"Na, lo mau cari buku apa sih?" Geram Reva sejak tadi. Sekarang mereka bertiga sedang berada di toko buku setelah pulang sekolah mereka langsung meluncur kesini. Katanya Kirana ingin mencari buku dan itu membuat Elsa dan Reva heran. Seorang Kirana mencari buku boro-boro mau beli buku mau baca aja syukur.
"Diem deh lo Rev berisik." Ujar Kirana masih fokus mencari buku yang dia cari selama ini. Kirana melangkah menuju rak komik lalu matanya berbinar. Tangannya mengambil sebuah komik dengan sampul kuning terlihat ada 3 anak disampul itu dengan 2 cowok dan satu cewek. Kirana membali ketempat semula tempat Elsa dan Reva menunggu.
"Ketemu." Ucap Kirana senang dan memperlihatkan bukunya pada kedua sahabatnya.
Spontan kedua sahabat Kirana menatap buku itu datar. Ralat bukan buku melainkan komik Naruto Sippuden, jadi ini alasan kenapa Kirana ngebet banget pengen cepet pulang. Karena komik kesukaannya sudah ada ditoko buku.
"Jadi lo dari tadi memeti kayak ayam mau bertelur karena komik ini?"
"Iya takut kehabisan gue.” Cengir Kirana.
"Lo kan udah punya filmnya Na, lengkap lagi dari episode Naruto masih bayi sampek udah nikah."
"Gue kalo gak punya komiknya belum puas."
"Terserah."
"Mau kemana lagi nih kita?" Tanya Elsa. "Gak seru tau kalo langsung pulang."
"Nonton yuk gue udah beli tiket." Ujar Kirana lalu menarik kedua temannya menuju kasir.
"Nonton apaan?"
"Avenger end game."
"SERIUS."
"Enggak sih. Gue bohong." Ucap Kirana lalu berlalu menuju kasir.
"Bener-bener lo ya." Geram Elsa dan Reva bersamaan. "Lo tuh kayak doi ya. Udah dibuat terbang lalu dijatuhin. Sakit Na sakit." Reva memegang dada kirinya dramatis, seolah-olah ia tengah akting memerankan sosok yang ditinggal sang kekasih.
"Lo mendalami bener perasaan. Pengalaman ya." Kata Elsa terkekeh pelan.
"Enggak anjir."
"Udah yuk." Ajak Kirana setelah membayar.
Ketiganya keluar dari toko buku bersamaan. Mata Kirana terkunci pada satu titik. Disana terlihat Jacky tengah bersama seorang cewek, mungkin pacarnya.
"Eh kalian tunggu sini bentar ya. Gue mau ke toilet." Kata Kirana pada Reva dan Elsa.
"Dianterin gak?"
"Tenang gue gak bakal diculik tante-tante. Tante-tantenya yang takut sama gue." Kata Kirana langsung melesat pergi.
"Dasar bocah. Kemana kita Sa."
"Haus gue cari minum yuk." Kata Elsa menarik Reva pergi.
...****************...
"Sayang aku mau ini bagus gak."
Samar-samar Kirana mendengar percakapan pasangan didepannya ini. Kini dia sudah seperti detektif profesional. Dengan topi dan masker setelah mampir ke toko aksesoris tadi. Kirana menutup wajahnya dengan buku menu cafe setelah memesan secangkir kopi dia meminta agar pelayan itu meninggalkan buku menunya.
Mata Kirana masih tetap fokus pada kedua orang itu.
Jacky dengan seseorang gadis yang Kirana tidak tau.
"Iya bagus. Buat apa sih lo kan udah punya banyak tas." kata Jacky dengan malas pada gadis itu. Kirana bisa melihat dari raut wajah Jacky yang malas.
"Kamu gak tau cewek ya. Ini itu udah aku incar dari bulan lalu." kata gadis itu kecewa.
"Yaudah beli aja."
Kirana masih fokus pada keduanya masih tidak ada hal yang mencurigakan.
Ting!
Kirana menggeram kesal mendengar ponselnya berbunyi. Dengan cepat Kirana melihat notifikasi diponselnya ternyata dari Reva yang bertanya dimana dirinya sekarang, dengan cepat Kirana membalas pesan itu.
Gue pulang duluan perut gue mules kayaknya mau lahiran.
"Kak ini pesanannya." kata pelayan meletakkan pesanan Kirana. Lagi-lagi Kirana menggeram kesal ada saja gangguan ketika dirinya tengah menjalankan misi.
Jacky menoleh pada Kirana tapi dengan cepat Kirana mengelak sebelum dia ketahuan.
"Sayang kamu dengerin aku gak sih?" kesal gadis disampingnya. Dengan cepat Jacky mengalihkan pandanganya membuat Kirana bisa bernafas lega.
"Apa?"
"Tuhkan bener kamu kacangin aku lagi. Emang ada apa sih?" kata gadis itu melihat sekitar mereka. "Gak ada apa-apa juga apa jangan-jangan ada mantan kamu ya."
"Enggak."
"Sayang." panggil manja gadis itu.
"Jesica bisa gak lo gak panggil gue sayang." jengah Jacky kepada gadis yang dipanggilnya Jesica tadi.
Sekarang Kirana tau nama gadis itu dan Kirana akan mengingat wajah gadis itu diotaknya.
"Kenapa sih kamu masih suka sama cewek gak jelas itu ya." kesal Jesica.
Kirana memasang telinganya serius.
"Lo ngomong apa sih?"
"Aku udah duga sih. Udah deh ngapain sih masih inget tuh cewek dianya juga udah mati. Siapa namanya? Raya kan."
Kirana melotot terkejut bukan main.
Raya.
Kirana sekilah meliha guratan marah di wajah Jacky. Tanpa mengucapkan apapun cowok itu pergi meninggalkan gadis yang tengah mengumpat kesal itu sendirian.
Kirana meraih ponselnya menghubungi seseorang.
...****************...
"PAPAAAAA!!!"
"APAAN SIH LO TERIAK-TERIAK INI BUKAN HUTAN!!"
"LO JUGA NGAPAIN TERIAK."
"Sudah-sudah gak usah berantem." Lerai Dimas pada Kirana dan Gara yang saling berteriak ria.
"Tumben papa pulangnya cepet biasanya malem." Tanya Kirana sang masih setia dipelukan sang papa.
Dimas tersenyum mengacak rambut anak gadisnya gemas. "Jadi kalo papa pulang cepet gak seneng nih?" Goda Dimas.
Kirana cemberut sedangkan Dimas dan Gara terkekeh pelan. "Papa kangen sama anak-anak papa."
"Papa tau gak? Bang Gara jahat banget masa es krim Kirana dikulkas dihabisin." Rengek Kirana pada Dimas.
"Yaelah, nanti beli lagi kan bisa. Apa perlu sama supermarketnya sekalian. Biar puas lo." Kata Gara menatap Kirana yang mengembungkan pipinya.
"Pa mobil digudang belakang Kirana bawa ke bengkel ya." Kata Kirana pada Dimas yang tengah menyesap tehnya pelan.
Dimas tersedak lalu menatap anak gadisnya dengan pandangan sulit diartikan. Tatapannya beralih pada Gara yang sedang menepuk-nepuk dadanya tersedak keripik kentang. Dimas menghelai nafas pelan. Ternyata hari itu hari ini.
Ingatan kamu sudah kembali, Nak?
Kirana masih menunggu jawaban dari papanya dengan was-was. Dimas kembali menyesap tehnya pelan. "Kamu tau darimana ada mobil di gudang belakang?"
"Kemarin Kirana jalan-jalan trus ketemu sama gudang belakang, yaudah Kirana buka." Jawab Kirana polos.
"Bukannya papa sudah melarang kamu untuk ke gudang belakang Kirana Anatasya?"
Damm it!
Mampus!! Dimas sudah memanggil nama lengkap anaknya itu pertanda bahaya. Siaga satu. Kirana membeku begitu juga Gara yang kembali tersedak keripik kentang. Kirana menoleh pada Gara agar cowok itu membantu. Tapi nihil Gara juga sama dengannya diam membeku dengan keripik kentang yang berserakan dilantai. Mungkin jatuh karena kaget. Dimas bisa menjadi hangat dan tegas seketika. Tidak heran darimana sifat Kirana itu.
“Ya kan jiwa kepo Kirana muncul jadi dibuka deh.” Gadis itu menampilkan deretan giginya yang rata.
Dimas mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Oke."
Hening.
"Ma—ksud papa?"
"Yaudah kamu juga sudah ingat sepertinya. Kamu perbaiki mobil dan motor kamu di gudang belakang." Kata Dimas tersenyum. Toh buat apa dilarang. Kirana juga sudah tau jati dirinya.
Mata Gara dan Kirana membulat sempurna. Semudah itu. Dia kira Dimas akan marah.
"Beneran pa." Dimas mengangguk. Mata Kirana berbinar lalu memeluk Dimas erat. "Makasih pa Kirana janji gak akan buat kesalahan kayak dulu lagi." Kirana mengecup pipi Dimas sekilas lalu menyeret Gara disampingnya yang tengah minum dengan antusias.
“Atau kamu mau mobil baru?”
Kirana menggeleng. “Yang itu aja diperbaiki.” Ucapnya kembali menyeret Gara ke gudang belakang.
Dimas terkekeh melihat kedua anaknya. Lalu meraih koran dimeja.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments