Perjalanan yang mereka tempuh lumayan jauh dari pasar dan letaknya berada di pinggiran kota, tersembunyi oleh semak dan sangat dekat dengan sungai. Huang Ling Xi menatap ke arah Xu Li dengan was-was, dalam benaknya merasa tidak yakin apakah anak bernama Lan Lan itu akan membawa mereka ke tempat yang benar.
Tadi Lan Lan bilang bahwa tempat tinggal mereka di rusak oleh pengawal ibunya, dan kini beberapa anak gelandangan seperti Lan Lan kesulitan. Padahal bukan mereka yang mencuri giok itu, melainkan wanita tua yang datang bersama Lan Lan. “Apa kau benar membawaku ke tempat tinggalmu?” tanya Huang Ling Xi penuh selidik.
“Tentu saja nona, saya tidak akan berbohong, tapi memang tempatnya sedikit jauh karena ini sudah lama terbengkalai.”
“Terbengkalai?”
Lan Lan menghentikan langkahnya, dia menunjuk ke arah kiri, dimana ada sebuah paviliun tampak tak berpenghuni dan rusak sana sini. “Apa?” tanya sang nona.
“Itu adalah tempat tinggal kami, nona.”
Lan Lan dengan penuh semangat berlari menghampiri paviliun yang ternyata ada banyak anak-anak seusia Lan Lan atau lebih kecil lagi, mereka memakai pakaian compang-camping, kurus dan lusuh. Senyum mereka mengembang sempurna saat Lan Lan datang dengan roti yang diberikan oleh Huang Ling Xi tadi, potongan demi potongan mereka bagi sama rata.
Tawa ceria dan ungkapan rasa syukur menggema di paviliun terbengkalai itu, mereka makan dengan rakus seolah hari esok mereka tidak akan bisa makan lagi. Melihatnya dari kejauhan membuat Huang Ling Xi tergerak untuk sedikit mendekat, namun Xu Li segera menahan lengannya. “Nona, apa anda yakin mereka anak-anak yang baik? Bisa saja mereka berniat buruk pada nona, bisa saja mereka hanya suruhan orang untuk mencelakai nona.”
“Xu Li, jangan berpikiran buruk, mereka hanya anak-anak.” ujar Huang Ling Xi.
Xu Li menunduk penuh rasa bersalah, “Maafkan saya, nona.”
“Ayo kita hampiri mereka.”
“Baik.”
Huang Ling Xi pun membawa langkahnya untuk menghampiri anak-anak disana, jika dia tidak salah menghitung ada delapan ada termasuk Lan Lan. Tiga laki-laki dan lima perempuan, namun ada anak perempuan yang jauh lebih kecil dari yang lainnya berusia sekitar empat tahun. Melihatnya membuat sisi dalam diri Huang Ling Xi tertampar, dia bermegah mewah dengan semua hal di kediaman Huang sementara anak-anak yang masih sangat kecil ini harus berjuang hanya untuk mendapatkan sepotong roti. Roti yang tidak cukup untuk membuat mereka kenyang dalam satu hari.
Diikuti Xu Li dibelakangnya, anak-anak lain menatap ketakutan, mereka saling bersembunyi di belakang tubuh teman yang lebih besar. Melihat teman-temannya ketakutan, Lan Lan segera menengahi. “Tidak, nona tidak jahat, dia yang memberikan aku roti ini untuk dibagi dengan kalian.” ujarnya.
“Benarkah?”
“Iya,” jawab Lan Lan.
“Ta-tapi, apa nona itu akan mengusir kita seperti paman gemuk?”
Sebuah pertanyaan dari temannya bernama Lu Zi, membuat Lan Lan ikut menatap sedih ke arah Huang Ling Xi. Sang nona yang ditatap demikian menjadi salah tingkah, “Aku tidak akan mengusir kalian, lagi pula ini bukan rumah milikku. Kalau aku pemilik rumah ini, mana mungkin aku izinkan kalian tinggal disini!” jiwa angkuh sang nona kembali lagi.
Anak-anak itu terdiam menatapnya.
“Huft, aku hanya ingin bertanggungjawab atas kekacauan yang dibuat pengawal ibuku.” ujarnya lagi pada kedelapan anak, “Katamu, Lan Lan, ibuku membuat tempat tinggal kalian jadi rusak. Tapi paviliun tua ini memang sudah rusak dan tidak layak untuk dihuni.” ujar Huang Ling Xi.
“Kenapa kalian tinggal disini?”
“Karena … karena tidak ada tempat tinggal untuk kami.” jawab seorang anak perempuan seusia Lan Lan, bernama Xie Yu.
“Memangnya dimana orang tua kalian?”
Xu Li mendekat kepada sang nona, dia membisikkan tepat di telinga Huang Ling Xi. “Nona, mereka adalah anak-anak yang sengaja ditelantarkan oleh orang tua mereka. Sehingga mereka menjadi gelandangan dan hidup sebagai pencuri.”
Anak-anak itu adalah simbol dari betapa kikirnya negeri ini yang dipenuhi oleh para bangsawan berkelas tinggi dan berkasta, sehingga mereka yang berada di bawah, kasta terendah dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan jadi tertindas. Tidak ada yang mengurus anak-anak ini, tidak ada orang yang menampung mereka karena mereka anak gelandangan. Dianggap sebagai hama, bahkan beberapa orang tega membunuh mereka karena mencuri barang milik mereka.
Mengenai nenek tua yang mencuri giok, Huang Ling Xi tidak yakin jika dia masih hidup sampai saat ini. Liu Ning Yu terlalu berdarah dingin untuk membiarkan wanita tua itu tetap hidup setelah mencuri barang miliknya.
Huang Ling Xi terdiam, namun dalam kepalanya dia memikirkan cara untuk membantu anak-anak ini. “Xu Li, bagaimana cara membantu anak-anak ini?”
“Sa-saya tidak tahu, nona.” jawab Xu Li takut.
“Kalau begitu kau belikan lagi mereka roti, antarkan makanan untuk mereka setiap hari sampai aku menemukan cara.” ujar Huang Ling Xi memberi perintah, “Aku akan bertanya kepada Guru Li, tentang apa yang bisa ku lakukan pada mereka.”
“Baik, nona.”
Huang Ling Xi pun pergi tanpa meninggalkan sepatah kata apapun untuk anak-anak gelandangan itu termasuk Lan Lan. Saat di persimpangan jalan menuju rumahnya, Ling Xi meminta Xu Li untuk meninggalkannya dan mengirimkan anak-anak itu makanan untuk sore nanti.
Kediaman menjadi sangat sibuk sebab pernikahan Huang Jian Ying dan putra mahkota tinggal sebentar lagi, semua orang tampak sibuk bahkan ibunya sendiri juga sibuk mempersiapkan segalanya. Bukan karena dia mendukung Huang Jian Ying, tapi karena tugasnya sebagai Nyonya Besar Huang di kediaman, dia bertugas memastikan semua hal berjalan dengan baik.
Masa-masa sibuk ini dimanfaatkan dengan baik oleh Huang Ling Xi, saat perhatian ibunya teralihkan, maka Liu Ning Yu tidak akan menghukumnya ketika berbuat salah atau apapun. Huang Ling Xi memilih membelokkan kakinya, alih-alih kembali ke kediaman, dia memilih menemui Guru Li di perpustakaan kota.
Guru Li adalah salah satu guru yang paling Ling Xi hormati setelah Guru Zhang, Ling Xi banyak mendapatkan pandangan dan pemikiran baru berkat mendengarkan penjelasan sang guru. Jika Guru Zhang yang bertugas mengajari tentang bela diri, keterampilan fisik dan pertarungan. Maka Guru Li adalah kebalikannya, dia mengajarkan baca tulis, pemahaman terhadap sesuatu hal dan pendidikan yang terpelajar. “Salam, Guru Li.”
“Huang Ling Xi, ada apa kau datang?” tanyanya langsung.
“Aku ingin bercerita sesuatu kepadamu, guru.” jawabnya, “Apakah aku mengganggu guru?”
“Tidak, Ling Xi, ceritakan saja.” jawab Guru Li yang sedang sibuk dengan gulungan kertas di tangannya. “Tapi, kalau ini tentang ambisi besar ibumu menjadikanmu permaisuri, atau kakakmu yang sebentar lagi akan menjadi putri mahkota.”
Tatapan tajam Guru Li membuat Huang Ling Xi menghela napas, “Aku tidak peduli.” tekan pria tua itu.
“Bukan, ini bukan tentang itu, guru!”
“Lalu tentang apa?”
Huang Ling Xi duduk dengan nyaman di sebuah dipan kayu, dia melihat sang guru tengah menata berbagai gulungan di perpustakaan kota. Dia tahu meskipun pria tua itu tampak sibuk dengan dunianya, tapi dia mendengarkan apa yang disampaikan olehnya nanti.
“Ibuku baru saja mengirim pengawal untuk mencari giok, beberapa hari lalu aku membelikannya giok tapi saat di perjalanan giok itu dicuri. Aku dan pelayanku dihukum, tapi tak hanya sampai disana, ibu mencari ke seluruh kota untuk menemukan giok miliknya.”
“Siang ini saat aku pergi ke pasar, aku bertemu seorang anak gelandangan bernama Lan Lan, dia mengatakan rumahnya hancur karena pengawal ibuku.”
Huang Ling Xi mendongak untuk menatap sang guru yang setia pada pekerjaannya, “Aku ingin membantu mereka, menurut guru apa yang harus aku lakukan?”
“Tanyakan pada hatimu.”
Huang Ling Xi mengerutkan kening, “Maksud guru?”
“Saat hatimu tergerak untuk membantu anak itu, maka pikiranmu juga akan menemukan sebuah cara untuk membantunya.” jawab Guru Li, “Ling Xi, sampai kapan kau butuh aku untuk meyakinkan apa yang sejak awal sudah kau yakini. Huang Ling Xi, kau adalah putri dari jenderal tertinggi dan cucu dari Raja Liu. Keyakinan dalam hatimu tidak akan salah, dan untuk itu kau harus mulai mempercayai apa kata hatimu. Mana yang benar dan mana yang salah!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments