Merasa lelah karena hanya terus menerus memperhatikan hiruk pikuk istana, Wang Ren menjadi sangat bosan. Sang pangeran kedua tidak bisa hanya diam dalam waktu lama, terlebih dia tidak bisa leluasa melakukan latihan berpedang atau pertarungan karena ini adalah masa yang sibuk bagi istana untuk mempersiapkan pernikahan putra mahkota.
Ratu Xianyuan juga sudah memperingatkan kedua putranya agar tidak terlibat masalah apapun sampai hari berbahagia itu terjadi. Sang ibu kelihatan tidak main-main dengan ucapannya tempo hari, yang mana dia ingin memilihkan satu nona bangsawan untuk masing-masing dari putranya. Sejalan dengan itu, Wang Jun menjadi sangat gelisah sebab dia tidak ingin menikah.
Tapi Wang Ren cukup berbeda, masalah wanita, dia rasa tidak perlu, sebab memilik seseorang terkasih akan membuat kelemahan untuknya.
“Yang Mulia, apa kau benar akan pergi? Tapi, ratu melarang anda dan pangeran ketiga untuk pergi.” ujar Yu Ze saat melihat tuannya hendak pergi.
Dengan hanfu cukup sederhana, Wang Ren menatap orang kepercayaannya itu tajam. “Sejak kapan kau berani melarangku!” tegasnya.
Yu Ze terbelalak, “Maaf, Yang Mulia. Saya lancang!” ujarnya sambil berlutut memohon ampun, “Saya hanya mendapatkan mandat dari ratu untuk memastikan anda tetap di paviliun.”
“Kau bekerja untuk siapa?”
Yu Ze mendongak, “Ma-maksud anda?”
“Siapa tuanmu?”
“Te-tentu saja anda, Yang Mulia Raja Xuan.”
“Kalau begitu turuti perintahku!” ujar Wang Ren dengan dingin, Sang Raja Xuan yang sangat terkenal di kalangan musuh karena memilih puluhan ribu pasukan di bawah kekuasaannya.
Tak mengindahkan larangan sang pengawal, Wang Ren terus berjalan menembus paviliunnya. Paviliun yang sangat jarang ia tinggali karena terus berada di istana selatan, tapi tetap saja masih gersang seperti sedia kala. Wang Ren tidak suka bunga dan sebagainya, dia membenci serangga sehingga paviliunnya dibiarkan seperti tempat latihan berperang.
Saat tiba di pintu belakang istana, Wang Ren berhenti dan menatap Yu Ze yang setia di belakangnya. “Kau tinggallah disini!”
“Tapi, Yang Mulia, saya adalah pengawal anda. Bagaimana saya bisa tidak berada di samping anda?” balas Yu Ze.
“Ini adalah hukuman karena kau lebih menuruti perintah ratu, sedang tuanmu adalah aku!” ujar Wang Ren dengan tegas, Yu Ze hanya menunduk hormat tanpa bisa menjawab. Sekian lama berada di sisi sang pangeran kedua, Yu Ze sangat tahu bagaimana perangainya dan sifatnya yang keras dan tegas. Tidak ada senyuman bahkan tidak pernah tertawa, yang ada hanya perang, perang, dan ambisi untuk menang.
Yu Ze menatap punggung sang tuan yang sudah menjauh dari pintu belakang istana, entah dia harus menjawab apa kalau ratu sampai datang ke kediaman pangeran kedua nantinya.
Tujuan Wang Ren saat ini adalah perpustakaan kota, dia ingin mencari beberapa buku taktik disana dan bertukar pikiran dengan Guru Li. Ilmu pengetahuan dan suasana yang tenang lebih membuat nyaman, ketimbang berada di istana yang penuh dengan tipu muslihat. Tapi, saat sampai di pintu depan, hanya tinggal beberapa langkah lagi, ada seorang gadis muda yang lebih dulu masuk.
Wang Ren menyeringai, “Huang Ling Xi.”
Diam-diam sang pangeran mendengarkan pembicaraan Huang Ling Xi dengan Guru Li, pembicaraan singkat yang langsung pada intinya. Begitu sang putri keluar, sang pangeran berputar arah, tidak jadi masuk ke dalam perpustakaan.
Ada rasa penasaran begitu tinggi melihat raut wajah angkuh itu keluar dengan muram. “Nona Huang?”
Huang Ling Xi menoleh ke belakang saat namanya dipanggil, dia membelalak sebab tahu siapa yang memanggil. “Tuan? Tuan yang waktu itu kan?”
“Kau masih mengingatku rupanya.” Wang Ren tersenyum tipis.
“Tentu saja, tuan. Mana bisa aku melupakan seseorang yang hendak melaporkan aku pada ayahku sendiri.” jawabnya, wajah cantik itu semakin memikat saat menunjukkan raut berani dan menantang.
“Tentu saja harus dilaporkan, sudah bersalah tidak mau minta maaf.”
“Apa yang tuan bicarakan!” kesal Huang Ling Xi, “Aku sudah meminta maaf sejak awal, aku mengatakan kalau aku tidak sengaja dan meminta maaf berulang kali. Tidakkah itu cukup? Lagi pula kau tidak terluka.”
“Tidak cukup!” jawab Wang Ren tegas, “Aku sudah membantumu mendapatkan rusa untuk ibumu, kau tidak berterima kasih kepadaku.” tukasnya lagi.
“Aku sudah berterima kasih hari itu, tuan!”
“Sekedar kata saja mana cukup, tidak sebanding dengan betapa terampilnya diriku yang bisa memanah dengan baik dan tepat sasaran. Sebuah ilmu dan keahlian yang tidak cukup hanya dengan bayaran kata terima kasih.”
Huang Ling Xi menatap Wang Ren dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, di halaman perpustakaan kota begini. Kalau sampai dia memukul pemuda tampan itu pasti akan mendatangkan aib bagi keluarganya sendiri, tapi sungguh dia sangat menyebalkan. “Baiklah, karena aku adalah putri bangsawan yang terhormat, maka katakan apa yang kau inginkan maka aku akan mengabulkan sebisaku.”
Wang Ren mengulas senyum puas, ini yang dia inginkan sejak tadi.
“Temani aku berkeliling.”
Kening Huang Ling Xi berkerut dalam, “Berkeliling? Jadi, benar ya kau adalah orang yang baru datang ke kota ini. Pantas saja aku tidak pernah melihatmu, tuan.”
“Kalau berkata seolah begitu tahu dengan kota ini, kalau begitu tunjukkan kepadaku sisi mana yang bagus untuk dinikmati.”
“Cih, itu saja? Itu hal yang mudah.” remeh Huang Ling Xi, “Kalau begitu ayo, kau telah mendapatkan kehormatan dengan berkeliling bersama nona muda yang cantik ini, jadi bersiaplah dengan baik.” jawabnya berjumawa.
Sang pangeran kedua mensejajarkan langkahnya dengan Huang Ling Xi, mereka berkeliling kota mulia dari pasar dan pertokoan yang ramai. Huang Ling Xi bersemangat untuk menjelaskan satu persatu yang ia ketahui tentang sudut kota, Wang Ren tetap diam dan mendengarkan celotehnya sekalipun dia sudah tahu.
Gadis Huang yang angkuh ini, begitu cantik saat sedang tersenyum tapi dia cukup jarang menunjukkan senyuman itu. Wang Ren merasa damai dengan wajah itu, sebuah perasaan aneh yang dia dapatkan untuk pertama kalinya pada sore yang hangat ini. Saat helaian anak rambut Huang Ling Xi terbawa angin, bodohnya, Wang Ren merutuki bagaimana tangannya tiba-tiba terangkat untuk menyelipkan helaian itu di belakang telingan Huang Ling Xi, untuk sejenak tadi mereka sama-sama terpaku pada tatapan masing-masing. Sebelum pada akhirnya sang nona mengalihkan tatapannya.
Huang Ling Xi menyentuh dadanya, ada debaran tak biasa disana, apa ini?
“Kenapa? Apa kau merasa sakit?” tanya Wang Ren yang melihat gelagat aneh Huang Ling Xi.
Sang nona tergagap, “Ti-tidak, aku tidak apa-apa.”
“Apa kau mulai kedinginan, kalau begitu kembalilah ke kediaman Huang.” ujar Wang Ren lagi, “Aku akan mengantarmu!”
“Tidak perlu, tuan, aku bisa pulan---”
“NONA!!”
Sepasang anak manusia itu menoleh saat panggilan begitu keras datang dari anak kecil berpenampilan lusuh. Dia adalah Lan Lan dan Ling Long, mereka datang dengan bergetar ketakutan dan hampir menangis, begitu sampai di depan Huang Ling Xi, mereka segera bersujud. “Nona, tolonglah kami, rumah kami hendak dirobohkan oleh pemiliknya!”
“Nona, tolong kasihanilah kami!”
“Nona, kami tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi.”
Huang Ling Xi mendongak pada Wang Ren yang setia menatapnya, “Apa yang harus aku lakukan, tuan?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments