“Ibu Suri Bai,”
Wanita tua dengan hanfu berwarna merah itu menoleh saat namanya dipanggil, raut wajah seriusnya langsung berubah menjadi senyuman hangat kala ia tahu yang memanggil adalah cucu kesayangannya. Tanpa ragu sang ibu suri mengubah haluan langkahnya, padahal dia hendak beristirahat di paviliunnya setelah seharian penuh menunggu Huang Jian Ying dan berdiskusi dengan kaisar tentang kebijakan pajak baru.
Ibu suri menggenggam lengan putra mahkota dengan sayang, “Putra mahkota, kenapa kau harus berjauh-jauh datang kemari? Lain kali aku saja yang datang menemuimu.”
“Ibu suri jangan begitu.” jawab putra mahkota, “Dimana sopan santunku jika aku memanggil ibu suri untuk menemuiku. Sudah seharusnya aku yang datang kesini.”
“Ming’er, kau selalu menjadi yang terbaik di hatiku.”
“Apa yang ingin kau bicarakan denganku?” tanya ibu suri.
“Bagaimana kalau kita berbicara di dalam paviliun saja?” tawar Wang Ming, “Aku tidak mau ada pengkhianat atau mata-mata yang mendengar kita.”
“Tentu saja.”
Ibu Suri Bai segera menggiring putra mahkota untuk masuk ke dalam paviliun ibu suri yang agung, disana mereka akan membicarakan sesuatu yang penting dan tentunya tidak boleh ada yang mendengarkan. Dayang dan pengawal di dalam kediaman ibu suri sudah dipastikan tidak ada yang berkhianat dengannya karena mereka datang dari keluarga kubu kiri. Dimana ibu suri dan putra mahkota mendapatkan dukungan penuh untuk naik tahta, sayangnya Ratu Xianyuan justru bersebrangan dengan mereka. Jika begini, mungkin yang akan naik tahta menjadi ibu suri bisa tergantikan. Itu hal yang mudah sebab negera ini telah dikuasai oleh mereka, begitu pula kekuasaan di dalam istana.
Keduanya duduk dengan nyaman di pondok yang dibawahnya ada kolam ikan berwarna-warni dengan air terjun yang indah, ditemani teh hangat dan kudapan sederhana, tapi bukan itu yang menjadi tujuan Wang ming datang. “Ibu suri, kedua adikku telah kembali, aku takut mereka akan menjadi ancaman untuk kita.” ujar putra mahkota.
Ibu suri meletakkan kembali cangkir tehnya yang telah tandas, “Putra mahkota, kau terlalu berlebihan.” jawabnya.
“Ibu suri … “
“Mereka tidak akan menjadi ancaman bagi kita.”
Putra mahkota mengerutkan kening, “Bagaimana ibu suri bisa sangat percaya diri mengatakannya? Bisa saja mereka mendapatkan dukungan dari ratu sehingga bersama-sama melawanku.”
“Baru saja, kaisar justru menghadiahkan tanah jajahan kepada mereka, kalau begitu sekarang luas tanah milik Wang Ren di negeri ini jauh lebih besar dari milikku. Dan harta kekayaan Wang Jun juga sama denganku, aku tidak bisa tinggal diam, nenek.”
“Mereka pasti memiliki rencana buruk untuk menjatuhkanku!”
Telapak tangan sang putra mahkota terkepal kuat, merasakan ancaman datang dari dalam istana tentu bukan satu hal baik. Terlebih hubungannya dengan adik kedua dan adik ketiga sejak kecil tidak pernah baik, sebabnya adalah ibu suri dan kaisar yang selalu memperlakukan dirinya lebih istimewa dari Wang Ren dan Wang Jun. “Uhhuk … uhhukk!” Wang Ming terbatuk, membuat ibu suri segera memberikan secangkir teh untuknya.
“Putra mahkota, kau baik-baik saja?”
“Uhhuk … uhhuk, iya ibu suri, uhhuk!”
Putra mahkota tersenyum untuk menenangkan sang nenek, “Akhir-akhir ini aku semakin sering terkena penyakit, mungkin karena aku terlalu memikirkan banyak hal.”
“Seandainya aku tidak terlahir penyakitan dengan fisik yang lemah ini, aku pasti akan turun ke medan perang dan membuktikan bahwa aku layak menjadi kaisar selanjutnya.” ujar putra mahkota dengan sorot mata meredup, “Malangnya nasibku … “
“Putra mahkota jangan berkata begitu!” sanggah ibu suri. “Negara ini akan tetap menjadi milikku, aku berjanji akan membantumu naik tahta dengan semua kekuatanku.”
“Terima kasih ibu suri.”
Ibu suri mengangguk dengan senyuman hangat, “Ming’er adalah cucu kesayangan, kau juga anak sulung kaisar sehingga kau pantas menjadi kaisar selanjutnya.”
“Oh, iya, apa kau tidak ingin menyapa Nona Huang?”
“Nona Huang?”
“Apa kau lupa jika Nona Huang hari ini datang ke istana?” tanya ibu suri lagi, “Putra mahkota, pernikahanmu tinggal beberapa hari lagi. Satu langkah agar kau bisa menjadi kaisar selanjutnya, kau harus menikah dan memiliki keturunan secepatnya. Huang Jian Ying adalah putri kesayangan Huang Han Su, saat dia dan ayahnya berada di pihak kita maka kita akan dengan mudah mengusai kekaisaran dan para menteri.”
Putra mahkota hanya menganggukan kepala, “Baik, ibu suri.”
***
“Mendapatkan sesuatu yang baik?”
Ratu Xianyuan menebak bahwa telah terjadi hal yang baik saat kedua putranya datang menyapa kaisar, datang tanpa tangan kosong tentu kembalipun harus membawa yang lebih banyak. Sebuah gulungan titah kaisar mereka simpan masing-masing di tempat yang aman dan terbaik, disaksikan oleh banyak orang maka titah itu resmi.
Wang Ren dan Wang Jun kembali ke paviliun sang ibu untuk bertemu dengannya dan membicarakan kabar baik, seulas senyum terbit dengan sangat tampan di wajah pangeran ketiga. “Tentu saja ibu, kami berhasil mendapatkan titah kaisar. Bahkan wilayah yang berhasil kami takhlukkan telah menjadi milik kami masing-masing.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.” jawab Wang Ren.
“Ini sangat baik, kalian berhasil membuktikan pada kaisar kalau kalian yang terbaik.” ujar Ratu Xianyuan, “Selamat untuk kalian, ibu sangat bangga dengan kalian. Sayang, kalian belum bisa memberikan satu hadiah untuk ibu … “
Melihat raut wajah Ratu Xianyuan meredup membuat kedua pangeran saling tatap dan bingung, “Apa maksud ibu? Apa yang ibu inginkan, katakan saja dan aku akan memberikannya.” ucap pangeran kedua, Wang Ren.
“Ibu ingin emas? Permata? Intan dan batu mulia?” sambung Wang Jun, “Atau ibu ingin kekuasaan atas tambang Baojing? Aku akan berikan.”
Ratu Xianyuan menghela napas panjang, “Bukan itu … “
“Lalu apa, ibu?”
“Cucu.”
Kedua pangeran terdiam, berpura-pura sibuk dengan dunia mereka sendiri. Wang Ren menyesap teh dan Wang Jun memakan kudapan hangat, seolah tuli dengan jawaban sang ibu. “Kalian selalu saja begini, dengarkan ibu kali ini saja, carilah wanita baik dari kalangan bangsawan, kalau bisa dia adalah wanita yang percaya diri dan tangguh, punya dukungan yang baik sehingga kita bisa bertarung bersama.”
“Ibu, hentikanlah.” pinta Wang Jun, “Aku masih ingin mengembara dan mendapatkan banyak kemampuan baru, juga wilayah yang baru. Aku belum memikirkan soal wanita, negeri ini saja terlalu rumit untuk dipikirkan.”
“Kudengar kebijakan pajak dinaikkan lagi, rakyat di wilayah perbatasan mengeluhkan hal itu.” ujar Wang Ren mengganti topik.
“Itulah sebabnya, kalian harus mengambil alih kekuasaan.”
“Ibu?”
“Ibu!”
Wang Ren dan Wang Jun menatap sang ibu dengan tatapan tak terbaca, Ratu Xianyuan baru saja menyatakan secara gamblang dan jelas bahwa dia menentang putra mahkota, kalau sampai ada yang mendengar maka ratu bisa dicap sebagai pengkhianat dan dihukum penggal.
Mereka tidak mau terjadi sesuatu dengan ratu.
Wang Jun menggelengkan kepala, “Aku tidak tertarik dengan kekuasaan, kalau memang salah satu dari kita harus menjadi kaisar, maka aku akan mendukung kakak saja. Aku ingin hidup dengan nyaman sebagai pendeta suatu hari nanti, mengabdikan diriku untuk kuil dan para dewa.”
“Aku tidak tertarik dengan pemerintahan.” jawab Wang Ren.
“Kalian ini membuat ibu pusing saja, sudah jangan membicarakan ini dulu. Istana punya seribu mata dan seribu telinga, kita bicarakan ini nanti saja.”
“Yang jelas, saat pernikahan putra mahkota nantinya, aku akan memilihkan kalian wanita bangsawan untuk dinikahi.”
“Ibuuu … tidak perlu!!” tolak Wang Jun.
Wang Ren mengulas senyum remeh, “Terserah ibu saja! Aku adalah Raja Xuan yang terkenal kejam dan haus akan darah, mana ada putri bangsawan yang ingin menikah denganku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
mia0211
lanjut Thor
2023-11-05
1
Lingli
Komennya boleh dong!!
2023-11-02
1