Keesokan harinya, Zolta dan keluarga Brian sedang sarapan di ruang tamu. Dia menawarinya untuk tinggal sementara di kediamannya selama penyelidikan berlangsung.
"Tuan Hunter, Tuan Hunter! Apa benar pekerjaan Tuan membasmi para Monster mengerikan itu?" tanya seorang anak kecil berusia 10 tahun. Dia adalah Miren—Putra dari Brian.
"Ya, sepertinya kau tahu beberapa hal mengenai seorang Hunter, Miren," jawab Zolta. Miren mengingatkannya terhadap dirinya yang dulu.
"Tentu! Ayah selalu menceritakan betapa kerennya mereka ketika berburu monster-monster itu!" ujar Miren terlihat bersemangat melihat Hunter sungguhan di depan matanya. "Ayah, apa kau dan Tuan Hunter ini akan berburu monster!?"
"Ahaha... Tentu saja Miren. Nanti akan Ayah ceritakan bagaimana kita berdua mengalahkan monster mengerikan itu!" jawab Brian. Sepertinya dia sering menceritakan hal-hal mengenai pekerjaannya pada Miren.
"Kau berjanji?"
"Tentu saja, Miren. Setelah urusan kami selesai, Ayah akan menceritakan semuanya padamu."
Setelah sarapan di kediaman Brian, mereka berdua kemudian pergi menuju markas Patrol Guard Ibukota untuk membahas lebih lanjut mengenai kasus pembunuhan berantai yang sedang terjadi akhir-akhir ini.
Di perjalanan, mereka juga mendiskusikan mengenai metode pelaku pembunuhan menjalankan aksinya sehingga sulit dideteksi oleh para anggota Patrol Guard Kota.
Tiba-tiba, Zolta menghentikan langkah kakinya. Dia berbalik lalu mendapati seorang anak kecil gelandangan sedang mengikuti mereka berdua.
"Bi-bisakah Anda memberi saya uang untuk makan, Tuan?"
Brian mengeluarkan sekeping Koin Silver lalu memberikannya ke anak laki-laki tersebut .
"Te-terima kasih atas belas kasih Anda." Anak kecil itu pergi meninggalkan mereka berdua setelah menerima uang dari Brian.
"Kau sungguh baik Brian," ujar Zolta.
"Anak itu mengingatkanku pada Miren, kurasa usianya sama dengan anak tadi," balas Brian dengan nada suara yang khawatir. "Anak seusianya seharusnya mendapatkan makanan yang cukup dan tempat tinggal yang nyaman."
***
Setelah berpisah dengan Zolta dan Brian, anak gelandangan tadi kemudian menuju sebuah gang kecil yang ada di Ibukota. Di sana, dia menemukan sebuah tong sampah lalu menggesernya. Di bawah tong sampah itu, terlihat seperti sebuah lubang yang cukup untuk anak sepertinya masuki.
Dia memasuki lubang itu lalu perlahan merangkak menyusurinya. Tidak lama kemudian, dia melihat sebuah pintu kecil tidak jauh darinya. Dia kemudian membukanya, terlihat sebuah ruangan di balik pintu itu.
"Ah, Noel. Kau datang rupanya."
Anak kecil itu—Noel melihat seorang pria sedang duduk sambil melakukan sebuah operasi kepada seorang pria yang tertidur di atas sebuah meja operasi.
"Duduklah terlebih dahulu, Noel. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku," kata pria itu.
Noel lalu duduk di sebuah kursi. Di hadapannya, terdapat sebuah meja yang di atasnya di penuhi oleh berbagai macam manisan dan coklat. Noel mulai mengambilnya.
"Dokter, Aku mengikuti Wakil Kapten Brian hari ini," ucap Noel sambil membersihkan bajunya yang terlihat kotor. "Dia bersama seorang Hunter kali ini."
Sang Dokter kemudian berbalik. "Kerja bagus, sebagai hadiahnya, nanti malam Aku akan memberikanmu makanan apapun yang kau mau."
"Sungguh?"
"Tentu saja, Noel. Sejak kapan Aku berbohong padamu."
Sang Dokter kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya. Proses ini merupakan salah satu rencananya agar dapat mengelabui para Patrol Guard ketika dia sedang terdesak suatu saat nanti.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Sang Dokter kepada pasiennya itu.
Pria itu kemudian mendudukkan tubuhnya lalu menjawab, "tidak pernah merasa sebaik ini, Dokter."
***
Setelah mengambil data tentang para korban pembunuhan, Zolta kemudian mulai pergi ke tempat tinggal keluarga mereka untuk melakukan investigasi.
Yang pertama adalah kediaman Mister Ariandel—Seorang pemilik toko pakaian. Putrinya ditemukan meninggal 3 hari yang lalu di distrik utara. Beberapa organ dalamnya menghilang dari tubuhnya. Menurut keterangan yang dia dapat, kematiannya diduga karena sebuah cekikan dilihat dari cidera yang ada di lehernya.
Sesampainya di kediaman Mister Ariandel, Zolta melihat seorang pria paruh baya sedang membaca sebuah koran. Dia kemudian menghampirinya.
"Selamat pagi, Mister Ariandel."
Mendengar sapaan Zolta, Mister Ariandel kemudian melirik ke arahnya. "Ah, seorang Hunter." Dia kemudian melipat korannya lalu berdiri menghampiri Zolta. "Apa keperluanmu datang kemari, Hunter?"
"Patrol Guard memintaku untuk menyelidiki kasus kematian putri Anda—Fiona, Mister Ariandel."
Mendengar jawaban Zolta membuat ekspresi Mister Ariandel menjadi suram. "Baiklah, Aku akan memberitahumu apa yang kutahu." Dia kemudian membuka pintu rumahnya. "Masuklah, Hunter."
Zolta kemudian memasuki rumah Mister Ariandel. Dia menyuruh Zolta duduk di ruang tamu.
"Theo, ke sinilah sebentar," panggil Mister Ariandel.
Tidak lama kemudian, muncul seorang anak yang berusia sekitar 12 tahun.
"Ada apa, Ayah?"
"Buatkanlah secangkir teh untuk tamu kita ini."
"Baiklah, tunggu sebentar."
Setelah Theo pergi ke dapur, Mister Ariandel mulai berbicara mengenai mendiang Putrinya—Fiona.
"Baiklah, Tuan Hunter. Darimana Aku harus memulainya?"
"Bisakah Anda ceritakan apa saja yang Putri Anda—Fiona lakukan satu minggu sebelum kematiannya?"
Mendengar pertanyaan Zolta, Mister Ariandel kemudian mulai menarik nafas panjang. "Jujur, Aku tidak terlalu mengerti tentang mendiang Putriku ini. Yang kutahu, dia senang memainkan alat musik."
Ah ... tipe-tipe orang tua yang kurang harmonis dengan anak mereka, kah?
Zolta sering sekali melihat kasus yang seperti ini. Dia kemudian mengingat bagaimana hubungan buruk Sefina dengan Ayahnya—Mister Radan ketika menyelidiki kasus pembunuhan di Desa Edoin beberapa waktu yang lalu.
"Bisakah Anda lebih detail menceritakan hal ini?"
"Ya, tentu .... " Mister Ariandel kemudian melihat Theo muncul dari dapur membawa dua cangkir teh. "Taruh saja di meja, Theo."
Theo hanya mengangguk lalu meletakan dua cangkir teh itu di meja. Mister Ariandel kemudian melanjutkan ceritanya tentang Fiona.
Dia bilang, Fiona sedari dulu sangat suka memainkan alat musik. Bahkan, gurunya di sekolah pernah memujinya karena bakatnya memainkan musik dan mendapatkan rekomendasi untuk melanjutkan ke sekolah musik terkenal setelah kelulusan nanti.
Akan tetapi, Mister Ariandel tidak setuju Fiona masuk ke sebuah sekolah musik. Dia menginginkan Fiona masuk ke sekolah busana agar dapat melanjutkan bisnis keluarganya.
"Kami selalu bertengkar jika membicarakan tentang hal ini," kata Mister Ariandel terdengar menyesal.
Setelah mendengarkan cerita dari Mister Ariandel, Zolta sama sekali belum mendapatkan petunjuk apapun mengenai kasus kematian Fiona.
Menurut keterangan yang di dapat Patrol Guard dari kesaksian Mister Ariandel, Fiona pergi keluar rumah di sore hari tanpa memberitahu Ayah maupun Adiknya saat itu.
Dia juga membawa Violinnya bersamanya. Keesokan harinya, mayatnya ditemukan dengan beberapa organ tubuhnya menghilang di sebuah gang distrik utara kota.
"Mister Ariandel, bisakah saya memeriksa kamar Putri Anda?" tanya Zolta untuk mencari petunjuk lebih dalam kasus ini.
"Tentu saja, Hunter."
Mister Ariandel kemudian menyuruh Theo untuk mengantar Zolta ke kamar Fiona yang berada di lantai dua rumah.
Sesampainya di sana, dia kemudian mencari barang-barang yang menurutnya dapat memberikan informasi yang berguna untuk kasus ini.
"Theo, apa kau tahu apa yang kakakmu sering kerjakan sebelum kematiannya?" tanya Zolta kepada bocah lelaki yang sedari tadi diam itu.
"Emm... Seingatku, Kak Fiona sering memainkan sebuah kotak musik setiap malamnya. Sebentar ku ambilkan terlebih dahulu, Tuan Hunter."
Theo kemudian pergi keluar kamar lalu kembali membawa sebuah kertas yang berisi sebuah komposisi musik dan sebuah kotak musik.
"Terima kasih, Theo," kata Zolta seraya mengambil kotak musik itu lalu memutarnya.
Tidak lama kemudian, terdengar sebuah lantunan musik yang indah dari kotak musik itu. Sepertinya, secarik kertas ini adalah komposisi musik yang Fiona buat untuk membuat sebuah musik instrumental menggunakan kotak musik ini.
Ngomong-ngomong tentang musik ... Aku baru ingat sesuatu.
Dia merogoh saku jasnya lalu mengeluarkan secarik kertas. Itu adalah tiket yang diberikan oleh Lawrence sebelumnya ketika mereka akan berpisah di stasiun kereta api. Permainan Violin-nya akan diadakan jam 2 siang hari ini.
.
.
.
Setelah selesai melakukan investigasi di rumah Fiona, Zolta kemudian memutuskan untuk beristirahat makan siang di sebuah kedai dekat menara Big Bren. Tempat ini cukup sibuk dikarenakan letaknya yang cukup dekat dengan stasiun kereta api.
Terdengar bunyi nyaring sebuah lonceng sebanyak tujuh kali dari arah atas menara jam. Ini menandakan waktu sudah memasuki jam 12 siang.
Setelah menghabiskan makanannya, dia memerhatikan sebuah kotak musik yang beberapa jam lalu diambil olehnya ketika mengunjungi rumah salah satu korban—Fiona.
"Ah, dia masih belum kesini juga, kah?"
"Ya, di saat sedang maraknya kasus pembunuhan seperti ini, Aku khawatir terjadi sesuatu padanya."
Zolta mendengar percakapan pemilik kedai dengan seorang pelanggan. Dia kemudian berdiri lalu menghampiri mereka berdua.
"Mohon maaf, jika saya boleh tahu, siapa yang sedang kalian berdua bicarakan ini?" tanya Zolta pada kedua orang tersebut.
"Igor— Dia adalah seorang pengawas jam menara Big Bren," jawab pemilik kedai. "Biasanya dia sering mampir kesini tetapi, sudah 4 hari dia tak kunjung datang."
Pemilik kedai kemudian menjelaskan tentang Igor—Sang penjaga menara. Dia satu tujuh hari sekali naik ke atas menara jam untuk memastikan tidak ada kerusakan apapun pada jam besar yang menjadi simbol Ibukota itu.
"Bagaimana dengan perawakan tubuhnya? Seperti tinggi badan dan warna mata?" tanya Zolta secara detail. Dia ingin mendapatkan informasi sebanyak mungkin.
Sang pemilik kedai terdiam lalu memperhatikan Zolta untuk sesaat. "Kurasa Igor sedikit lebih tinggi dari dirimu dan kalau tidak salah, dia memiliki mata berwarna coklat."
Zolta kemudian mencatat keterangan dari pemilik kedai dalam buku jurnalnya.
"Apakah Anda tahu mengenai tempat tinggal pria yang bernama Igor ini, Owner?" tanya kembali Zolta.
"Ya, dia tinggal di dekat pusat perbelanjaan distrik utara kota."
Setelah selesai menanyai beberapa informasi tentang pria bernama Igor, Zolta kemudian pergi menuju gedung opera untuk melihat permainan Violin dari Lawrence dan mempertanyakan beberapa hal mengenai Fiona padanya.
Sesampainya di sana, dia melihat Lawrence yang juga baru saja tiba di gedung opera membawa sebuah tas Violin di punggungnya.
"Ah, Tuan Hunter! Kita bertemu kembali!" seru Lawrence yang melihat Zolta datang menghampirinya. "Apakah Anda akan melihat permainan violin-ku?"
"Tentu saja," jawab Zolta. "Tuan Lawrence, apakah kita dapat berbincang setelah acara selesai?" tanya Zolta. Dia ingin menggali informasi tentang Fiona dari Lawrence.
"Untuk hari ini, jadwalku sudah penuh, Tuan Hunter," jawab Lawrence terdengar menyesal. "Mungkin besok Aku dapat meluangkan untukmu."
Setelah mengatakan hal itu, dia kemudian memasuki gedung opera untuk bersiap tampil membawakan lagu terbarunya itu. Dia kemudian pergi ke lantai dua gedung untuk duduk sesuai di nomor tiket yang dia miliki.
Tidak lama kemudian, para penonton mulai memenuhi kursi yang telah disediakan. Zolta melihat Maria—kekasih Lawrence berada di jajaran kursi paling depan.
Jika diingat-ingat kembali, Lawrence akan memainkan lagu terbarunya itu untuk pertama kali di hadapan seseorang.
Tirai pun terbuka, terlihat Lawrence berada do tengah panggung memegang Violinnya dengan elegan.
"Aku akan mempersembahkan lagu baru ini khusus untuk kekasihku—Maria," ucap Lawrence seraya menatap mesra terhadap Sang Kekasih.
Dia kemudian menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan.
Dia lalu mulai memainkan violin-nya, terdengar suara yang lembut bagaikan berada di sebuah taman bunga yang indah di musim semi. Para penonton mencoba menahan nafas mereka, tidak ingin suaranya mengganggu alunan musik yang dimainkan oleh Lawrence.
Memasuki bagian Verse, terdengar jelas lagu yang dibawakan oleh Lawrence memiliki tema 'perasaan cinta kepada seseorang'. Setiap irama yang terdengar bagaikan seseorang yang sedang dimabuk cinta oleh lawan jenisnya.
Memasuki bagian Chorus, terlihat ekspresi wajah Lawrence berubah. Dia lewat lagunya seakan memberi pesan 'aku ingin memilikimu, aku ingin bersamamu selamanya' bahkan Lawrence mulai meneteskan air mata.
Setelah Lawrence selesai memainkan violin-nya, para penonton mulai berdiri lalu bertepuk tangan, Maria—kekasih Lawrence berjalan menghampirinya lalu memeluknya di tengah panggung.
Namun... Hanya Zolta saja yang terdiam membisu selama mendengarkan lagu yang dibawakan oleh Lawrence.
Itu karena dia pernah mendengar musik yang Lawrence mainkan hari ini. Di kediaman Mister Ariandel, dari sebuah musik bok milik Fiona—salah satu murid Lawrence yang menjadi korban pembunuhan berantai.
...----------------...
Kalau mau tau gimana suara Box Music Fiona, cari aja di youtube Merry go round of life / Joe Hisaishi Music Box
...Author Note : Lawrence...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments