“Kenapa dia bisa antar kamu pulang?” tegas Arya pada Clara yang diketahui sudah resmi berpacaran setelah Hani memergoki kebersamaan mereka berdua.
Arya marah pada Clara karena diantar pulang oleh atasannya di kantor. Clara yang terbiasa cuek, agaknya terkejut mendapati sifat Arya yang ternyata protektif padanya. Namun, karena bagi Clara, Arya adalah lelaki tampan nan kaya, Clara berusaha menenangkan kekasihnya.
“Tenang, Mas. Hari ini ‘kan aku lembur, dan jalan rumahnya searah dengan rumahku, jadi ya sekalian saja dia antar aku pulang,” jelas Clara.
“Tapi kamu bisa hubungi aku untuk jemput kamu,” lanjut Arya yang tak terima kekasihnya diantar pulang lelaki lain.
Clara terus menjelaskan alasannya kenapa ia mau diantar oleh atasannya itu. Hingga Clara pun mengeluarkan jurus andalannya. Mencium mesra si pengusaha peternakan ayam di kampung sebelah itu. Clara membelai kepala Arya dan memeluknya hingga amarah Arya mereda perlahan.
“Aku tidak suka kamu bersentuhan dengan lelaki lain,” manja Arya.
Clara terus memeluknya. “Aku minta maaf ya, aku akan lebih menjaga jarak.”
Hani yang baru saja pulang dari kafe, merasa mual karena melihat mantan kekasihnya dan Clara bermesraan di depan rumah. Sebenarnya ia ingin menegur karena tidak enak jika dilihat tetangga, tetapi Hani sudah mati rasa hingga masa bodoh pada mereka dan justru berlalu masuk ke dalam rumah. Ia sudah tak peduli dengan hubungan dua orang yang tak tahu malu itu.
Berbeda dengan Arya yang terus memandangi Hani yang cuek padanya, hingga Clara cemburu dan menegurnya. “Apa sih lihat-lihat Kak Hani, masih suka?”
Arya menggeleng tersenyum.
Biarpun ia lega karena perasaannya pada Clara tersalurkan, namun tidak dapat dipungkiri ia merasa bersalah pada Hani, karena meninggalkannya begitu saja demi gadis lain. Apalagi, gadis itu adik kandung Hani. Arya pun bingung pada perasaannya sendiri yang menyukai dua gadis saudara kandung itu.
Clara memang sempurna, tapi hati dan kepribadian Hani jauh lebih sempurna. Selama ini, tak pernah sekali pun Hani meminta dibelikan sesuatu padanya, berbeda dengan Clara. Ia semakin merasa tak enak hati ketika 2 tahun menjalin cinta dengan Hani, belum pernah sekalipun membelanjakannya baju atau sekedar memberikan hadiah padanya. Sementara dirinya sudah membelikan Clara baju mahal padahal mereka belum resmi berpacaran saat itu.
###
Razka baru menyadari bahwa Hani adalah perempuan yang ia temui di kafe saat itu, saat dirinya ingin menambah pesanan.
Semenjak mengetahui hal itu, Razka enggan datang lagi ke kafe tempat Hani bekerja.
Hari ini, ia akan bertemu dengan Hani karena Hani sedang mendapat jatah libur. Razka yang seharusnya masih masuk kerja sengaja ingin mengambil cuti hanya karena ingin berkencan dengan Hani. Seperti biasa, mereka berjanji langsung bertemu di mall karena ingin menonton di bioskop.
Razka menghampiri Hani yang sudah menunggunya di lobi mall.
“Sudah lama?” sapa Razka mengagetkan Hani yang sedang berdiri di depan salah satu konter tas yang berada di lobi.
Hani tersenyum menggeleng. “Kamu beneran gak papa cuti di hari kerja?”
Razka kembali menegaskan bahwa dirinya memang jarang sekali mengambil cuti, jadi hari ini adalah waktu yang tepat untuk mengajukan libur sejenak.
“Kamu suka? Mau masuk?” Razka seolah peka pada tatapan Hani saat melihat etelase koleksi tas itu.
Dengan tatapan penuh iba, Hani mengungkapkan bahwa dirinya belum pantas untuk masuk ke dalam konter itu. Tetapi, suatu hari ia akan bisa membeli salah satu tas dari merk tersebut. Hani yang saat ini masih menabung, sedang berusaha mewujudkan impiannya satu per satu, karena ia harus mengatur gajinya untuk kebutuhan lain yang lebih penting.
“Harganya memang hanya 1 jutaan, tapi buatku itu nominal yang besar untuk sebuah tas, jadi harus menabung dulu,” terang Hani.
Menatap mata Hani yang begitu tulus, Razka berniat menawarkan untuk membelikannya, namun Hani menolaknya.
“Kalau tidak mau dibelikan, anggap saja hutang,” bujuk Razka yang sebenarnya tak akan menganggapnya piutang.
Hani menggeleng dan kekeh pada pendiriannya. Ia ingin membeli dengan uangnya sendiri, tak ingin merepotkan orang lain, apalagi hanya untuk keperluan yang tak begitu penting. Ia tak mau jika harus sampai berhutang demi sebuah gengsi.
Mendengar penolakan Hani, Razka seakan tak ingin mendebatnya karena ingin menghargai keputusan Hani. Mereka kemudian segera pergi menuju bioskop karena film yang akan ditonton akan segera tayang. Saat berjalan, Hani berbisik lirih pada Razka.
“Hari ini aku yang bayar semuanya ya. ‘Kan kemarin-kemarin kamu sudah traktir aku,” pinta Hani tersenyum manis.
Razka sempat menolak karena tak tega jika Hani yang harus mengeluarkan uang untuk kencan mereka. Razka mencoba mengungkapkan alasannya dengan berbohong bahwa perempuan tak pantas membiayai pengeluaran saat berkencan. Namun, Hani tetap tak mau dan ingin bergantian untuk mengeluarkan uang.
Bagi Hani, Razka juga hanya seorang karyawan biasa, ia tak enak hati jika Razka yang terus mengeluarkan uang. Mobil butut yang dipakai Razka juga milik kakeknya, bukan milik Razka sendiri. Ia tak tahu bagaimana kondisi keuangan Razka, apakah cukup atau kurang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk itu, Hani ingin mereka tidak saling memberatkan satu sama lain. Sama seperti saat masih bersama Arya, ia juga tak ingin memberatkan Arya dengan minta ini dan itu, karena kondisi keuangan seseorang tidak ada yang tahu.
2 jam berlalu, mereka memutuskan makan siang bersama selesai menonton film. Razka kembali membujuk Hani agar tak membayar makananya, namun lagi-lagi Hani menolaknya. Hani justru mengancam tidak ingin bertemu lagi dengan Razka jika ia tak mau menuruti kemauan Hani. Razka dengan terpaksa menerima permintaan Hani
Tak lama, Razka izin pada Hani untuk mengangkat telepon dari kantor, saat mereka tengah menunggu pesanan makanan datang.
Razka tampak berbicara serius dengan seseorang dalam panggilan teleponnya. “Iya, tolong ya, saya tunggu.”
###
Saat memutuskan untuk pulang karena hari sudah menjelang sore, Razka mengajak Hani melewati konter tas yang diimpikan Hani.
“Han, aku baru dapat kabar dari teman kerja aku, kalau aku dapat bonus tambahan bulan ini, karena kinerjaku mendapat peringkat terbaik. Di kantorku memang selalu begitu untuk meningkatkan kinerja karyawannya. Nah, bonus tambahan ini bukan dalam bentuk uang, jadi hanya berbentuk reimburse voucher gitu, ya nggak banyak sih tapi lumayan,” cerita Razka yang membuat Hani tak paham.
“Jadi, reimburse voucher itu senilai 1.5 juta rupiah. Kita bebas beli apa saja asal tidak lebih dari harga tersebut, karena kalau lebih kita bayar sendiri kekurangannya, kalau kurang, kantor tetap hanya akan mengganti sesuai nominal barang yang kita beli. Aku mau tawarin kamu yang pakai gimana?” tawar Razka.
Hani jelas menolaknya dan meminta agar Razka sendiri yang memakainya untuk membeli barang yang diinginkan. Razka membujuk Hani bahwa ia tak sedang ingin membeli apa pun. Razka mengatakan pada Hani bahwa reimburse voucher ini hanya berlaku 1x24 jam, jadi akan hangus dan tidak berlaku lagi untuk esok hari. Razka memohon pada Hani agar bentuk hadiah atas kinerjanya ini tidak terbuang sia-sia.
Melihat mimik muka Razka yang memelas, Hani terpaksa menyetujuinya. Ia pun dipersilakan Razka untuk memilih 1 tas yang paling disukainya.
Dengan ragu, Hani mengambil tas idamannya. Tas berwarna hitam berukuran sedang yang begitu sederhana namun cantik dan berkelas. Selesai memilih, Razka menuju kasir untuk membayarnya.
Hani memastikannya berkali-kali pada Razka bahwa tas itu benar untuknya.
“Aku ganti ya, Ka,” mohon Hani yang tak enak hati sudah dibelikan tas yang mahal baginya itu.
Razka memanfaatkan kesempatan ini untuk berbalik mengancam Hani. “Lebih baik kita tidak usah bertemu lagi kalau kamu ngeyel menggantinya."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Razka dah suka sama Hani kayaknya 😅😅😅
2023-12-19
1