"Kira-kira Alex diapain ya sama kepsek." Pikir Ibay dengan tangan yang digosok-gosokkan pada dagu. Daniel yang melihat hal itu ingin sekali dia membuang Ibay ditengah samudra.
Daniel menoyor kepala Ibay. "Yaelah, kayak bisa mikir aja lo. Ulangan matematika aja lo komat-kamit baca mantra."
Ibay melotot. "Sstttt jangan keras-keras buka kartu gue aja lo." Ibay membekap mulut Daniel kasar.
"Sialan! Tangan lo bau jengkol." Ingin rasanya Daniel mutah, sungguh sangat bau tangan Ibay. "Emang lo tadi gak cuci tangan ya."
Ibay mencium tangannya. "Lo gak bisa bedain mana bau mana wangi ya."
"Wangi apaan. Kayak gitu wangi." Skak Daniel.
"Ini tuh bau parfum lavender. Kayaknya hidung lo bermasalah deh Niel." Sekali lagi Ibay mencium tangannya. Benar tangan Ibay berbau parfume lanvender hasil merampas dari adiknya.
"Gue gak suka wangi lavender bagi gue itu sangat gak enak baunya."
"Iya deh iya. Daniel kan sukanya wangi permen." Kata Reza yang membuat yang lainnya tertawa.
Daniel hanya memutar bola matanya malas. Kini mereka berempat tengah santai dikantin. Sudah melaksanakan hukuman? Tentu tidak, mana mau mereka capek lari-lari mending ngadem dikantin. Tidak capek, tidak buang banyak tenaga dan bisa santai. Memang kantin adalah surga bagi seluruh siswa.
"Hy Ghea. Mau kemana? Abang Ibay anterin ya." Goda Ibay pada Ghea yang tengah lewat disebelahnya.
"Gak perlu, gue bisa sendiri." Jawab Ghea langsung pergi dari sana menuju kelas.
"Mampus! Ibay ditolak lagi pemirsa." Heboh Luis dengan botol ditangannya yang diarahkan pada mulut seolah-olah botol itu berubah fungsi menjadi mic.
"Diem lo, Wis. Gue masih berjuang nih."
"Gaya lo berjuang, Bay." Kata Daniel menahan tawanya.
"Bully aja terus bully."
"Woy bang."
Kompak mereka menoleh pada asal suara. Raka tengah berjalan dengan segorombolan temannya dibelakang menuju kearah Ibay dan lainnya.
Melihat hal itu Ibay dan lainnya berdiri serempak bertos ala-ala cowok pada semuanya.
"Akhirnya comeback juga." kata cowok dengan rambut pomade.
"Yoi dung. Lo masih aja pakek pomade." kata Luis melihat rambut cowok itu.
"Sori ya bang gue tuh harus ganteng setiap saat."
"Dasar kutu kucing." Raka melempar kulit kacang pada cowok itu.
"Kalian gak pelajaran?" tanya Daniel.
Semuanya menggeleng.
Ibay menutup mulutnya kaget. “Suka nih yang kayak gini.”
...****************...
KIRANA mengerjapkan matanya berusaha mengatur cahaya yang masuk pada retinanya. Bau obat menusuk indra penciumannya, ia tau tempat ini, UKS.
"Na, lo udah sadar?" Cemas Reva.
"Ya udahlah bego! Lo nggak tau dia udah melek." Sahut Elsa menoyor kepala Reva.
"Sialan."
Setelah mendapat kabar bahwa Kirana dibawa ke UKS karena pingsan. Elsa dan Reva langsung lari menuju UKS mengabaikan guru yang sedang menerangkan materi. Mereka khawatir pada Kirana.
Kirana diam tidak menjawab sakit dikepalanya belum juga reda, ia tidak ingin membuat kedua sahabatnya lebih khawatir. Bibirnya melengkung menciptakan senyuman. Ia bersyukur mempunyai sahabat seperti Elsa dan Reva yang selalu menemaninya disaat susah maupun senang.
"Kok lo bisa pingsan sih?" Tanya Reva penasaran. Bagaimana tidak tadi Kirana berpamitan pergi ke kantin dan dengan tiba-tiba ia mendengar kabar bahwa Kirana dibawa ke UKS. Apa kantin sudah berpindah ke UKS?.
"Cerita ke gue siapa yang udah buat lo pingsan." Lanjutnya sambil melipat kedua lengan seragamnya persis seperti ingin menantang orang berkelahi.
"Kayak berani aja lo." Cetus Elsa. Reva nyengir
Kirana mendengus.
"Gue nggak tau tiba-tiba kepala gue pusing trus gelap gak tau deh terus gimana." Ucap Kirana lemah.
"Yaudah deh, yang penting lo gapapa."
"Gimana sih ceritanya kantin bisa pindah ke UKS kayak gini." Ucap Reva menyindir.
"Trus kok bisa Alex berantem sama Karel."
Kening Kirana menyengit menimbulkan guratan-guratan disana. "Tadikan gue mau balik ke kelas. Eh, ditengah jalan gue ketemu orang yang mau malakin gue. Ya gak gue kasihlah enak bener bapak gue yang kerja dia yang minta." Kirana berusaha duduk. "Trus Karel itu siapa?"
"Gue tuh satu SMP sama Karel. Dia nakal banget sumpah. Sering malak. Suka berantem. Apalagi sekarang sudah SMA. Tambah liar." Jelas Elsa.
Kirana mengangguk mengerti, padahal dalam hati ia tidak peduli dengan sosok Karel.
Kirana menatap melas pada Elsa. "Sa gue aus."
"Gak usah ngode. Yaudah gue pergi dulu beli minum. Gak tega gue liat muka lo yang melas. Pengen nabok." Setelah mengatakan itu Elsa langsung pergi menuju kantin membeli minuman buat Kirana. Kurang apa lagi coba.
Reva dan Kirana kini diam sibuk dengan aktifitas masing-masing. Reva yang sibuk ngegame diponsel Kirana dan Kirana yang sedang memikirkan sesuatu. Ia masih kepikiran dengan suara-suara yang memenuhi kepalanya tadi. Jika dikatakan trauma, Kirana tidak trauma sama perkelahian bahkan ia sempat merasakan bahwa ia lebih mendalami daripada ini. Alex? Muka cowok itu nggak asing dipikiran Kirana, bukan hanya waktu dihukum bareng saja, Kirana seakan mengenal jauh sosok Alex saat ia sedang bersamanya. Entah itu semua apa. Kirana binggung, semua seakan tiba-tiba.
"KIRANAAA!!" Teriak Reva pas ditelinga Kirana.
Kirana terkejut bukan main. Ia harus kedokter setelah ini untuk memeriksakan telinganya, suara Reva sangat bahaya bagi gendang telinga Kirana.
"Selow kali nggak usah pakek urat. Gue nggak budek."
"Gak budek lo bilang? Trus dari tadi gue panggilin kemana mbak? Telinganya masih ketinggal dikantin. Dari tadi gue panggilin lo, lo-nya diem aja." Bibir Reva maju lima centi tangannya ia lipat didepan dada, ia kesal sejak tadi ia dikacangin sama Kirana.
Kirana nyengir. "Gue lagi bayangin cogan. Makanya gak denger lo panggil."
Reva gemas akhirnya ia menoyor Kirana pelan. "Gak usah ngayal. Karena realita lebih menyakitkan daripada ekspetasi."
"Baper, baper."
"Ini mana lagi tuh anak beli minum di spanyol kali ya lama bener." Pasalnya tenggorokan Kirana sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Sangat kering, itu kebiasaan Kirana setelah tidur pasti akan minum.
Pintu UKS terbuka munculah Elsa disana dengan membawa botol mineral ditangannya.
"Nih."
"Thank sayang."
Kirana langung menyambar botol mineral itu dan langsung membukanya dengan sadis. Diteguknya air didalam botol itu hingga habis tak tersisa, sedangkan kedua temannya cengo melihat tindakan Kirana.
"Gila! Lo minum kayak abis nguli aja sih, Na."
"Lo kayak udah gak minum satu tahun deh."
Kirana bernafas lega akhirnya tenggorokannya sudah tidak kering lagi. Kirana mengusap bibirnya lembut. "Pingsan buat gue dehidrasi."
"Gue udah terbiasa habis tidur langsung minum. Jadi jangan heran kalo lo berdua ke kamar gue pasti ada botol mineral." Lanjutnya.
"Tapikan lo habis pingsan, Na, bukan tidur."
"Lo pikir pingsan gak tidur. Emang lo pernah liat orang pingsan sambil berdiri?"
"Bodo amat, Na. Bodo amat."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments