[Arc 1] Senandung Kematian part 5

Satu jam sebelumnya...

Seorang wanita mengenakan seragam militer tengah berjalan bersama timnya menuju markas mereka setelah menyelesaikan misi yang diberikan oleh atasan mereka.

Wanita ini adalah Maria von Zuckeberg—Kekasih Lawrence Sang Violinist berbakat.

"Kalian lihat bagaimana tadi Wakil Ketua mengalahkan para bandit tadi? Dia memang salah satu talenta muda paling berbakat yang ada di Kekaisaran!" seru rekan Maria, mengingat di misi sebelumnya Maria membasmi para bandit dengan kejam.

Dia adalah Wakil Ketua Ordo Ksatria Zweihandler. Sebuah unit Ksatria yang paling menonjol di Kekaisaran Salian.

"Iya, Aku iri dengan talenta yang dimiliki oleh Wakil Ketua Maria! Karena itu, dia bisa dengan mudah menjadi seorang Wakil dari sebuah Ordo Ksatria di umur yang cukup muda," balas rekannya yang lain mendeskripsikan kehebatan Maria dalam karirnya sebagai seorang Ksatria Kekaisaran.

Mendengar obrolan rekan setimnya itu, ekpresi di wajah Maria menjadi dingin, dia kemudian menatap tajam rekan-rekan setimnya yang membuat mereka mulai tutup mulut.

Cih, orang-orang sampah! Mereka tidak tahu akan kerja kerasku untuk menjadi seorang Ksatria! Hanya Lawrence-lah satu-satunya yang paham akan kerja kerasku selama ini.

Maria sangat membenci orang-orang yang menilai dirinya mampu menjadi seorang Ksatria hebat karena sebuah talenta saja dan bukan karena kerja kerasnya.

Beberapa tahun yang lalu, keluarganya menolak Maria untuk memasuki Ordo Ksatria dengan alasan dirinya hanya mempunyai tugas untuk mempererat hubungan bangsawan lain dengan keluarganya melalui pernikahan antar bangsawan.

Namun Maria menolak itu, dia ingin menggapai cita-cita yang dia impikan itu bagaimanapun caranya.

Akan tetapi, menjadi seorang Ksatria yang hebat tidaklah mudah. Maria selalu gagal menghadapi rintangan yang ada demi mencapai tujuannya itu.

Suatu saat, ketika Maria sedang berada pada titik terendah dalam kehidupannya, dimana dia akan dijodohkan jikalau Maria tidak berhasil menjadi seorang Ksatria Kerajaan dalam waktu beberapa bulan, dia bertemu dengan Lawrence—seorang Violinist yang waktu itu baru menjadi terkenal dengan debut pertamanya melakukan sebuah penampilan di gedung opera.

"Jangan khawatir, kau pasti dapat melalui semua ini Maria."

Maria ingat sekali ketika Lawrence selalu menghibur dan menyemangatinya setiap menghadapi kesulitan yang dia dapatkan pada saat berlatih.

Hampir setiap hari Lawrence selalu hadir menemani Maria, dia selalu memainkan musiknya yang indah itu setiap kali Maria berlatih mengayunkan pedangnya.

Waktu berlalu, perjodohan Maria dibatalkan karena akhirnya, dia telah resmi menjadi salah satu Ksatria Kekaisaran Salian.

Di hari yang sama, Maria terkejut mendengar Lawrence menyatakan perasaannya pada dirinya. Tentu saja Maria juga sangat mencintai Lawrence, karena berkat dirinya jugalah Maria dapat melalui segala rintangan yang ada untuk menggapai cita-citanya.

Sesampainya di gerbang markas, ada seorang anak kecil yang Maria sangat familiar datang menghampirinya.

"Ah, Noel. Ada urusan apa kau kemari?" tanya Maria tersenyum pada anak laki-laki itu.

"Ada surat Untukmu seperti biasa, Kak Maria."

Dia kemudian mengambil surat itu, bibirnya semakin tersenyum lebar setelah melihat nama dari Sang Penulis.

"Baiklah, Aku harus kembali Kak Maria," ucap Noel yang terlihat terburu-buru.

"Hmmm? Kenapa? Apa ada sesuatu yang mendesak?"

"Dokter bilang, dia akan membelikan ku makanan yang kusukai malam ini! Jadi Aku harus bergegas menemuinya di tempat biasa!" kata Noel yang terlihat kegirangan. Dia kemudian pergi meninggalkan Maria.

Maria masih tidak mengerti alasan Mengapa anak itu selalu memanggil Lawrence dengan sebutan 'Dokter'.

Dia kemudian membuka isi surat yang diberikan oleh Noel. Akan tetapi, isi pesan yang tertulis dalam surat itu membuat tubuh Maria bergetar, matanya melotot karena rasa marah yang dia rasakan ketika membaca pesan dari Lawrence tersebut.

...Maria, para Patrol Guard menahan dan menyiksaku ... Tolong...

Tanpa memikirkan alasan apapun dan membuang waktu, Maria mulai berlari menuju ke markas Patrol Guard Kota.

Sesampainya di sana, Maria langsung masuk ke markas Patrol Guard lalu berteriak untuk segera dipertemukan dengan Kekasihnya tersebut. Dia bahkan mengancam akan membunuh para Patrol Guard yang ada di sana jika tidak segera dipertemukan dengan Lawrence.

Namun tak lama kemudian...

-Duarrrr!

Terdengar sebuah ledakan dari dalam gedung markas Patrol Guard.

"Lawrence..."

Maria segera pergi menuju sumber ledakan. Terlihat sebuah kepulan asap di sebuah bangunan di samping markas. Terlihat atap gedung tersebut hancur karena ledakan tersebut.

Maria membuka pintu gedung secara perlahan.

Namun, pemandangan yang Maria lihat di dalam bangunan itu membuat jantungnya serasa akan copot.

Seorang pria dengan ekspresi kosong tengah memegang potongan kepala Lawrence di tangannya. Beberapa Patrol Guard terlihat tergeletak di lantai merintih kesakitan namun Maria tidak mempedulikannya.

Tatapannya hanya berfokus pada pria dihadapannya tersebut.

Tubuh maria kembali bergetar, kali ini emosi menguasai dirinya, sebuah percikan petir mulai muncul di sekitaran tubuhnya.

Hati Maria hancur melihat potongan tubuh Sang Kekasih berhamburan ke mana-mana.

Ini tidak mungkin...

Dia melihat Lawrence mati dengan mata kepalanya sendiri.

"Lawrence-ku..." Tubuhnya mulai melemas mengingat kenangan indah yang mereka lalui bersama sebagai sepasang kekasih.

Pria itu kini menatap mata Maria, wanita itu tidak tahu emosi apa yang sedang dirasakan pria itu saat ini. Yang jelas, Maria membalas tatapan matanya itu dengan tatapan kebencian.

Kekuatan mulai kembali pada tubuhnya yang sebelumnya mengalami shock atas kematian Lawrence.

-Shingg!

Maria menghunuskan pedangnya ke arah pria itu.

"Kubunuh kalian semua, Bajingan!" Dengan teriakannya itu, dia melesat ke arah pria itu dengan niat membunuh yang kuat.

.

.

.

Tanpa dapat meratapi kematian temannya yang barusan terjadi, Zolta kemudian menghunuskan pedangnya.

-Clang!

Dia menangkis tebasan pedang Maria yang di arahkan padanya.

Namun tidak selesai di situ, Maria kembali melakukan sebuah serangan diagonal. Kali ini, pedangnya diselimuti semacam aura sihir berwarna kuning.

Zolta dapat menahan tebasan wanita itu. Akan tetapi, karena tebasan wanita itu diperkuat dengan sebuah sihir, Zolta terpental menembus dinding keluar dari ruangan interogasi.

Dia terbaring di tanah, tubuhnya masih lemah karena terkena ledakan yang dibuat oleh Lawrence tadi.

"Seorang Magic Swordman, kah?" gumam Zolta.

Maria adalah seorang penyihir yang mampu mengkreasikan sihirnya menggunakan pedangnya. Biasanya para penyihir yang tidak terlalu punya talenta akan menggabungkan sebuah bela diri tertentu dengan sihir yang mereka punya untuk memperkuat dirinya.

Maria adalah salah satunya.

Zolta kemudian mengambil sebuah Potion di kantungnya lalu meminum botol tersebut.

Perlahan, luka bakar di tangannya mulai kembali sembuh seperti semula dan rasa sakit di sekujur tubuhnya mulai menghilang. Dia kemudian berdiri lalu mengambil pedangnya yang terjatuh.

"Tidak! Tolong jangan bunuh aku!"

"Mengapa seorang Ksatria Kekaisaran menyerang kami!"

Zolta mendengar suara jeritan dari arah gedung utama Markas Patrol Guard.

Mungkinkah... Wanita gila itu mulai membantai para Patrol Guard lain untuk melampiaskan emosinya itu? Aku harus bergegas!

Zolta berlari menuju gedung utama, di sana dia melihat Maria tengah membunuh para Patrol Guard satu persatu. Ini membuktikan bahwa Maria adalah wanita yang cukup kuat.

"Hah! Kau masih hidup ternyata bajingan!" Maria kembali melesat ke arah Zolta, terdapat aliran listrik menempel pada pedang wanita itu. "Kau akan membayar perbuatanmu! Membunuh pria yang kucintai!"

Pedang mereka berbenturan membuat sebuah percikan api di antara pedang mereka.

"Kami tidak membunuhnya," kata Zolta dengan suara yang datar.

"Omong kosong! Aghhhh!" Maria menepis perkataan Zolta kemudian kembali menyerangnya dengan kombinasi serangan yang mematikan.

Percuma saja, dalam keadaannya yang seperti ini, dia tidak akan mendengarkan siapapun, pikir Zolta yang merasa sia-sia walaupun memberitahu kebenarannya pada wanita itu.

Zolta berusaha menghindar dari serangan Maria yang tiada henti datang, dia harus memutus rantai serangan yang dilancarkan olehnya agar dapat melakukan serangan balik.

Dia cukup cepat, kurasa dia setara dengan Hunter setengah Monster yang Aku dan Barney lawan beberapa hari yang lalu.

"Aghhhh!" Maria kembali melancarkan sebuah serangan Horizontal yang kuat.

Zolta menunduk untuk menghindar lalu melakukan tebasan berputar mengincar kaki Maria. Akan tetapi, Maria dengan sigap melompat ke belakang.

Zolta kemudian mengeluarkan Revolver-nya lalu membidik tepat di mana Maria akan mendarat.

- Bang! Bang! Bang!

Satu peluru berhasil mengenai bahu kiri Maria. Dia terkejut akan tembakan senjata api Zolta tersebut.

"Rupanya itu adalah senjata khusus seorang Hunter, ya?" kata Maria terlihat menahan sakit, darah mengucur dari bahu kirinya.

Maria kemudian menarik nafas lalu mengucapkan sebuah mantra. Sebuah kilatan petir muncul dari pedangnya membentuk seperti sebuah cambuk yang panjang.

"Rasakan ini!" Maria kemudian menyerang Zolta dengan cambuk petirnya tersebut.

Zolta mulai berlari untuk menghindar dari serangan mematikan itu.

-Jedar! Jedar! Jedar!

Suara petir menggelegar di kala cambuk petir yang Maria ayunkan mengenai dinding-dinding bangunan.

"Mati kau!"

"Gahhhh!"

Zolta terkena serangan cambuk itu tepat di bagian perut. Maria tiba-tiba melakukan serangan memutar membalikan arah ayunan cambuknya itu.

Tubuh Zolta bergetar hebat, sepertinya tubuhnya mengalami Shock ketika menerima serangan Maria, membuat tubuhnya sangat sulit untuk digerakkan.

Melihat kesempatan ini, Maria bergegas berlari ke arah Zolta, membuat pedangnya terlihat normal kembali.

-Swossh!

Sebuah sayatan tercipta di leher Zolta. Dia berhasil menghindar tepat waktu dari serangan yang Maria yang berniat memotong lehernya.

Namun, Maria tidak memberi Zolta ampun, dia kembali menyerang Zolta secara membabi buta memanfaatkan tubuh musuhnya yang masih belum dapat bergerak dengan baik.

Satu serangan, dua serangan, tujuh serangan Maria lancarkan kepada Sang Hunter. Tubuhnya kini mulai dipenuhi oleh sayatan pedang.

"Hah... Hah... Hah.... " Nafas Zolta terengah-engah, menghindari serangan Maria dengan kondisi itu menguras tenaga yang besar.

Akhirnya efek kejutnya hilang, batin Zolta seraya mulai menggerak-gerakkan tangannya.

Dia kembali membidikkan Revolver-nya ke arah Maria.

-Bang! Bang! Bang!

Zolta menembakkan sisa tiga peluru yang ada pada senjata apinya itu.

Namun, kali ini Maria dapat menghindari semua tembakannya. Dia kembali mengaktifkan cambuk petirnya lalu.

"Aku memang tidak pernah suka sihir," keluh Zolta seraya menghindar dari serangan-serangan cambuk petir Maria.

Dia kemudian berlari keluar bangunan markas Patrol Guard.

"Jangan pikir kau bisa lari!" Maria mengikuti Zolta dari belakang.

Zolta melirik ke arah belakang, sebuah cambuk petir hendak mengenai kepalanya. Beruntung dia dapat menunduk dengan cepat. Cambuk petir itu kemudian menghancurkan dinding-dinding markas.

Aku harus keluar ke tempat yang lebih luas agar dapat leluasa menghindari serangannya itu.

Namun, Zolta melihat Maria berhenti mengejarnya. Ini membuat dirinya kebingungan dengan apa yang direncakan wanita tersebut.

Pedangnya berubah menjadi normal kembali, Maria lalu melakukan kuda-kuda hendak melakukan sebuah tebasan vertikal ke arah Zolta. Sekitar tubuhnya di aliri oleh listrik yang merambat ke pedangnya.

"Roaring Thunder!" Maria menebaskan pedangnya, aliran petir yang ada di pedangnya kini melesat ke arah Sang Hunter.

-Jedar!

Serangan Maria membuat bangunan hancur lebur, puing-puing bangunan berjatuhan, dia masih tidak tahu apakah serangan petinya tersebut mengenai Sang Hunter atau tidak. Yang jelas, keduanya harus bergegas keluar sebelum bangunan markas Patrol Guard itu runtuh.

.

.

.

Di luar markas, Maria terlihat terengah-engah, mana yang dimilikinya hampir habis karena terlalu sering menggunakan sihir.

"Apakah Hunter itu telah mati?" gumam Maria melihat ke arah puing-puing bangunan yang runtuh. Beberapa warga kota mulai berdatangan ke markas Patrol Guard karena mendengar suara keributan yang ada di sana.

Namun, Maria melihat sebuah tangan yang muncul keluar dari puing-puing bangunan. Perlahan sesosok manusia keluar dari reruntuhan tersebut.

Maria kembali bersiap untuk bertempur kembali, Sang Hunter lalu berjalan perlahan mendekatinya.

.

"Kali ini, Aku akan benar-benar membunuhmu!" seru Maria yang mencoba mengeluarkan sihirnya kembali.

"Kurasa tidak," balas Zolta singkat seraya menunjuk kilatan petir yang hanya samar-samar muncul pada tubuh Maria. "Kau sudah kehabisan mana."

"Cih, Aku tidak memerlukan sihir hanya untuk membunuhmu!"

Namun, keadaan ini juga tidak terlalu baik untuk Zolta. Seluruh tubuhnya merasakan sakit karena terkena jatuhan puing-puing bangunan dan serangan Maria tadi.

Maria lalu memejamkan matanya, dia mencoba mengingat kembali kenangan bersama kekasihnya—Lawrence. Momen dimana mereka berdua pertama kali bertemu, momen dimana dia berlatih sambil mendengarkan musik Lawrence yang indah dan terakhir, momen dimana Lawrence menyatakan perasaan cinta padanya.

Air mata mulai membasahi pipi Maria, dia membuka matanya kemudian memaksakan sihirnya untuk bekerja.

Kali ini, pedang Maria kembali di selimuti oleh aliran petir.

Namun, melihat ini, ekspresi Zolta masih tidak berubah. Dia tetap berjalan, menyiapkan pedangnya untuk benturan serangan yang selanjutnya.

"Ini adalah akhirnya, Lawrence...," gumam Maria seraya berlari ke arah Zolta.

Zolta juga berlari ke arah Maria, keduanya akan saling bertukar serangan kali ini.

"Mati kau, Hunter!" Maria menyerang Zolta dengan tebasan diagonal ke bawah.

-Slashh!

Pandangnya mulai berputar-putat tak terkendali. Zolta berhasil menebas kepala Maria dalam benturan serangan tadi.

Tubuh Maria kemudian roboh, kepalanya terjatuh ke tanah, membuat darah segar mengucur ke tanah.

"Itulah akibatnya jika kau memaksakan mengeluarkan sihir ketika mengalami mana Exhaustion," ucap Zolta datar yang tidak lama kemudian menyusul roboh ke tanah.

Terpopuler

Comments

Sampawn

Sampawn

/NosePick//NosePick//NosePick/

2023-12-04

0

Sampawn

Sampawn

yang ini lucu beneran serius/Facepalm/

2023-12-04

0

Sampawn

Sampawn

bang Imel/Chuckle/

2023-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!