“Tidak!” tolak Huang Ling Xi mentah-mentah.
Melakukan apapun yang dia suruh katanya, tentu saja tidak akan pernah, lagi pula dia punya banyak uang dan berasal dari bangsawan terpandang. Cukup berikan tuan ini perak dan emas yang banyak maka semua masalah akan selesai. Lagi pula, Ling Xi bukan sengaja ingin melukainya, ini hanya kesalahpahaman karena anak panah yang ia bidik meleset.
Sekarang apa? Bukannya mendapatkan buruan dia justru terlibat masalah dengan tuan tampan itu. “Aku tidak mau, ini semua karena ketidaksengajaan! Dan aku sudah meminta maaf kepadamu, tuan.” sambungnya.
“Itu tidak cukup!”
“Tidak cukup?” Huang Ling Xi mengerutkan keningnya dalam, dia menghembuskan napas kesal. “Ayolah, aku tidak melukaimu, tidak ada setitik saja di tubuhmu yang terluka karena anak panahku. Maaf saja sudah cukup untuk itu!” tegas Ling Xi.
“Gadis kecil berani sekali melawan!” hardik Wang Ren, sang pangeran kedua melipat kedua tangannya. Tatapannya kuat dan tajam pada Huang Ling Xi. “Apa kau tidak takut jika aku mengadu pada Tuan Huang Han Su soal ini, kau akan mendapatkan masalah.”
Mengadu pada ayahnya, hahaha, sepertinya tuan di depannya itu telah salah menilai. Huang Han Su adalah orang yang sangat bijaksana sekalipun dia tidak akan memihak pada Ling Xi, tapi kali ini gadis itu berada di pihak yang benar. Hanya sebuah anak panah yang tidak sampai melukai, tidak membuat siapapun celaka kecuali dahan pohon itu.
Huang Ling Xi berbalik menuju kuda miliknya, “Aku tidak takut karena aku tidak bersalah.” jawabnya tegas, “Tuan, kau seharusnya berbaik hati padaku karena ketidaksengajaan ini, bukan memanfaatkan situasi yang tidak menguntungkan hanya demi kesenanganmu. Aku tahu kau pasti berniat jahat.”
Kuda berwarna coklat yang gagah dengan surai panjang itu berbelok arah setelah di penunggang menarik tali kekangnya. Apa lagi yang terbaik yang bisa dilakukan selain lari.
“Kau pergi?? Heiii!!!”
“Hyaaa!”
Huang Ling Xi memacu kuda miliknya untuk berlari menembus hutan. Setidaknya setelah hutan ini dia akan menemui padang bunga azalea, lalu di sisi lainnya juga ada hutan, semoga para rusa berkumpul disana sehingga dia bisa memburu satu rusa saja.
Setelah sampai di padang bunga azalea, laju kuda mulai melambat, dia menoleh ke belakang dan tuan itu tidak lagi mengikutinya. Sungguh baik untuk menghindar saja, toh, tuan itu pasti hanyalah tuan muda dari kalangan bangsawan biasa. Tidak akan bisa melukainya yang merupakan nona kedua Klan Huang.
Huang Ling Xi turun dari kudanya, dia biarkan kuda gagah itu untuk tetap tinggal disana dan memakan rumput di sekitar. Saat ini yang lebih indah adalah hamparan bunga azalea di depannya, ini sungguh indah seperti kabar yang sering terdengar di pasar. Xu Li juga mengatakan hal yang sama. Ah, Xu Li, bagaimana keadaan pelayan setianya itu, apakah dia baik-baik saja atau … tidak! Ling Xi tidak boleh memikirkan hal buruk itu.
Sang nona duduk di rerumputan, padang azalea yang setinggi pinggang orang dewasa itu pasti akan menyamarkannya. Disini damai dan sejuk berkat semilir angin di musim semi.
Srekk!
Srekk!
Huang Ling Xi menoleh cepat, rupanya sekumpulan rusa datang dari arah hutan yang lain. Benar kan, dia hanya salah memilih hutan saja. Bukit Yangxi ini tidak sebesar itu tapi dia selalu tersesat disini, kali ini pasti adalah hari keberuntungannya.
“Satu saja, aku hanya butuh satu saja dari kalian.” ujarnya lirih sembari menyiapkan busur panahnya tanpa menimbulkan suara.
Syut!
“Argh, sial!” umpat Huang Ling Xi, lagi-lagi bidikannya meleset jauh, bukannya mengenai rusa malah membuat mereka lari.
“Rupanya kau memang tidak pandai memanah.”
“Astaga!”
Sang nona kedua membelalak karena suara bariton terdengar tepat di telinganya, saat ia mendongak, telah menjulang tinggi tuan yang tadi ia temui. Angin yang nakal menerbangkan hanfu dan anak rambutnya membuat sang tuan berkali lipat lebih tampan, dia tinggi gagah dan menawan. Dari bangsawan mana dia? Huang Ling Xi jadi penasaran.
Wanita muda itu segera bangkit, tidak lagi bersembunyi mengendap di sela semak, toh para rusa juga sudah lari. “Kau lagi!” tukasnya.
“Kau pasti membuat para rusa itu lagi sebelum panahku mengenai salah satu dari mereka.” tuduhnya membuat sang pangeran mendelik.
“Beraninya kau menuduhku!” hardiknya.
“Lalu apa?” balas Huang Ling Xi, “Karena langkah kakimu pasti mereka lari, padahal aku hanya butuh satu saja dari para rusa itu untuk ibuku. Sekarang sudah tidak bisa lagi.” ucapnya sedih.
“Kenapa kau butuh rusa itu? Kau kan dari kalangan bangsawan, tidak perlu bersusah payah hanya untuk daging rusa.”
“Itu karena ibuku.”
Huang Ling Xi menghela napas dalam, dia terduduk kembali di semak dengan lunglai. Gerimis yang tadi melingkupi langit memang sudah hilang, digantikan dengan sorot hangat yang sebentar lagi mungkin akan segera tenggelam. Dia telah melewati satu hari ini untuk mencari rusa. Sang nona menekuk kedua kakinya, wajah cantiknya dia sembunyikan. Saat pangeran kedua ikut duduk pun dia tidak bergeming. “Ibumu ingin makan daging rusa?” tanya Wang Ren lagi.
“Hmm.”
“Minta saja pelayanmu membeli dari para pemburu, tidak perlu repot-repot seperti ini.” saran yang begitu masuk akal, tapi bukan itu intinya.
Huang Ling Xi mendongak, dia menatap Wang Ren jengah. “Kau tidak mengerti, tuan! Ibuku ingin makan rusa buruanku, sebagai penebusan agar pelayanku bisa dibebaskan.” jawab Huang Ling Xi, “Jika bukan karena ingin menyelamatkan Xu Li, aku juga tidak akan mau melakukan ini. Xu Li amat berharga bagiku karena dia satu-satunya teman untukku, ini semua karena giok bodoh yang hilang di pasar. Entah geladangan mana yang mengambilnya tapi aku dan Xu Li yang malang harus menanggung semua ini.”
Wang Ren menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa dia mengerti, “Tapi kemampuan memanahmu sangat buruk.”
“Cih, memangnya kau bisa melakukan yang lebih baik?” tantang Ling Xi.
“Tentu saja!”
“Buktikan kalau begitu.”
Wang Ren mendengus, “Untuk apa aku membuktikan padamu, kau saja belum menguasai busurmu sepenuhnya. Kau masih harus banyak berlati Nona Huang, kembalilah berlatih sebelum hari gelap.”
“Tapi aku belum mendapatkan ru----hmmmp!”
Huang Ling Xi memekik, dia membulatkan mata karena secara tiba-tiba tuan di depannya itu membekap mulutnya dan mendorongnya untuk bersembunyi di balik semak. Baru saja dia ingin memberontak, tapi sang tuan segera memberi kode untuk melihat ke arah telunjuknya. Disana ada dua ekor rusa, yang satu kecil dan yang satu gemuk. Inikah kesempatan untuknya? Tapi seperti yang tuan itu katakan, kemampuan memanah Ling Xi sangat kurang.
Kedua mata Ling Xi berbinar, dia menatap Wang Ren penuh harap. “Tuan, bantulah aku untuk mendapatkan rusa itu. Yang kecil saja juga tidak masalah, asal aku tidak kembali dengan tangan kosong. Dan aku bisa membebaskan Xu Li.”
Wang Ren balas menatap wajah cantik berseri di sampingnya itu, jarak mereka sangat dekat dan ini pertama kalinya ada seorang gadis bisa berdekatan dengan Sang Raja Xuan. “Kenapa ku harus---”
“Kau harus karena kau pandai memanah, bukan, seperti yang kau katakan tadi.”
“Tidak mau!”
“Aku akan memberikan imbalan untukmu, tuan, sungguh!” ujar Huang Ling Xi, kali ini dia bersungguh-sungguh.
Tak menjawab lagi, Wang Ren segera menyuruh Ling Xi untuk mengeluarkan busur dan anak panahnya. “Aku tidak mau melakukannya, kau yang harus memanah sendiri dengan kemampuanmu.”
“Bagaimana aku harus melakukannya?!” keluh Ling Xi saat Wang Ren menolak dia berikan busur dan anak panah. “Aku tidak pandai memanah.”
Wang Ren membimbing gadis itu untuk melebarkan busurnya, tubuh tegapnya melingkupi tubuh Ling Xi yang ramping. Dengan jarak sedekat ini, entah mengapa debaran jantung sang nona begitu menggila, rasanya seperti ingin melompat keluar dari sarangnya. Bukannya fokus pada rusa, dia justru dibuat terlena dengan wangi menenangkan sang tuan. “Perhatikan rusanya!” tunjuk Wang Ren.
“Kau juga harus mempertimbangkan arah angin saat memanah, karena ini sangat penting.” bisiknya tepat di telinga Ling Xi, ini tidak baik, sebab rasanya semakin gugup.
“Pastikan kau tetap fokus sampai anak panah ini mengenai buruanmu, jika kau tidak fokus maka dia bisa langsung melarikan diri.”
Satu … dua … tiga …
Wang Ren menarik busur lebih panjang lagi.
Syut … Krashhh!!!
Anak panah melesat dan mengenai tubuh rusa dengan tepat, tidak perlu waktu lama sang rusa gemuk segera tumbang. Tak disangka karena kuatnya dorongan busur panah sampai membuat Huang Ling Xi hampir tersungkur ke depan, beruntung Wang Ren dengan sigap menahan pinggang ramping wanita itu.
Saat menunduk, tatap matanya justru bertemu dengan manik hazel secerah langit sore itu, pantulan dirinya dalam manik itu tercetak sangat jelas. Huang Ling Xi terdiam, pilihannya untuk berbalik ternyata kurang tepat, sebab dalam posisi ini mereka seperti sedang berpelukan. Semoga saja tuan di hadapannya itu tidak mendengar atau merasakan debaran jantungnya yang menggila. Ling Xi yang pertama memutus kontak mata, dia mengambil jarak. “Te-terima kasih, tu-tuan.” ucapnya gugup.
“Terima kasih kau telah membantuku untuk mendapatkan rusa. Aku tidak akan melupakan kebaikan hatimu hari ini, suatu hari aku akan membalasnya, tapi sekarang aku harus pulang karena hari sudah gelap.”
“Hei, tunggu!”
“Maaf tuan, aku harus pergi!”
“Hei, Ling---”
Belum sempat Wang Ren memanggil nama gadis itu, dia sudah berlari mengambil rusa dan membawanya bersama di kuda. Kuda itu juga sangat menurut saat Huang Ling Xi bersiul memanggilnya. “Kau memang sangat menarik.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Febriani Nazularahmatika
cieee
2024-10-24
0