Keesokan harinya di markas para Hunter, Zolta sedang bersama seorang Dwarf yang bernama Fallbeard. Zolta memintanya untuk menyuplai ulang perlengkapannya sebelum berangkat menuju ibukota hari ini.
"Fallbeard, bisakah kau memperbaiki pistolku? Punyaku hancur kemarin ketika melakukan sebuah misi," pinta Zolta seraya memberikan yang tersisa dari Flintlock—pistol Sang Hunter yang hancur kemarin malam.
Mendengar permintaan Zolta, Fallbeard kemudian mengecek pistol Zolta yang terlihat mengalami kerusakan berat. "Pistolmu ini sudah tidak bisa diperbaiki, tunggu sebentar di sini."
Fallbeard kemudian mengambil sebuah kotak dari dalam lemari lalu membukanya, memperlihatkan sebuah pistol. "Ini adalah jenis pistol keluaran terbaru, memiliki total enam ruang peluru yang bisa ditembakkan."
Zolta kemudian mengambil pistol itu untuk mengecek dan mencoba bidikannya. Dia merasa, pistol ini jauh lebih bagus daripada yang dia gunakan sebelumnya.
Hanya para Dwarf-lah yang dapat memproduksi senjata api. Ini dikarenakan, hanya mereka yang mengetahui racikan serbuk misterius yang dapat membuat senjata ini berkerja.
Para Dwarf mempunyai kesepakatan dengan para Hunter seratus tahun yang lalu, mereka akan membuatkan senjata api untuk para Hunter dengan balasan, mereka melindungi tempat tinggal para Dwarf jikalau ada monster yang menyerang mereka.
"Aku ambil pistol ini, bagaimana kau menyebutnya?" tanya Zolta seraya mengisi pistol barunya itu dengan peluru tajam. Dia kemudian membidik sebuah botol kosong yang ada di atas kursi.
"Nama tipe pistol ini adalah—Revolver."
-Bang!
Botol itu pecah berkeping-keping.
"Kekuatannya jauh lebih besar daripada yang ku perkirakan, kurasa Aku harus terbiasa dengan Recoil senjata ini."
"Ya, cobalah untuk tidak merusaknya kali ini," kata Fallbeard mengingatkan Sang Hunter. "Kau akan kesulitan jika tidak ada seorang Dwarf ketika peralatan berburumu rusak kau tahu."
"Ya, aku akan lebih berhati-hati."
Sang Dwarf lalu meletakkan beberapa botol yang berisi cairan berwarna kuning, hijau dan biru. Ketiga botol ini adalah ramuan Elixir yang hanya mampu di konsumsi oleh para Hunter.
"Masing-masing tiga botol Elixir dari tingkat satu sampai tiga, apakah cukup?" tanya Sang Dwarf.
Masing-masing Elixir dapat memberikan Sang Hunter kekuatan yang berbeda. Namun, Elixir hitam lah yang benar-benar dapat membuat seorang Hunter terbunuh jika mengkonsumsinya lebih dari satu kali dalam satu hari.
"Kurasa cukup, Aku ambil semuanya."
Setelah selesai mengisi perlengkapan berburunya, Zolta kemudian menuju ke arah gerbang masuk Workshop. Terlihat seorang wanita berambut pirang sedang berdiri di sana menunggu kedatangan Zolta.
"Kau akan pergi hari ini? Mengapa harus terburu-buru?" tanya Luna, dia terlihat kurang senang Zolta memutuskan untuk pergi kembali setelah baru saja kemarin mereka bertemu.
"Maaf Luna, Aku harus segera melaporkan penemuan ku padanya agar bisa melanjutkan penyelidikanku."
Mendengar jawaban Zolta, Luna terlihat semakin cemberut. "Oh, apakah kau sangat tidak sabar untuk bertemu dengan wanita 'itu'?"
Mendengar perkataan Luna membuat Zolta menghela nafas. "Sudah kubilang, Aku menemuinya hanya untuk membicarakan masalah perburuan."
"Baiklah, Aku tidak akan menghalangimu untuk pergi. Sekarang, rentangkan kedua tanganmu, Zolta."
Zolta kemudian menuruti kemauan Luna untuk merentangkan kedua tangannya. Tiba-tiba, Luna mendekat lalu mulai memeluk Zolta dengan erat sambil menggesek-gesekan tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan, Luna?"
Luna tersenyum mendengar pertanyaan pria dihadapannya. "Jika kau akan bertemu dengan wanita itu, kurasa Aku harus menandaimu dengan aroma ku agar wanita itu sadar diri bukan?"
.
.
.
Zolta sedang berada di stasiun kereta api Kota Danzig. Dia berencana pergi ke ibukota menggunakan transportasi jenis baru ini. Dia mengecek jam sakunya, waktu menunjukan pukul 8.55 pagi, kereta api akan datang sekitar lima menit lagi.
Zolta pun duduk di sebuah kursi yang ada di depan kantor pembelian tiket, menunggu kedatangan kereta api yang membawanya.
Kereta api pertama kali digunakan lima tahun yang lalu di Republik Malta, sebuah negeri yang terkenal memiliki teknologi yang paling maju diantara negeri lainnya di benua Rutenia.
Melihat kesuksesan Republik Malta menerapkan kereta api sebagai alat transportasi darat jarak jauh, Kekaisaran Salian tiga tahun lalu meminta Republik Malta untuk membangun jalur kereta api Rute Kota Danzig - Kota Salianburg sejauh 150 KM.
Setiap penumpang akan dikenakan biaya sebesar 5 koin Silver dalam sekali perjalanan.
Zolta melihat kepulan asap hitam dari kejauhan, kereta dengan total 10 gerbong mendekat mendekat lalu berhenti di depan stasiun. Para penumpang mulai turun dari kereta dengan wajah takjub. Sepertinya, banyak dari mereka yang baru pertama kali mencoba menaiki kereta api.
Zolta memasuki gerbong kereta, di kedua sisinya, terdapat kursi panjang yang cukup untuk di duduki oleh dua orang. Para penumpang baru mulai memenuhi gerbong kereta, Zolta kemudian segera duduk di kursi yang dekat dengan jendela.
"Umm... Permisi, Tuan." Tiba-tiba Zolta dihampiri oleh seorang pemuda yang tampan membawa sebuah tas yang unik di punggungnya. "Bolehkah saya duduk dengan Anda?"
Mendengar pertanyaan pemuda itu, Zolta hanya mengangguk meresponnya.
"Terima kasih, Tuan."
Tidak lama kemudian, para petugas mulai menutup pintu gerbong, kereta pun mulai berangkat menuju ibukota yang akan memakan waktu tiga jam perjalanan.
"Medali itu... Apakah Anda seorang Hunter?" tanya pria yang duduk di samping Zolta.
"Ya, Aku seorang Hunter. Apa yang kau inginkan?"
Mendengar konfirmasi dari Zolta, wajah pria itu tiba-tiba terlihat penasaran. "Aku ingin menanyai sesuatu tentangmu, Tuan Hunter. Apakah benar para Hunter selama pelatihan selalu meminum cairan ramuan tertentu agar saya tahan fisik dan mental mereka meningkat?"
Mendengar pertanyaan pria itu, Zolta memperlihatkan ekspresi dingin padanya. Ekspresi pria itu kemudian berubah sekejap, terintimidasi tatapan Zolta.
"A-ah maaf Tuan, sebelum menanyai orang lain, seharusnya Aku memperkenalkan diri terlebih dahulu," kata pria itu seraya beralasan untuk mengubah suasana. "Namaku Lawrence, seperti yang Anda lihat, Aku adalah seorang musisi," ungkapnya sambil memperlihatkan tasnya.
Zolta melihat tas Lawrence, dari bentuknya, sepertinya Lawrence adalah seorang pemain Violin. "Ya, yang kau katakan tadi itu cukup benar. Tapi, Aku tidak akan memberitahumu informasi mengenai hal ini."
Para kandidat Hunter, di akhir pelatihan mereka diberi minum ramuan khusus yang bernama Behelit. Ramuan ini berfungsi agar tubuh para Hunter dapat beradaptasi ketika mereka meminum ramuan berbahaya untuk meningkatkan kapabilitas tempur dan bertahan hidup mereka.
Tapi, meminum ramuan Behelit memiliki resiko kehilangan nyawa yang cukup besar bagi para kandidat Hunter yaitu. Setelah meminumnya, para Hunter selama 3 hari lebih akan merasakan sakit yang luar biasa untuk melewati proses perubahan tubuh mereka.
"Mengapa kau tertarik pada kami—para Hunter?" tanya Zolta kepada Lawrence. Dia penasaran, mengapa seorang musisi tertarik dengan masalah para Hunter.
"Mengenai hal itu ... Aku mempunyai teman seorang Hunter, sudah lama Aku tidak melihatnya. Jadi Aku sedikit penasaran tentang pekerjaan yang dia tekuni itu."
Pria itu kemudian membuka isi tasnya, terlihat sebuah Violin yang elegan di dalamnya. "Aku akan tampil di acara musik Nasional yang akan di selenggarakan beberapa hari lagi di ibukota," ucap Lawrence sambil tersenyum mengusap Violinnya.
"Apakah kau akan mempersembahkan sebuah musik untuk orang spesial?"
"Ya... Aku menciptakan sebuah lagu untuk kekasihku. Ini kali pertamanya Aku akan memainkannya di depan orang lain."
Zolta kemudian berbincang banyak hal dengan Lawrence tak terasa waktu sudah terlewat selama dua setengah jam. Tidak lama lagi, mereka berdua akan sampai di Ibukota.
Tiba-tiba, Zolta merasakan kecepatan kereta menurun. Dia kemudian memandang keluar jendela, terlihat jauh di depan seorang pria sedang mengibarkan bendera warna merah—tanda adanya bahaya.
Namun, Zolta sama sekali tidak melihat di depan ada bahaya sama sekali. Dia melihat sekitar lalu menemukan belasan penunggang kuda sedang mendekat ke arah kereta.
Ini adalah ... sebuah perampokan.
-Grakk!
Tiba-tiba kereta sedikit berguncang, para penunggang kuda itu melompat ke bagian penghubung gerbong kereta api. Zolta kemudian mendengar kegaduhan dari arah luar gerbong kereta.
Para penumpang dalam gerbong kereta terlihat kebingungan.
Pintu gerbong pun terbuka, memperlihatkan empat orang pria yang masing-masing membawa pisau di tangannya. Mulut para perampok itu tertutup kain slayer untuk menyembunyikan identitas asli diri mereka.
"Selamat siang, Tuan dan Nona!" Salah satu perampok kemudian berjalan perlahan. "Serahkan seluruh harta kalian sekarang!" Pria itu kemudian mendekatkan pisaunya ke leher salah satu penumpang.
Pria itu kemudian memberikan jam tangan dan cincin emasnya pada perampok itu dengan terburu-buru karena takut dengan ancaman perampok itu.
Para perampok itu kemudian merampas barang berharga para penumpang secara bergiliran.
"Psst... Tuan Hunter, mengapa kau tidak segera menghajar mereka? Para perampok itu mengancam orang tidak bersalah," bisik Lawrence.
Mendengar perkataan Lawrence Zolta hanya terdiam dengan santai.
Zolta adalah seorang Hunter. Seorang Hunter hanya mengurusi masalah mengenai monster dan kejadian supranatural saja. Mereka bukanlah pahlawan yang akan selalu menolong orang lain ketika mengalami kesusahan.
Para Hunter hanya akan melawan manusia jika mereka diserang terlebih dahulu dan untuk membela diri.
"Well, well, well... Hey kalian, kita mendapati seorang Hunter di sini," ucap salah satu Perampok seraya menghampiri tempat duduk Zolta.
"Aku dengar, para Hunter memiliki barang-barang unik yang akan terjual mahal di pasar gelap." Rekan perampok itu mengarahkan pisaunya di hadapan mata Zolta. "Keluarkan semua barangmu atau kubelah wajahmu yang tampan i—"
Belum selesai perampok itu berbicara, Zolta membenturkan tangan perampok itu ke kursi di depannya, membuat pisau yang dipegang perampok itu terjatuh.
"Si-sialan kau!" Rekan perampok itu mencoba menusuk Zolta dengan pisaunya. Namun, Zolta menarik tangan perampok yang sedang dia pegang, membuat tangannya tertusuk pisau rekannya.
Zolta kemudian menendang perampok itu, membuatnya menabrak rekannya itu lalu jatuh tersungkur.
Sisa dua perampok itu lalu berjalan mendekati Zolta lalu mulai menyerangnya dengan pisau di tangan mereka.
Zolta menangkap pergelangan tangan perampok itu lalu mematahkan tangannya. Dia kemudian memukul tengkuk leher perampok, membuatnya pingsan seketika.
Melihat Zolta mengalahkan perampok itu satu persatu, para penumpang mulai bersorak untuk Sang Hunter.
Melihat ketiga rekannya telah dikalahkan dengan mudah, sisa satu perampok terakhir kemudian mundur melarikan diri keluar dari gerbong. Akan tetapi, ketika dia membuka pintu gerbong yang lain, seorang pria tiba-tiba terpental dari dalam pintu itu, membuatnya bertabrakan dengan perampok itu.
Zolta dengan samar melihat seorang wanita berambut hitam sebahu sedang bertarung dengan para perampok di dalam gerbong yang lain.
"Mati kau, wanita sialan!" Dua perampok menyerangnya wanita itu. Akan tetapi, dia dapat menghindari serangan mereka lalu menebas keduanya.
Dia dapat menggunakan pedang dengan baik di tempat sempit seperti ini, keterampilan berpedang wanita itu tidak bisa diremehkan, pikir Zolta terlihat menganalisa wanita itu.
Baju dan wajah wanita itu berlumuran darah para perampok, membuatnya nampak mengerikan bagaikan malaikat pencabut nyawa.
Mata mereka berdua bertemu, wanita itu kemudian berjalan menghampiri Zolta. Dia bersiap memegang pedangnya jikalau wanita itu hendak menyerangnya. Akan tetapi, wanita itu hanya berjalan melewatinya.
"Ma-maria, apa yang kau lakukan di sini?"
Zolta berbalik, dia melihat wanita mengerikan itu tengah memeluk Lawrence.
"Kau tidak apa-apa Lawrence? Apakah tubuhmu terluka?" Wanita itu mengabaikan pertanyaan Lawrence lalu mulai meraba-raba tubuhnya.
"Aku tidak apa-apa, Maria. Tuan Hunter ini mengalahkan para perampok yang ada di sini," jelas Lawrence seraya tersenyum pada Zolta.
Setelah para perampok berhasil dilumpuhkan, kereta kembali berjalan seperti biasanya. Lawrence kemudian memperkenalkan Maria kepada Zolta. Dia adalah kekasihnya yang dia bicarakan sebelumnya.
Maria von Zuckeberg—Putri pertama dari Duke Ludolf von Zuckeberg, dia adalah seorang talenta muda Ksatria Kekaisaran Salian. Tahun lalu ketika dia memasuki umur 22 tahun, dia resmi menjadi anggota Ksatria Executioner—Kelompok Ksatria Kekaisaran yang terkenal paling kuat dibanding kelompok Ksatria lainnya.
Maria tengah melakukan perjalanan pulang setelah melakukan sebuah misi bersama beberapa rekannya di sekitar sini. Melihat beberapa penunggang kuda yang mencurigakan, Maria dan rekannya kemudian mengikuti mereka.
Setelah setengah jam berlalu, kereta kemudian tiba di Ibukota Kekaisaran. Ketika Zolta hendak pergi meninggalkan stasiun, Tiba-tiba Lawrence memanggilnya.
"Ini untukmu, Tuan Hunter. Jika ada kesempatan, kau boleh melihat penampilanku yang akan berlangsung beberapa hari lagi." Lawrence memberikan Zolta sebuah tiket.
Zolta hanya mengangguk lalu menyimpan tiket itu ke kantung mantelnya.
"Baiklah, sampai ketemu lagi,Tuan Hunter. Senang berkenalan denganmu!" Lawrence kemudian pergi meninggalkan Zolta.
Setelah meninggalkan stasiun, Zolta kemudian mulai berjalan menuju Akademi Zhurigau—tempat dimana menara sihir berada untuk mencari temannya lalu memintanya menyelidiki tentang serpihan kristal yang Zolta temukan sebelumnya di Desa Edoin.
...Author Note : Ilustrasi Maria von Zuckeberg....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Sampawn
well well well well/Grin//Grin/
2023-11-06
0