Sebelum berangkat ke kantor, Clara dengan antusiasnya memanggil sang ibu karena ada yang ingin dibicarakan.
“Apa sih, Clar?” tanya ibunya penasaran.
“Clara sudah resmi jadi karyawan tetap saat ini. Gaji Clara akan naik 2 kali lipat mulai bulan depan!” Clara begitu bahagia menyampaikan berita ini pada ibunya.
“Tanpa tes? Pakai jalur resmi nggak?” sahut Hani yang baru keluar dari kamarnya.
Sontak Bu Sukma menegur Hani yang dianggapnya iri pada pencapaian sang adik. Baginya, mau dengan tes atau tidak, itu hak kantor. Yang terpenting, Clara sudah diangkat menjadi karyawan tetap.
Hani merasa ada yang aneh pada karir Clara. Tidak mungkin perusahaan sebesar itu mengangkat karyawan kontrak menjadi tetap tanpa tes. Hani sendiri memiliki teman SMP yang kebetulan pernah bekerja di sana, dan memang begitu alurnya. Padahal dia memiliki ijzasah S1, tetapi teman Hani itu harus tetap menempuh jalur seleksi untuk menjadi karyawan tetap. Sedangkan Clara tak memiliki ijazah S1, dan juga tak menempuh jalur tes.
“Kamu nggak main belakang sama atasan kamu ‘kan Clar? Akhir-akhir ini kamu sering pulang pagi,” goda Hani.
Ibunya seketika marah pada Hani. Ia tak terima Clara direndahkan seperti itu. “Kamu boleh iri pada Clara. Tapi jangan menuduhnya macam-macam. Apa maksud kamu bicara seperti itu?”
Clara yang biasanya menggebu pun lebih memilih diam dan meminta sang ibu untuk tak membahas masalah ini.
“Ya maksud Hani itu, cuma memastikan kalau Clara tidak lewat jalur belakang. Dengan menjalin hubungan dengan bosnya mungkin,” lanjut Hani tenang.
Bu Sukma justru tak mempermasalahkan andai hal itu benar terjadi. Ia menganggap bahwa hal seperti itu wajar dalam lingkungan kantor, karir naik karena kecantikan. Sekali pun bosnya sudah beristri, kalau memang ia menginginkan Clara menjadi istri keduanya juga tak masalah. Jawaban ibunya pun membuat Hani benar-benar dibuat gila di rumah ini. Ibunya benar-benar gila harta sampai mengorbankan apa pun termasuk harga diri anaknya sendiri dan perasaan orang lain, padahal dirinya juga wanita, tapi tak peduli terhadap perasaan istri dari atasan Clara.
“Lebih baik kamu pikir dirimu sendiri, kapan akan mendapatkan suami kaya raya dan juga pekerjaan yang baik?” teriak Bu Sukma pada Hani yang akan berangkat ke kafe.
Tak lama, Arya berpapasan dengan Hani saat akan menjemput Clara. Seperti biasa, Hani pun enggan untuk menyapa atau sekedar senyum. Ia berlalu tanpa sepatah kata pun.
“Kalau kamu ke sini cuma mau ajak ribut, lebih baik kamu pulang aja deh, Mas!” seru Clara saat mengetahui kehadiran Arya.
Bu Sukma pun seakan ingin ikut campur pada hubungan anak keduanya itu. Ia meminta Arya memutuskan Clara jika sikapnya masih saja seperti ini. Arya harus mengerti pekerjaan Clara yang akan lebih banyak lembur. Ia tak mau pikiran anaknya terpecah dan menjadi tak fokus bekerja hanya karena Arya.
“Baru pengusaha ternak ayam aja banyak mau, minta Clara nurut sama kamu, belum juga jadi suami sudah merepotkan. Clara juga bisa mencari laki-laki yang jauh lebih kaya dari kamu!”
Mendengar ucapan Bu Sukma, Arya sakit hati dan meminta Clara segera membuat keputusan jika memang ingin berpisah dengannya. Karena Arya juga sudah terlalu lelah bertengkar dengan Clara hampir setiap hari. Clara banyak berubah akhir-akhir ini.
Atas permintaan sang ibu, Clara memutuskan hubungannya dengan Arya, karena ia juga lelah jika harus sering bertengkar dengan Arya yang tak mau memahami pekerjaannya.
Arya pun menerima keputusan Clara dan pergi meninggalkan rumah mantan kekasihnya itu.
5 menit kemudian, seorang pria datang dan memarkir mobilnya di halaman rumah Clara.
“Mas Rudi?” Clara terkejut mengapa bosnya itu datang menjemputnya tanpa memberi kabar, juga tak biasanya ia memarkir mobilnya di halaman rumah, biasanya hanya di ujung jalan rumahnya.
Melihat mobil yang berkilau, membuat mata Bu Sukma menghijau.
Rudi menghampiri Clara dan ibunya, kemudian memperkenalkan dirinya, lalu meminta izin untuk menjemput Clara. Mereka akan berangkat ke kantor bersama. Dengan senang hati Bu Sukma mengizinkannya. Hatinya berseri-seri seakan impiannya ingin memiliki menantu kaya raya akan segera terwujud, tak peduli apakah pria tersebut sudah beristri atau belum.
Arya yang belum jauh dari rumah Clara, sengaja bersembunyi agar bisa memperhatikan Rudi dan Clara hingga masuk ke dalam mobil. “Jadi benar kamu memang selingkuh dengan bosmu sendiri. Perempuan murahan!”
###
Berkali-kali Razka menghubungi Hani, namun nihil. Razka tak menyangka bahwa hubungannya akan serumit ini. Ia baru menyadari bahwa ini lah alasan mengapa sikap Hani berubah padanya.
“Hani, semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Ini juga yang aku takutkan ketika kamu mengetahui siapa aku, kamu menjauhiku,” sesal Razka yang tak jujur dari awal.
Perasaannya campur aduk. Ia merasa bersalah pada Hani karena kebohongannya. Razka juga tak bisa membendung keingingannya untuk bertemu Hani dan menjelaskan semuanya. Ia tak rela jika hubungannya dengan Hani akan berakhir sebelum adanya kepastian.
Karena Hani tak memperbolehkan Razka ke rumahnya, satu-satunya cara untuk menemui Hani adalah mendatangi kafe Angga.
Saat di kafe, Razka mencari tempat duduk sembari celingukan mencari keberadaan Hani.
Angga yang mengetahui kehadiran temannya itu, sengaja meminta Hani untuk melayani Razka. “Han, tolong ada pengunjung yang baru datang, itu di meja 10.”
Hani bergegas mengambil buku menu dan tabletnya, kemudian menghampiri meja 10. Setelah mengetahui ada Razka di meja itu, ia memelankan langkahnya. Hani tampak mengatur nafas dan emosinya.
“Silakan,” ucapnya lembut namun masih bernada ketus.
“Hani, aku minta maaf. Bisa kita bicara sebentar? Kamu harus tau apa alasanku tidak jujur,” pinta Razka dengan manis.
“Maaf, saya sedang kerja. Mau pesan apa?” Hani seolah mengabaikan maksud Razka menemuinya.
Razka menghela nafas panjang. Ia kemudian memilih menu makanan yang disukai Hani, yang kebetulan ada di kafe Angga. Razka juga memesan minuman yang Hani sering pesan saat mereka sedang makan berdua di luar.
Hani tetap berusaha profesional, sejujurnya ia tak tahan dengan perlakuan Razka yang begitu manis padanya. Namun, di satu sisi ia masih kecewa karena Razka membohonginya. Ia merasa telah dipermainkan dan direndahkan dengan ketidakjujuran Razka.
Selesai merekap menu, Hani meminta Razka untuk sabar menunggu, selayaknya ia berbicara pada pengunjung lain.
Angga menemui Razka yang tengah duduk sendiri. Ia menguatkan Razka bahwa semuanya akan baik-baik saja. Angga juga bersedia membantu temannya itu untuk berbicara pada Hani. Namun, Razka menolaknya, ia tak ingin merepotkan Angga dalam masalahnya, karena Angga sudah banyak membantunya selama ini.
Tak lama, Ayun mengantarkan pesanan Razka. “Maaf, Pak. Hani yang meminta saya mengantarkannya.”
Razka kemudian meminta Ayun membungkus 1 dari 2 kue yang dipesannya untuk diberikannya pada Hani. “Dia suka banget sama kue ini.”
Ayun bergegas pergi melasanakan amanah Razka.
Setelah Razka menghabiskan makanannya ditemani Angga, ia memutuskan akan segera kembali ke kantor. Namun, ia menyempatkan melihat Hani yang masih sibuk melayani para pengunjung. Melihat ekspresi Razka yang mengiba, Angga memanggil Hani.
“Hani, dilihat dulu dong masnya ini, mau pulang nih,” goda Angga yang membuat para teman-teman kerja Hani bersiul ikut menggoda Hani.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Eva Nietha✌🏻
Seru
2024-02-19
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Razka 💪💪💪💪
2023-12-19
1