Splasshh!
Splasshh!
Huang Ling Xi memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya, rasa perih dan panas mulai menjalari betis kala rotan panjang itu terus menyiksanya. Kedua tangan saling meremas ujung hanfu agar tidak turun, agar memudahkan sang ibu untuk memberinya sebuah hukuman. Selalu begini setiap kali dia membuat kesalahan, Ling Xi yang malang harus selalu mendapatkan cambukan rotan di betis atau punggungnya.
Ini sangat menyiksa, tapi tidak ada daya yang bisa ia lakukan.
Seandainya ada yang menolong, mungkin Ling Xi tidak akan merasakan darah segar mulai mengalir di betisnya. Alih-alih menangis, air mata seolah sudah kering karena mendapatkan hukuman keras ini selama hidupnya. Sejak kecil, Liu Ning Yu tidak menerima kesalahan sedikit pun, Ling Xi harus sempurna dan menjadi kebanggaannya.
Setelah puas, Liu Ning Yu, wanita paruh baya dengan hanfu berwarna biru itu meletakkan rotannya. Pelayan setianya langsung mengambil dan meletakkan di tempat yang seharusnya, tepat di sisi ranjang sang nyonya besar. Sekalipun ini sudah sering terjadi, tapi para pelayan yang melihatnya tidak tega pada nasib sang nona.
Liu Ning Yu menggebrak meja, perasaan marah tak tertahankan melihat gadis licik bernama Huang Jian Ying menang. “Kurang ajar!”
“Apa yang kurang darimu hingga kekaisaran lebih memilih Jian Ying yang penyakitan itu?!”
“Tidakkah mereka bisa melihat mana gadis yang dibesarkan dengan sangat baik dan penuh tata krama, alih-alih seorang gadis dari kalangan biasa seperti Jian Ying! Cih, dia sama saja seperti ibunya yang rendahan itu, selalu mengandalkan wajah polos untuk menutupi kelicikan.”
“Seharusnya ini tidak terjadi padamu!”
Huang Ling Xi hanya bisa tertunduk, dia duduk bersimpuh dengan kedua tangan mengepal untuk menahan perih di betisnya. Sepertinya luka yang lama belum sembuh, kini hadir kembali luka baru. Cara duduknya pun tidak bisa dikatakan baik, setiap kali bergerak, ia khawatir luka akan semakin menjadi. “Maafkan aku, ibu.”
“Iya!” Liu Ning Yu menganggukan kepala, “Kau memang bersalah, Xi’er, kau seharusnya meminta maaf atas kesalahanmu dan kegagalanmu.”
Ling Xi menghela napas dalam, “Ibu, aku sudah berusaha dengan baik. Aku sudah mengerahkan semua kemampuan yang aku bisa untuk memikat putra mahkota dan kekaisaran.”
“Kau seharusnya bisa mengalahkan Jian Ying dalam segala hal, apapun itu, kecantikan, keanggunan, pendidikan, bela diri, bahkan kecapi dan bernyanyi!” hardik sang ibu dengan sangat keras, “Kau seharusnya bisa lebih unggul dari dia, kenapa kau bisa tersisihkan?”
“Maaf ibu.” mohon Huang Ling Xi sambil menyatukan kedua telapak tangannya. “Aku … aku sudah melakukan yang ter---”
“OMONG KOSONG!”
Mendengar bentakan itu dia terdiam, selalu sia-sia tiap kali dia ingin membela diri. Yang bisa dilakukan nona Huang ini hanyalah diam dan mengakui jika ini salahnya. Sebab melawan hanya akan berujung pada hukuman yang lebih keras, sudah rasanya, sudah cukup betis dan punggungnya menjadi korban.
Liu Ning Yu bangkit, dia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Darah seolah mendidih di atas kepalanya, bergejolak dengan amarah. Saat menatap putri yang begitu disayanginya, dia berkacak pinggang. “Omong kosong, Xi’er, mana yang kau sebut sebagai melakukan yang terbaik? Mana yang kau sebut telah bekerja keras? Mana yang kau sebut telah melakukan segalanya dengan baik?!”
“Mengalahkan Jian Ying saja tidak sanggup, sementara aku telah mempersiapkan dan memberikan segalanya untukmu!”
“Mana bukti dari balas budimu untuk ibu?!”
“Ibu hanya ingin kau menjadi permaisuri negeri ini, apakah itu terlalu sulit bagimu?!” telunjuk sang ibu mengarah kepadanya Ling Xi, perasaan sedih dalam hatinya tidak lagi bisa diungkapkan dengan rangkaian kata. “Mengapa kau terlahir bodoh dan tidak bisa melakukan apa-apa, Xi’er, ibu sudah membuka jalan dengan sangat baik, tapi kau mengacaukan segalanya.”
“Sekarang pergilah! Renungi kesalahanmu!”
“Baik ibu, maaf telah membuatmu marah.”
Semua yang terjadi di dalam kamar sang nyonya besar telah terdengar sampai ke telinga Xu Li yang ada tepat di depan pintu. Mendengar perintah untuk sang nona pergi, Xu Li menghampus air matanya dan membuka pintu kamar. Persis seperti bayangan dalam benaknya, kali ini pun sang nona tidak baik-baik saja. Hanfu merah mudanya telah berubah warna menjadi merah pekat pada bagian kaki.
Kasihan sekali melihat nonanya terluka, namun tidak ada yang bisa dia lakukan. Xu Li segera memapah Huang Ling Xi untuk keluar dari kamar nyonya besar. Perlahan dan berhati-hati, dia semakin teriris tiap kali sang nona merintih karena luka di kakinya. “Nona, bagaimana kalau anda naik ke punggung saya, saya akan membawa nona ke kamar dengan cepat.”
Huang Ling Xi tersenyum simpul, “Aku tidak apa-apa, Xu Li.” jawabnya. “Ini sudah biasa bagiku, dan kau, bagaimana tubuhmu yang kurus dan lemah itu bisa menggendongku sampai ke kamar. Mana bisa, Xu Li?!” Ling Xi terkekeh.
“Tapi, nona, luka anda akan semakin parah jika terus dibiarkan.”
“Ini … shhh … ini hanya luka kecil.”
Kedua mata Xu Li bertelaga melihat sang nona, sekuat tenaga ia membantu Huang Ling Xi kembali ke kamarnya, agar cepat ia bisa memberikan salep luka. Kerendahan hati dan kebaikan Ling Xi selalu membuat Xu Li nyaman berada di dekat sang nona, sejak kecil mereka bersama dan dia selalu menjadi pelayan untuk sang nona.
Bagi Xu Li, sang nona sudah seperti kakak perempuan yang selalu bersikap baik dan menjaganya. Usia mereka tidak cukup jauh, dan banyak hal terlah mereka lalui bersama.
Sampai di kamar sang nona, Xu Li segera membaringkan Ling Xi di ranjangnya. Dia bergegas mengambil air untuk membasuh luka dan memberinya salep, racikan salep herbal dari tabib terkenal, nyonya besar yang memberikannya. Katanya ini bisa menyamarkan bekas luka dengan baik, tapi bagaimana kalau luka itu terus diberikan olehnya tanpa henti.
Xu Li sangat berharap sang nona menjadi pendamping putra mahkota, tak lain agar sang nona bisa bebas dari hukuman kejam Liu Ning Yu. “Shh … “
“Maaf, nona.”
“Tak apa, Xu Li, luka ini memang perih tapi aku bisa menahannya.” jawab Huang Ling Xi, dia tidur bertelungkup agar Xu Li lebih mudah mengobati betisnya. “Ini memang pantas diberikan kepadaku karena aku telah mengecewakan ibu.”
“Nona, jangan berkata seperti itu.” Xu Li merasa iba.
“Memang aku yang bersalah, aku tidak bisa membuat ibu bangga dengan menjadi pendamping putra mahkota.” Huang Ling Xi menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan, “Seandainya bisa memutar waktu, pasti aku akan berusaha lebih keras lagi. Ibu sangat ingin aku menjadi permaisuri negeri ini, Xu Li, ibu … ibu begitu menyayangiku.”
“Nona, apa kau benar ingin menjadi permaisuri?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Esti Afitri88
miris /Cry/
2024-01-05
2
IndraAsya
👣👣👣
2023-12-17
1
Lingli
Salam hangat dari author, tetap berikan cinta untuk ceritaku yaaa
2023-10-18
1