Pandangan Kirana sedikit tertarik pada kedua sahabatnya, Reva dan Elsa. Tidak biasa mereka diam. Tatapannya kompak lurus kedepan. Bahkan sejak tadi mereka melamun tidak mengucapkan sepata katapun. Mereka hanya berkeliaran dipikiran masing-masing.
"Lo berdua kenapa sih, tumben diem. Biasanya petakilan gak jelas." Heran Kirana kepada dua sahabatnya.
Reva dan Elsa serentak menoleh.
"Lagi mikir keras nih kita, Na." Jawab Elsa.
"Mikirin apaan sih, kayak bisa mikir aja." Alis Kirana naik sebelah.
"Monyet lo!" Cetus Elsa dan kembali diam seperti semula.
Tindakkan itu semakin membuat Kirana penasaran. "Kalian kenapa sih, kesurupan?"
Reva menoleh. Ia menggeser tubuhnya agar lebih menatap Kirana dan di ikuti Elsa. Otak Reva seakan menerawang sesuatu yang jauh.
Kirana mengerutkan dahi melihat kelakuan Reva dan Elsa yang tiba-tiba aneh.
"Kalo geng Resor kembali. Itu artinya bakal ada bencana." Ucap Reva serius.
"Bencana apaan sih? Banjir? Gempa? Tsunami?" Tanya Kirana asal dan mampu mendapat jitakan dari Elsa.
"Goblok!"
Kirana mengusap-ngusap kepalanya. "Sakit nih kepala gue, hilang ingatan nih pasti." Ucapnya cemberut. "Emang geng Resor tuh apaan sih?"
Elsa dan Reva melongo.
"Lo nggak tau geng Resor?" Tanya Elsa serius dan dijawab gelengan oleh Kirana.
"Dasar kudet lo, jadi gini Na. Dulu sebelum bernama Resor geng itu bernama Fatal. Dan gak tau kenapa tiba-tiba berubah jadi Resor. Dan nggak tau kenapa tiba-tiba mereka fakum. Nongol-nongol baru hari ini, ya lo tau sendirilah ya tadi. Berantakan, melanggar aturan dan juga geng itu yang paling ditakutin."
"Dan katanya nih ya pas masih bernama Fatal geng itu dipimpin oleh seorang cewek. Keren banget ceweknya sangar gak ada yang berani sama tuh cewek, cuma Rangga yang bisa nanganin kalo tuh cewek lagi emosi. Dan katanya si cewek itu meninggal karena balapan sama katua geng Fire musuh bebuyutan mereka, dan sampek sekarang jasad si cewek masih belum ditemuin, banyak yang bilang si cewek itu ikut kebakar bareng mobil yang dibuat balapan karena waktu itu balapan mobil. Dan geng Fatal yakin betul bahwa itu rencana geng Fire untuk balas dendam pada geng Fatal. Dan mungkin dari situ nama Resor lahir." Jelas Reva panjang lebar.
"Dan lo tau Na, kapan kejadian itu terjadi?" Kirana menggeleng.
Reva menunjukkan beberapa jari tangan. "Kelas dua SMP Na, SMP. KTP aja belum punya."
"Lalu."
"Semenjak kematian sang leader. Geng itu selalu bikin onar, tawuran sampai balap liar dan pernah salah satu dari mereka masuk penjara karena jadi pelopor tawuran anak SMA."
"Alex?" Tebak Kirana. Karena tidak ada nama selain Alex dipikirannya.
"Lo tau Na. Parahnya lagi yang kalah anak SMA itu. Alex masuk penjara cuma tiga hari sih. Ya karena nonjokin siswa SMA itu sampai hampir sekarat. Dan Alex sudah beberapa kali pindah sekolah masih untung otaknya encer kalo gak udah gak tau lagi bakal jadi apa tuh anak."
Miris. Itu lah kata yang ada dipikiran Kirana mendengar penuturan Reva. Semakin banyak sikap negatif Alex yang ada dipikiran Kirana. Sekarang Kirana takut pada Alex. Keinginantahunya mendadak hilang.
"Dan katanya juga Alex tambah liar itu karena kematian sang leader bukan hanya Alex aja sih tapi hampir semua geng Resor itu liar, mungkin karena mereka terpukul karena kematian sang leader."
"Kapan leader Resor mati." Tanya Kirana.
"Pertengahan semerter pas kelas dua SMP. Kurang lebih empat tahunanlah."
"Tapi kok gue gak percaya ya kalo Alex dan temen-temennya nakal tapi ternyata liar."
"Tapi ya walau Alex dan temen-temennya liar tapi lo tahu kan Alex dan temen-temennya selalu masuk lima besar paralel."
Ya kenyataan itu benar, bahkan Alex pernah menjuarai beberapa olimpiade.
"Bodoamatlah gue nggak ngerti apa yang lo pada bilang." Teriak Kirana frustasi.
"Serah, Na serah."
Perut Kirana mendadak perih. Pasalnya tadi pagi tidak sempat sarapan. Ia menggambil ponsel ditas lalu berdiri. Dipikir-pikir ia belum berbuat ulah pagi ini. Ia kangen sama Bu Dian, mungkin sebentar lagi ia akan membuat guru itu naik pitam pikir Kirana.
"Eh, mau kemana?" Tanya Elsa.
"Kantin. Laper gue."
"Bentar lagi masuk, Na." Celetuk Reva gemas.
Kirana sudah ada diambang pintu. Ia berhenti menaikkan alis menatap Reva dan Elsa bergantian.
"Ini udah masuk. Masih salah." Ujarnya.
Reva dan Elsa berpandangan tidak mengerti.
"Masuk apaan? Lo mau cabut kekantin kan." Tebak Elsa.
Kirana kembali mengulas senyum. Ia mengedipkan mata sebelah.
"Masuk sekolah."
Sontak Reva dan Elsa cengo melihat Kirana pergi.
***
Disinilah Kirana duduk melamun sambil memutar-mutar sedotan minumannya. Sejak Kirana memikirkan ucapan Reva. Dari cerita yang ia dengar dari Reva sangat mengganjal di hati Kirana.
"Dan katanya ya pas masih bernama Fatal geng itu dipimpin oleh seorang cewek...."
"Seorang cewek. Kejadian itu empat tahun yang lalu, sedangkan gue pindah ke London pas gue kelas dua SMP seharusnya gue tau dong kejadian itu. Tapi kok gue gak inget apa-apa sih. Gue harus tanya bang Gara. Masa gue kudet tingkat akut gini. Kalo kemunculan Resor buat heboh kek gini berarti mereka sangat berpengaruh dulu. Kok gue gak tau ya. Ini gua hidup di Negara mana sih? Berasa baru keluar dari goa."
"Ngapain kamu Kirana?" Ucap seseorang dari samping Kirana. Bu Dian.
Kirana diam tidak menyadari kehadiran Bu Dian. Ia tetap melamun memikirkan sesuatu. Sampai satu gebrakan membuyarkan lamunan Kirana.
"Allahuakbar!" Kaget Kirana langsung bediri. "Gila kaget gue."
Menyadari ada seseorang disampingnya Kirana menoleh kesamping, didapati Bu Dian tengah berkacak pinggang dengan wajah memerah menahan kesal, persis seperti banteng ngamuk.
"Eh Bu Dian. Apa kabar bu?" Ucap Kirana cengengesan.
"Ngapain kamu disini?"
"Duduk Bu sambil minum es teh." Ucap Kirana kembali duduk dan meminum es teh diatas meja.
Sontak mata Bu Dian melotot. "Kamu gak denger suara bel masuk Kirana?"
"Dengerlah Bu telinga saya kan masih normal."
"TRUS KENAPA KAMU MASIH DISINI! SANA CEPAT MASUK KELAS." Teriak Bu Dian menggelegar di seluruh kantin bahkan ibu-ibu penjual semua langsung menatap mereka. Tidak bisa diragukan lagi jika Kirana dan Bu Dian itu musuh bebuyutan, semua satu sekolah tau hal itu.
"Santai kali Bu gak usah teriak-teriak. Ini juga mau ke kelas." Ucap Kirana tapi tidak langsung beranjak dari kantin malah dengan santainya ia memakan mie ayam yang sempat ia anggurkan tadi.
Bu Dian mengembuskan nafas perlahan ia harus sabar menghadapi muridnya yang satu ini.
"Kirana tadi ibu bilang apa? Kamu ke kelas SEKARANG." Ucap bu Dian dengan menekankan kata terakhir.
Sontak Kirana langsung berdiri dan mengangkat tangannya menghormat seperti upacara hari senin di depan Bu Dian. "Siap bu laksanankan. Balik kiri maju jalan." Ucap Kirana langsung berbalik lalu berlari menuju kelas.
"GAK ADA BALIK KIRI KIRANAAA!"
Kirana tetap berlari sambik tertawa puas menghiraukan teriakan bu Dian. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedang mengawasi mereka dari jauh.
"Gue gak salah lagi itu emang dia."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments