Tok … tok … tok …
“Xiao Yan, biar aku yang membuka sendiri!” suruh Huang Ling Xi saat mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya, dia tahu saat Xiao Yan, salah satu pelayannya, hendak membukakan pintu. Tidak biasanya ada tamu sepagi ini, terlebih Huang Ling Xi telah bersiap untuk pergi ke pasar melihat kabar terbaru disana. Sedih memang tidak ada Xu Li, tapi dia bisa mengajak pelayan yang lain.
“Baik, nona.”
“Selesaikan saja pekerjaanmu, biar aku yang membuka pintu.”
“Iya, nona.” Xiao Yan pun memilih pergi dan menyambut pekerjaan yang lain, dia masih belum membersihkan halaman utama rumah seperti yang diminta oleh nona kedua.
Saat Huang Ling Xi membuka pintu, dia dibuat kaget dengan kehadiran seseorang yang begitu ia rindukan beberapa hari ini. Huang Ling Xi menangis haru lantaran sang ibu tidak mengingkari janjinya, dia sudah membawakan rusa meskipun dengan sedikit bantuan dari seseorang, dan sang ibu kini membebaskan Xu Li.
“Xu Li?”
Ya, benar, Xu Li datang dengan pakaian yang jauh lebih layak dari terakhir kali mereka bertemu. Meskipun bekas penyiksaan yang dilakukan Liu Ning Yu masih ada, tapi Xu Li bersyukur bisa kembali. “Nona, maafkan saya karena meninggalkan nona terlalu lama. Maafkan saya karena membuat nona begitu khawatir dan kepayahan membebaskan saya.”
Xu Li berlutut memohon ampun di kaki nona kedua, tapi Ling Xi dengan cepat memeluknya. “Tidak, Xu Li, kau tidak bersalah, kita tidak bersalah, dan sudah seharusnya aku sebagai tuanmu menyelamatkanmu.”
“Terima kasih banyak nona, saya berpikir akan mati atau diasingkan dan dibuang.”
“Tidak akan ada yang membuangmu, Xu Li!” ujar Huang Ling Xi.
Xu Li tersenyum penuh arti seraya menghapus sisa air matanya di pipi, sang nona yang ia kenal memang sangat rendah hati kepadanya. Sekalipun orang-orang sering memanggilnya si pembuat onar karena terlalu berambisi untuk menjadi yang nomor satu, tapi Huang Ling Xi tetaplah nona yang baik dan polos.
Sang nona membawa pelayannya masuk ke kediaman, dengan sangat bahagia dia menyambut kembali Xu Li, para pelayan lain juga ikut menyambut. “Xu Li, kau tetaplah tinggal di kediaman, aku akan pergi ke pasar dengan pelayan lain saja.”
“Kenapa, nona? Aku baik-baik, aku akan menemani nona kemanapun.” jawab Xu Li.
“Tapi kau baru keluar dari penjara, ibu pasti telah menyiksamu dengan sangat keras.” balas Huang Ling Xi, “Aku akan pergi sendiri saja.”
“Jangan begitu nona, saya baik-baik saja, saya akan ikut dengan nona.”
“Baik kalau kau memaksa.”
Akhir pekan dan tidak ada pelatihan apapun bagi Ling Xi, ini adalah hari yang baik karena ayahnya dan ibunya sedang pergi ke istana untuk membicarakan pernikahan Huang Jian Ying dan putra mahkota. Karena sepekan lagi akan diadakan pernikahan, oleh sebab itu Huang Ling Xi pergi ke pasar untuk membeli hanfu yang baru. Sepasang tusuk konde giok dan sepatu yang bagus.
Tapi sampai di pasar, justru dia tidak lagi bersemangat, sebab semua orang hanya menyanjung Huang Jian Ying yang katakan sangat cantik, sayangnya tidak begitu sehat.
Kabar tentang Huang Jian Ying dan kereta kuda istana yang dihadang bandit juga baru diketahui Ling Xi saat ini, saat tidak sengaja mendengar percakapan orang-orang di pasar. “Rupanya ibu benar telah melakukan sesuatu, tapi kalau kakak berhasil sampai di istana, jelas rencana itu telah gagal. Tapi mengapa ibu tidak marah-marah kepadaku? Apa dia sudah lelah menjadikanku permaisuri?” guman Huang Ling Xi.
“Nona, apa kita akan kembali setelah ini?”
“Iya, kita kembali saja.”
“Tapi nona, kita belum mendapatkan apa yang nona inginkan. Hanfu, tusuk konde, dan sepatu, nona belum punya.” ujar Xu Li, sejak tadi sampai di pasar, mereka hanya berputar-putar tak tentu arah.
“Sudahlah!” Huang Ling Xi mengibaskan tangannya, “Itu tidak perlu lagi, aku masih punya yang belum ku pakai hadiah dari Kakek Liu, kan.”
“Iya nona.” Xu Li menggangguk.
Pada akhirnya mereka berputar arah, Xu Li tetap diam karena dia tahu jika sang nona sedang tidak ingin diganggu. Sampai di pasar hanya mengikuti arus dengan berputar-putar sembari mendengarkan kabar terbaru tentang istana dan kekaisaran. “Nona pertama Huang? Ku pikir yang akan jadi pendamping putra mahkota justru nona kedua, karena dia jauh lebih pandai dan cantik bukan?”
“Iya, seharusnya juga begitu, tapi kekaisaran memilik penilaian lainnya. Nona pertama Huang sakit-sakitan, sama seperti putra mahkota yang tidak pernah ikut berperang dan justru terus berada di istana.”
“Hei, jaga bicaramu, kalau ada yang mendengar kau akan terkena masalah!”
“Tapi ini benar, mereka memang lemah sejak kecil.”
Huang Ling Xi menghentikan langkahnya, tepat di sampingnya, tiga orang pria tengah membicarakan kakaknya dan putra mahkota. Putra mahkota sering sakit, itu benar. Huang Jian Ying sering sakit, juga benar. Tapi mengapa mereka dipersatukan, bukankah kekaisaran butuh calon pendamping yang baik. Bagaimana pemilihan bisa meloloskan Huang Jian Ying sementara dirinya tidak, banyak nona bangsawan lainnya justru memilih Huang Jian Ying.
“Hei-hei-hei!!”
“Dengar, tenyata Raja Xuan juga telah kembali!”
“Raja Xuan? Benarkah? Apakah dia akan menghadiri pernikahan putra mahkota? Wah, Raja Xuan sejak dulu tidak tertarik dengan kekaisaran justru kembali. Ku rasa dia ingin mengambil alih kekaisaran.”
“Hati-hati kalau bicara, kabarnya Raja Xuan berdarah dingin. Dia sering memenggal kepala lawannya di medan perang dan memajangnya di Istana Selatan.”
“Apakah kabar itu benar? Tapi Raja Xuan memang berdarah dingin.”
Raja Xuan, pangeran kedua kekaisaran yang tidak sekalipun pernah Huang Ling Xi temui. Sepertinya pesta pernikahan putra mahkota nantinya akan sangat menyenangkan. Sekalipun bagi Huang Ling Xi sendiri terasa seperti neraka.
Memilih abai, Huang Ling Xi kembali melanjutkan langkahnya. Sampai di persimpangan, dia kembali dikejutkan dengan kehadiran seorang anak laki-laki yang bersujud di kakinya.
“Hei, siapa kau? Apa yang kau lakukan?” hardik Xu Li, pelayan setia Huang Ling Xi itu segera mengusir si anak.
“Ku mohon nona, ampuni aku!!” mohonnya sambil menyatukan kedua tangan di depan dada.
“Nona, saya tidak mengambil giok milik nona. Tapi para pengawal nona merusak tempat tinggal kami.”
“Nona, kami mohon keadilan untuk kami.”
Huang Ling Xi dan Xu Li saling tatap, “Bagaimana kau bisa tahu kalau aku kehilangan giok? Oh, kau anak yang waktu itu ya?!”
“I-i-iya nona, ampuni saya!!” anak laki-laki itu kembali bersujud.
Huang Ling Xi merasa janggal, anak ini sangat takut kepadanya mungkin karena sang ibu mengirim pengawal untuk mendapatkan kembali giok miliknya. Huang Ling Xi menunduk, dia meraih lengan anak itu dan membawanya berdiri. “Ceritakan kepadaku!” suruhnya.
Anak itu bernama Lan Lan, dia mengalirkan cerita tanpa kebohongan sedikitpun. Semua bermula saat dia kembali ke tempat dia biasa tinggal dengan anak-anak gelandangan lainnya sambil membawa roti yang diberikan Huang Ling Xi. Malamnya, para pengawal datang menggeledah satu persatu anak termasuk Lan Lan. Saat mereka tidak menemukan siapa yang mencuri giok, akhirnya para pengawal itu merusak tempat tinggal mereka.
“Antar aku kesana!” ujar Huang Ling Xi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
mia0211
lanjut Thor
2023-11-05
1