Angel disini yang lumayan gimana gitu, Kirana menyebutnya si cabe lampu kuning. Karena penampilan Angel yang tidak bisa dikatakan anak sekolah, baju yang super ketat, make up yang sangat tebal jangan lupakan gincu yang merah dibibirnya. Kirana yakin jika bibir Angel mencium sesuatu pasti akan meninggalkan jejak.
"He, malaikat maut. Lo bisa diem gak? Pantesan panas kuping gue dari tadi ternyata sicabe lampu kuning yang lagi ngomongin gue. Lo gak punya bahan buat gibah ya sampe gue yang lo jadiin topik." Ucap Kirana yang sudah duduk dimeja paling depan. Meja milik Ujan.
"Gue ngomong kenyataan kali." Kata Angel menggibaskan rambutnya kebelakang.
"Iya kenyataan hidup lo kan. Udah deh lo gak usah nyinyiri hidup orang hidup lo benerin dulu. Lo tadi bilang apa? Keluar masuk private room? Bukannya itu lo. Gue kemarin liat lo disalah satu klub terkenal di Ibu Kota."
Angel terkejut. "Jangan sok tau lo!" Sentak Angel pada Kirana lalu tersenyum sinis. "Lo tau gue berarti lo ada di klub itu."
Kirana tersenyum menang. "Iyalah gue disiti kalo gak mana tau gue lo asik bercumbu mesra dengan om-om. Gue mah anaknya jujur ya gak penuh dusta kayak lo."
"LO!!" Tunjuk Angel pada Kirana.
"Gak usah tunjuk-tunjuk kalo gak mau telunjuk lo patah."
Angel menghentakkan kakinya kesal lalu pergi dari keluar kelas diikuti ketiga antek-anteknya.
"Eh, malah pergi. Gue belum selesai ngomong. Gue masih punya kejutan nih elah." Teriak Kirana pada Angel yang sudah beranjak jauh.
"Emang yang lo omongin bener Na." Tanya Devan pada Kirana.
Kirana tertawa. "Ya mana gue tau. Gue cuma ngarang eh dianya marah. Berarti bener." Sesuai dugaan Devan. Emang bener-bener nih bocah.
Reva menggampar kepala belakang Kirana. "He, kuda laut! Lo bikin gue deg degan elah. Disuruh foto kopi malah berantem di depan gerbang." Kesal Reva pada Kirana.
Kirana nyengir. "Ya mana gue tau. Tiba-tiba gue diseret sama tuh bocah." Ucap Kirana kesal. "Gue lupa lagi tadi di ruang kepala sekolah buat nagih ganti rugi. Pokoknya kalo gue ketemu dia lagi bakal gue tagih semua kerusakan."
"Kerusakan apa?"
"Lo pikir hasil fotokopi gue tadi kemana? Hancur noh didepan gerbang mana mas-masnya tadi belum ngasih kembalian lagi." Kata Kirana mengebu-gebu.
Elsa memutar bola matanya malas. "Yaelah masih mikirin uang kembalian nih bocah. Emang cowok tadi tuh siapa sih?" Tanya Elsa yang sendari tadi penasaran.
Kirana diam. Membuat seisi kelas menatapnya heran. "Gak tau gue liat mukanya langsung pengen ngehajar."
"Ebuset, sangar bener sih lo. Lo tuh udah bikin satu sekolah heboh ya." Kata Ilham.
Kirana tertawa membuat yang lain ikut ketawa. Hanya Kirana yang bisa membuat suasana serius menjadi hangat kayak sekarang.
...****************...
"Hai cowok datar papan gilesan."
Alex melirik samping kanannya. Kirana mengeratkan ranselnya dan bersenandung ria. Tidak ingin ambil pusing Alex mengabaikan gadis itu.
"Makasi ya,"
Kirana berseru ceria. Wajahnya sangat berseri-seri. "Berkat lo manusia setengah siluman itu datang ke sekolah." Ujar Kirana. "Si siluman Jacky."
Alex mengangkat sebelas alisnya. "Ada hubungan apa lo sama Jacky?"
"Hubungan spesial."
Setelah mengatakan itu Kirana menepuk bahu Alex. Meninggalkan Alex dengan beribu pertanyaan. Kirana tersenyum melambaikan tangan lalu lompat-lompat kecil menuju motor hitam yang sudah terparkir didepan gerbang. Orang yang menjemputnya.
"Bang Gara?" Ujar Alex ketika melihat siapa yang menjemput Kirana. Seorang cowok kurang lebih berumur 21 tahun, dengan jaket hitam yang senada dengan warna motornya. Memakaikan helm pada Kirana. Alex juga bisa melihat kedua orang itu seperti saling mengejek dan tertawa.
"Bang Gara bukannya di London? Kirana cewenya bangsa Gara?"
Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya. Terakhir ia mendengar bahwa Gara pindah ke London dalam waktu yang tidak ditentukan. Tapi sekarang dia melihat Gara dengan kedua mata kepalanya sendiri.
Yang jadi pertanyaan utama. Apakah itu beneran Gara?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
weahayru
Next
2023-10-28
0