Menghibur diri dari pertemuan menjengkelkan dengan Nyonya Yuan, Huang Ling Xi memilih untuk mengambil sedikit waktu dengan berjalan-jalan menyusuri pasar. Tempat yang ramai dan sangat hidup, berbeda sekali dengan rumah kediaman yang selalu sepi dan mencekam. Disini, Ling Xi merasa tidak harus mengkhawatirkan apapun, dia hanya orang biasa dan berbaur dengan manusia lainnya.
Banyak pernak-pernik, banyak hasil bumi, banyak pedagang bunga karena musim semi telah datang. Pesta penyambutan kemarin, dia merasa sudah tampil dengan sangat baik dan lebih menonjol. Sayang, putra mahkota dan kekaisaran tidak melihat usahanya.
“Nona, belilah bunga ini. Ini sangat cocok untukmu yang begitu anggun dan cantik!”
Huang Ling Xi menoleh, dia berhenti pada sebuah kedai bunga kecil di pinggiran pasar, tatapannya jatuh pada setangkai bunga lily berwarna putih. “Ku pikir kau telah salah menilaiku, paman.” ujarnya pada pria tua penjual bunga.
“Apakah begitu, nona?” jawabnya sambil menggaruk pelipis, “Lily ini ditanam di padang rumput dekat sungai Zhu Jiang, sangat indah dan harum nona, semoga nona berbaik hati untuk membeli bunga ini.”
“Aku juga suka menanam bunga, paman.” jawab Huang Ling Xi, “Baiklah, aku beli beberapa!”
“Terima kasih nona.”
Paman penjual bunga segera memberikan beberapa tangkai Bunga Lily kepada Xu Li, dia pun membayar dan mereka kembali melanjutkan perjalanan. Bunga itu memang indah, Huang Ling Xi berpikir untuk menghias kamarnya dan kamar sang ibu.
Tinggal satu jalan lagi, mereka akan segera keluar dari pasar. Matahari sudah semakin meninggi dan mereka tidak boleh terlambat pulang ke rumah sebelum waktu makan siang, atau Liu Ning Yu akan memarahinya habis-habisan. Setelah membeli giok ini, Huang Ling Xi harus melanjutkan latihan memanah dan berkuda dengan Guru Zi He. Seorang ahli berpedang yang disewa Liu Ning Yu untuk melatih sang putri.
Brakkkk!!!
“Tangkap!!!”
“Tangkap pencuri itu!!!”
“Tangkap dia!!!”
Brakkk … Bruukkk!
“Nona, awas!”
Xu Li segera menarik sang nona sebelum tertabrak oleh seorang anak laki-laki dan seorang nenek tua yang berlari menghindari kejaran pemilik toko roti. Dari penampilannya, mereka sepertinya gelandangan yang tidak punya cukup uang untuk membeli sepotong roti. Tapi, memang tidak ada pengampunan untuk seorang pencuri.
Pemilik toko roti yang menyadari rotinya dicuri lantas berteriak membuat kehebohan, sekelompok orang akhirnya berlari mengejar.
“Tangkap!”
“Tangkap para pencuri itu!”
Pada akhirnya karena tidak berhasil menemukan jalan terbaik untuk lari, seorang anak dan nenek tua itu tertangkap. Mereka dipukuli dan dihakimi dengan keji di depan mata Huang Ling Xi. Melihat ketidakadilan itu, Huang Ling Xi langsung menghampiri. “Nona, nona!”
“Nona, jangan kesana!” tahan Xu Li karena tidak mau sang nona celaka.
“Xu Li, aku tidak bisa diam saja melihat mereka menindas orang lain!”
“Nona tapi …. “
“Hei kalian!!! Hentikan!!!”
Terlambat, Xu Li tidak bisa menahan sang nona lagi. Kini, Huang Ling Xi sudah berdiri di tengah-tengah para pria itu dan merentangkan kedua tangannya. Anak kecil dan nenek yang tadi sedang dipukuli berlindung di kakinya, “Hentikan! Tidak pantas kalian memperlakukan mereka seperti itu. Mereka adalah anak-anak dan wanita tua, kita seharusnya melindungi mereka!”
Ucapan sang nona kedua sontak membuat orang-orang tertawa, “Hei, nona, mereka adalah pencuri, mereka telah mencuri roti di toko Bao Ji.”
“Aku tahu!”
“Kalau kau tahu, kenapa kau melindungi seorang pencuri nona?!”
“Mencuri adalah perbuatan kotor, tidak boleh diberi ampun begitu saja. Harus diberikan pelajaran atau langsung ke pengadilan kota saja!”
“Iyaaa!!”
“Ayo kita bawa mereka!!!”
Anak laki-laki berusia tujuh tahun dan sang nenek tua itu bersujud, memohon ampun dan berlindung di kaki Huang Ling Xi. “Ampun, jangan bawa saya ke pengadilan, saya terpaksa mencuri roti karena tidak bisa membayar. Saya tidak punya uang, mohon tuan-tuan ampuni saya!”
“Saya mohon, adik saja sedang kelaparan sehingga tidak ada cara lain selain mencuri! Mohon maafkan saya!” aku anak laki-laki itu.
“Mohon nona bersedia memberikan keadilan pada kami!”
“Mohon kerendahan hati nona kepada kaum lemah seperti kami!”
Permohonan itu membuat hati sang nona kedua tersentuh. Dibalik sifat keras dan ambisinya, Huang Ling Xi hanyalah manusia biasa yang tidak berdaya melihat kesengsaraan rakyat. Ada banyak sekali gelandangan dan tidak punya rumah di kota ini, padahal begitu dekat dengan istana kekaisaran. Huang Ling Xi segera mencegah saat para pria itu hendak menyeret anak kecil dan nenek tua. “Tunggu! Jangan sentuh mereka!” titahnya.
“Aku akan membayar dua kali lipat untuk roti ini, dan kalian pergilah tidak perlu menganggu mereka lagi!” ujarnya, “Xu Li, berikan lima tael untuk mereka!”
“Lima tael tidak cukup, nona! Ini pasti bukan kali pertama mereka mencuri di toko ku!” ujar Bao Ji sang penjual roti.
“Itu bukan urusanku, urusanku adalah hari ini, aku melihat mereka membawa masing-masing satu potong roti yang kecil itu. Sudah kuberi lima tael apakah masih kurang? Harga sepotong roti kecil itu hanya satu tael bukan?” jawab Huang Ling Xi.
“Tapi nona itu tidak cukup, tolong berilah keadilan atas kerugianku!” mohon Bao Ji.
Huang Ling Xi mengepalkan tangannya di balik lengan hanfu dengan kuat, berusaha untuk tetap tenang dan melihat situasi yang tidak menguntungkan ini. “Kalian sudah memukuli mereka! Aku tidak akan memberikan keadilan bagi mereka yang ringan tangan memukul anak-anak dan orang tua!”
“Tapi sudahlah, berikan mereka sepuluh tael, Xu Li!”
Bao Ji hendak protes, tapi melihat tatapan tajam sang nona akhirnya ia enggan. Kejadian itu pun ditinggalkan oleh para penduduk yang melihat kehebohan dengan bersemangat. Setelahnya, mereka bersujud di kaki Huang Ling Xi karena telah menyelamatkan mereka. “Terima kasih banyak nona, terima kasih atas kelembutan hati nona!”
“Terima kasih nona, saya akan ingat jasa nona!”
Huang Ling Xi hanya mengangguk dua kali.
Dia melirik pada Xu Li, “Tolong belikan mereka roti yang baru, sepotong roti yang besar, karena roti ini sudah kotor!”
“Baik, nona.”
Xu Li pergi dan berhasil kembali dengan dua bungkus roti yang besar dan banyak, dia memberikan roti itu pada sang nona yang diberikan kepada anak laki-laki dan wanita tua tadi. “Ini, ambilah, kedepannya jangan mencuri lagi! Aku tidak akan berbaik hati membantu kalian lagi!”
“Terima kasih, nona!”
“Xu Li, ayo kita pergi!”
Huang Ling Xi memimpin langkah untuk pergi meninggalkan pasar, hari sudah sangat terik dan dia harus segera kembali.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang menatap mereka dari sebuah restoran terkenal JiangMiang. Cangkir teh porselen mahal itu diletakkan tanpa minat, “Yu Ze!”
“Ya, Yang Mulia Xuan!”
“Siapa dia?”
“Dia adalah nona kedua Huang Han Su, Huang Ling Xi.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
mia0211
waaahh siapa nih
2023-11-02
3