Keempat orang itu terdiam si ruang keluarga, tidak ada yang berniat membuka suara. Entah karena apa semua mendadak cangguh satu sama lain padahal dulu keluarga ini sangat harmonis.
Gara berdehem mencoba mencairkan suasana.
"Kapan kamu sampai Gara?" Tanya Nita ibu Kirana dan Gara.
"Tadi sore, Ma."
Dimas—Papa Kirana dan Gara menghembuskan nafas kasar. Ia bingung mau memulai darimana." Maafkan Papa. Papa sudah memisahkan kalian berdua. Papa punya alasan akan hal itu. Dan papa gak punya pikiran kalau keputusan papa akan menjadi seperti ini."
Menyesal itulah yang dirasaan Dimas saat ini, ia menatap kedua anaknya bergantian melihat anaknya yang sudah beranjak dewasa, sepertinya baru kemarin mereka bermain bersama dan rebutan mainan.
"Mulai sekarang, ayo kita bangun lagi keluarga ini. Papa sama Mama kangen kalian yang dulu. Kirana yang hiperaktif dan Gara yang selalu menjaga Kirana. Papa tau Kirana selalu kesepian dirumah sendirian dan papa juga tau Gara yang selalu berusaha agar bisa kembali ke Indonesia. Sekarang papa akan berusaha menjadi papa yang baik buat kalian."
Dimas menjeda ucapannya." Sekarang papa mengerti papa terlalu gila kerja. Papa yang gak pernah memperhatikan anaknya. Papa pikir dengan cara memisahkan kalian akan membuat keadaan menjadi lebih baik tapi sebaliknya. Papa minta maaf." Nita mengelus lengan Dimas mencoba memberi kekuatan.
Mata Kirana memanas, air matanya sudah bercucuran keluar. Kirana menunduk mencoba tidak menangis di depan orang tuanya, sedangkan Gara terus mencoba menenangkan Kirana disampingnya. Gara tau apa yang dilakukan Dimas itu untuk kebaikkannya dan Kirana. Hanya caranya yang salah. Gara akan mencoba melupakan semua kejadian itu. Gara akan membuka lembaran baru, karena masa lalu tidak patut dikenang.
Kirana berdiri mengampiri kedua orang tuanya dan memeluk mereka erat dan disusul oleh Gara. "Papa sama mama nggak perlu minta maaf karena kita udah maafin papa sama mama." Ucap Kirana terisak, matanya dan hidungnya bahkan sudah memerah.
“Kita tau apa yang mama dan papa lakuin itu juga untuk kebaikan kita," Sambung Gara.
"Mari kita mulai hidup dari awal lagi." Ujar Dimas memeluk istri dan kedua anaknya, ia berjanji akan memperbaiki retaknya keluarga kecil ini.
Rembulan dan bintang menjadi saksi bisu kejadian di malam ini. Dimana sebuah keluarga yang terpecah karena tidak adanya kepercayaan, dan sekarang kepercayaan yang telah hilang itu kembali lagi. Ingat, Tuhan tidak akan memberi cobaan pada hambanya diluar batasnya. Tuhan adil akan semuanya, dan kita hanya menunggu saat itu tiba.
...****************...
ALEX menatap sebuah bangunan tua di depannya dengan datar. Sebuah rumah berlantai dua yang sudah lama ditinggal pemiliknya. Berbagai tanaman liar tampak tumbuh di halaman depan rumah, mungkin sudah banyak jenis ular yang bersarang disana.
Alex meronggo saku jaketnya untuk menggambil kunci lalu dibukanya gerbang hitam yang menjulang tinggi itu, dengan pelan Alex melangkah menuju pintu depan yang diikuti oleh keempat sahabatnya yang sendari tadi diam menikmati suasana.
Mereka menatap ruang tamu yang sudah tidak terawat bahkan bukan hanya ruang tamu mungkin hampir semua ruangan dirumah ini kumuh tidak terawat, terlihat dari lantai yang kotor dengan sarang laba-laba yang menghiasi setiap pojokan dinding dan semua perabotan rumah yang ditutupi kain putih.
Sudah 4 tahun Alex tidak mengunjungi tempat ini, dan sekarang kenangan demi kenangan muncul dikepala Alex, semua adegan terpampang jelas dihadapannya saat ini, kenangan tentang arti persahabatan dan kekeluargaan, rumah yang dulunya sangat ramai dan damai kini hanya menyisahkan kenangan.
Alex mengamati sekeliling masih sama seperti dulu hanya cat tembok yang sedikit kusam bahkan mengelupas.
Cowok itu menghembuskan nafas kasar. Luis menepuk bahu Alex pelan. "Ini sudah saatnya Lex. Kita harus bangun lagi dan buka lembaran baru." Ucapnya.
Alex diam lalu mengangguk diikuti Daniel, Reza, dan Ibay. Mereka tersenyum.
"Resor kembali."
"Ini saatnya keluar dari zona."
Mereka saling tersenyum dan berpelukan sampai satu suara menghancurkan momen yang sangat mengharukan ini.
"Kok gue merinding ya, Lex nanti jangan lupa bawa dukun kesini ya, gue takutnya banyak penghuni yang tidak diinginkan disini." Ujar Ibay mengidik ngeri membayangkan sosok makhluk selain manusia yang bisa dikatakan setan. Jangan heran diantara mereka berlima Ibay lah yang paling takut sama yang namanya hantu.
"Anjir! Lo merusak suasana bego!" Reza menggampar kepala Ibay sadis.
"Ya kan gue cuma ngingetin kata nenek gue ya kalo bangunan yang sudah gak ditempati itu pasti bakal ditempatin sama yang begituan."
"Lo nya aja yang penakut."
"Bay." Panggil Luis serius.
"Apa?"
"Dibelakang lo."
"ADA APAAN DIBELAKANG GUE? MBAK MAS APALAH TERSERAH TOLONG JANGAN MAKAN SAYA DAGING SAYA NGGAK ENAK. MAKAN AJA SI REZA DIA LEBIH LEZAT BAWA AJA GAPAPA GAK DIBALIKIN JUGA GAPAPA DIAKAN JOMBLO" Histeri Ibay disaat ada yang menepuk bahunya dari belakang. Ibay tidak berani menengok kebelakang, sedangkan yang dibelakang tertawa cekikikan melihat betapa takutnya Ibay dengan hantu.
"Sialan lo bilang gue jomblo." Ucap Reza kembali menggampar kepala Ibay. Ibay menengok ke belakang terdapat Reza yang memasang wajah sangar. Sekarang Ibay tau siapa yang menepuknya tadi.
"******! Jadi lo yang nakut-nakutin gue." Ibay membalas gamparan Reza.
"Siapa sih yang nakut-nakutin, lo nya aja kali yang parnoan."
"Ribut terus ati-ati didatengin mbak kunti baru tau rasa lo berdua." Ucap Daniel santai yang sedang duduk disofa setelah ia menyingkirkan kain putih yang menutupi sofa itu.
"Daniel bangsat!"
...****************...
Kirana membali ke kamarnya dengan wajah sumringah. Tidak disangka malam ini adalah malam yang sangat Kirana suka. Kaki Kirana melangkah mendekati kalender di atas meja lalu mengambil spidol merah dilaci mejanya, melingkari tanggal hari ini dan menuliskan kata "Harinya Kirana." Gadis itu tersenyum mengembalikan kembali kalender itu pada tempatnya.
Kirana membaringkan tubunya dikasur king size lalu meraih selimut dan membungkus tubuhnya dengan rapat. Sebenarnya Kirana tidak mengantuk berhubung besok sekolah dan Kirana harus bangun pagi, tapi tunggu bukan karena besok sekolah dia bangun pagi.
Karena besok dia akan menceritakan kebahagiannya kepada dua sahabatnya. Bukan hanya itu saja semenjak bertemu Alex, Kirana merasakan ada yang janggal. Wajah cowok itu tidak asing dimatanya. Apa mungkin Alex salah satu cogan yang dia temui di mall waktu hang out dengan temannya.
"Siapa lo sebenarnya."
Di tempat lain Gara tengah berdiri memandang keluar jendela dengan secangkir madu hangat di tangganya. Gara berjanji akan mencari siapa dalang dari kehancuran keluarganya.
Empat tahun berlalu tapi belum ada sesuatu yang pasti. Adiknya menjadi korban.
Gara masih ingat kejadian waktu itu. Kejadian yang tidak ingin Gara ingat tapi kejadian itu selalu menghantui Gara. Empat tahun Gara di London tidak berhasil melupakan semuanya. Dengan susah payah dia lakukan agar kembali ke sini dan itu bukan tanpa alasan.
Manusia itu mempunyai topeng masing-masing dan suatu saat mereka akan membuka topeng mereka masing-masing. Entah kapan. Kita tunggu aja.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments