Perjalanan Zolta berlanjut, saat ini dia sedang berada di perbatasan antara Kerajaan Meroving dengan Kekaisaran Salian yang dipisahkan oleh Sungai Eredan. Kini Zolta tengah mengantri untuk dapat melewati jembatan penyeberangan.
Untuk melewati perbatasan, seorang akan dikenakan biaya 20 koin Silver. Jika dia membawa banyak barang, maka akan dikenakan satu Silver per kilonya. Itu artinya, Zolta harus membayar sebanyak total 24 Silver untuk keseluruhan barangnya.
Setelah mengantri beberapa saat, Zolta akhirnya tiba di pos penjagaan. Terlihat dua orang pos penjaga sedang saling berbisik sambil mengamati gerak-gerak Zolta. Tidak lama kemudian, salah satu mereka menghampirinya.
Dia menanyai keperluan dan tujuan Zolta di Kekaisaran Salian. Setelah menjawab semua pertanyaan penjaga pos itu, Zolta memberikan uang biaya untuk melewati perbatasan. Namun, sebelum dia akan berjalan menuju jembatan, penjaga pos itu menghentikan langkahnya.
"Hunter, jika kau tidak keberatan, maukah kau untuk mampir ke Desa Horalis? Aku dengar mereka sedang dalam masalah." Ternyata mereka hendak menawari Zolta dengan sebuah kontrak.
"Maaf Tuan, Aku ingin mengambil pekerjaan itu. Akan tetapi, perlengkapan berburuku sudah hampir habis karena melakukan perburuan sebelumnya. Kurasa kalian harus mencari Hunter lain," jawab Zolta lalu berjalan menuju jembatan.
Sebagi seorang Hunter, Zolta diajarkan oleh mentornya untuk tidak menerima permintaan ketika kita sedang tidak dalam kondisi terbaik. Mengapa demikian? Kebanyakan kasus mati para Hunter disebabkan oleh terlalu percaya diri dan meremehkan kasus yang mereka ambil.
Zolta setidaknya ingin mengisi ulang perlengkapan berburunya sebelum mengambil Kontrak berikutnya. Dia juga harus menuju Menara sihir untuk menemui seorang teman untuk membicarakan masalah penemuan serpihan kristal merah yang Zolta duga, menjadi penyebab tubuh Sefina perlahan bertransformasi menjadi monster.
Setelah melewati jembatan perbatasan, Zolta kemudian menaiki sebuah kereta kuda yang mengantarnya ke sebuah desa. Di sana, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak di sebuah kedai minuman.
Ketika Zolta memasuki kedai, para pelanggan yang sedang mengobrol dan minum di sana tiba-tiba terdiam. Mereka semua memperhatikan Sang Hunter yang sedang berjalan menuju meja pemilik kedai.
"Segelas birnya, Owner," ucap Zolta seraya menaruh lima keping Kufer di meja.
Pemilik kedai kemudian memberinya segelas bir yang langsung Zolta minum karena sangat merasa haus setelah melakukan perjalanan selama beberapa jam. Akan tetapi, Zolta mengerutkan dahinya. Dia merasakan bir yang dia minum terasa aneh.
"Well, well, well, kita ternyata kedatangan seorang Hunter pemberani di sini." Seseorang tiba-tiba duduk di samping Zolta. "Apa kau menikmati minuman di sini, Hunter?" tanya Pria itu sambil menyeringai.
Insting Zolta mengatakan, orang ini datang untuk membuat masalah dengannya. "Buruk sekali, aku menyesal telah masuk kesini," jawabnya yang kemudian berdiri hendak keluar untuk menghindari masalah.
"Mau kemana kau, Hunter? Bukankah kau baru saja datang?" Pria di sampingnya memegang bahu Zolta. Terlihat para pelanggan yang ada di dalam kedai mulai berdiri.
"Lepaskan tanganmu," ucap Zolta datar.
"Atau apa...?"
Zolta meraih tangan pria itu lalu membantingnya ke lantai. Melihat ini, semua pelanggan yang ada di kedai mulai menghampiri Zolta. Dia kemudian berlari ke arah dua orang di depannya lalu melakukan Double Spinning Kick menumbangkan dua orang itu seketika.
"Serang! Dia hanya seor—" Belum selesai pria yang Zolta jatuhkan ke lantai berbicara, Ia menendang kepalanya, membuat pria itu tak sadarkan diri.
Zolta kemudian mulai dikerumuni oleh puluhan orang yang berada di kedai. Dia mengambil dua buah botol bir lalu memukulkannya ke kepala dua orang yang mencoba maju untuk menyerangnya.
Tiga orang kini maju menghampiri Zolta. Salah satu pria melancarkan sebuah tinju hook kanan mengincar kepala Zolta. Dia kemudian menunduk menghindar lalu melancarkan sebuah tinju uppercut membuat pria itu melayang.
Zolta kemudian kembali menghindar dari pukulan pria lainnya, dia menangkap tangannya lalu menendang tumit pria itu hingga membuatnya terjungkal ke lantai.
-Swoshh!
Zolta menghindar sebuah lemparan pisau yang dilakukan rekan pria itu. Dia kemudian berlari melakukan sebuah tackle kepada pelempar pisau itu membuatnya tertindih badan Zolta.
-Crack!
Zolta meninju hidungnya dengan keras sampai terdengar suara tulang yang retak. Melihat orang-orang disekitarnya mulai mengeluarkan senjata, mau tidak mau Zolta menghunuskan pedangnya juga.
"STOPPP!"
Terdengar sebuah teriakkan dari arah pintu kedai. Terlihat beberapa Patrol Guard memasuki kedai. "Tangkap dia, Tuan Arnold! Hunter itu memulai masalah di kedaiku!" ucap Sang pemilik kedai.
"Angkat kedua tanganmu dan jalan perlahan ke sini, Hunter!"
Zolta mengangkat kedua tangannya lalu berjalan menuju para Patrol Guard itu. Salah satu dari mereka meraih tangan Zolta lalu memborgol kedua tangannya di belakang punggungnya.
Mereka kemudian membawa Zolta beserta barang-barangnya ke Kantor Patrol Guard desa lalu memasukkannya ke sebuah sel tahanan. Beberapa saat kemudian, muncul seorang pria berkumis aneh menghampiri selnya.
"Mengapa kau membuat keonaran di desa ini, Hunter?"
"Aku penasaran, Kapten. Mengapa desa ini tidak menyukai para Hunter? Well... Bukannya aku tidak tahu reputasi kami yang tidak terlalu bagus."
Mendengar pertanyaan Zolta, Sang Kapten kemudian menghela nafasnya. "Beberapa hari yang lalu, ada Hunter yang menggila di desa ini, menyebabkan beberapa korban luka, bahkan ada satu orang yang masih belum sadarkan diri hingga saat ini," ungkap pria tersebut seperti enggan mengingat hal itu.
"Walaupun mereka memiliki sebuah Mark, para Hunter tidak akan langsung menggila jika tidak adanya provokasi," balas Zolta yang terlihat membela rekan sesama Hunternya.
"Kami tidak ingin mempunyai masalah dengan para Hunter, jadi sebaiknya kau beritahu rekan-rekanmu untuk tidak pernah menginjakan kaki ke desa ini lagi." Setelah mengatakan hal itu, pria itu kemudian keluar ruang tahanan untuk mengurusi kekacauan yang ada di kedai minuman.
Zolta kemudian tertidur duduk bersandar pada tembok sel dimana ia di tahan. Dia sangat kelelahan sekali setelah melakukan perjalanan jauh, diberi bir yang sangat pahit, lalu harus bertarung dengan seisi kedai. Ini adalah hari yang sangat panjang untuknya.
.
.
.
Setelah tiga jam tertidur, Zolta kemudian terbangun mendengar sebuah nyanyian Lullaby yang familiar. Dia melihat seorang wanita cantik berambut pirang dan memiliki mata biru yang indah sedang jongkok memperhatikan wajahnya dari dekat.
"Luna..., kau, kah itu?"
Mendengar Zolta memanggil namanya, wanita itu tersenyum. "Siang Zolta, tidurmu pasti nyenyak ya karena aku menyanyikan sebuah Lullaby untukmu."
"Apa yang kau lakukan di sini, Luna? Bukannya kau sedang ada di Republik Malta?"
"Well... Aku sudah menyelesaikan urusanku di sana dan memutuskan untuk kembali ke Workshop bulan lalu," jawab Luna mulai mencubit-cubit pipi Zolta. "Dan kau seperti biasa, selalu menimbulkan masalah kemanapun kau pergi, Zolta."
Sial! Dia memanfaatkan tanganku yang terborgol untuk mempermainkanku, batin Zolta kesal. "Kau datang kemari untuk mengeluarkanku bukan?"
Luna hanya mengangguk merespon pertanyaan Zolta tanpa berhenti mencubiti pipinya. "Baiklah, cepat keluarkan aku dari sini, Luna," pintanya.
"Tidak mau, Aku ingin sedikit lebih lama memainkan pipimu."
...Author Note : Ilustrasi Lunaria di Canilo...
Melihat sikap Luna yang kekanak-kanakan, Zolta hanya bisa pasrah dan menghela nafas. Setelah setengah jam kemudian, mereka berdua keluar dari kantor Patrol Guard desa.
"Lalu, apa rencanamu setelah ini, Luna?" tanya Zolta yang memegangi pipinya yang terlihat memerah karena terus dicubiti oleh Luna.
Luna kemudian terdiam sejenak dan terlihat menyentuh dagunya sebelum menjawab, "hmm... kurasa mengumpulkan Elixir sebanyak mungkin dan memperbarui peralatanku."
Mereka sedang berjalan menuju Kota Danzig untuk kembali ke Workshop tempat dimana para Hunter lainnya berkumpul dan mengisi ulang suplai perlengkapan berburu mereka.
"Jangan bilang, kau akan pergi ke garis depan, Luna?" tanya Zolta terdengar khawatir dari nada bicaranya.
"Hee~ Kau terdengar seperti mengkhawatirkanku... Kenapa? Kau akhirnya peduli padaku setelah selama ini selalu menolakku?" Mendengar Zolta terdengar khawatir padanya, Luna tersenyum lalu menggodanya.
Melihat sikap Luna yang menganggap remeh, Zolta menghela nafasnya. "Tentu saja aku khawatir dan peduli padamu, Luna. Aku tidak ingin kau berakhir seperti Barney."
Mendengar Zolta mengatakan itu padanya, membuat Luna menghentikan langkahnya lalu menundukkan wajah. Barney adalah rekan Hunter mereka yang mengalami kegilaan ketika melakukan sebuah kontrak di garis depan.
"Luna, ada apa?" Zolta ikut menghentikan langkahnya bertanya-tanya dengan sikap Luna yang tiba-tiba menjadi aneh.
Zolta dan Luna sudah bersama selama bertahun-tahun. Mereka berdua dibawa ke dalam Workshop ketika keduanya masih berumur lima tahun. Bagi Zolta, Luna sudah dia anggap seperti keluarganya sendiri.
"Ti-tidak apa-apa, ayo bergegas. Aku ingin kita sampai sebelum malam tiba," ucap Luna yang kembali melangkahkan kakinya mendahului Zolta.
Lunaria di Canelo, di dalam dunia Hunter, dia lebih dikenal dengan julukan The Icy Queen. Dia hanya bertingkah seperti ini jika hanya berada di sekitar Zolta. Luna sangat dingin jika berinteraksi dengan Hunter maupun orang lain Selain Zolta.
Well... Cerita mengenai masa lalu mereka bisa menunggu di lain waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
hmm.../NosePick/
2023-12-27
0