Jadi, Kamu...

Sudah pasti, setiap orang yang berada di posisi Razka, akan memiliki pemikiran yang sama. Clara yang diketahui belum menikah, bahkan sudah memiliki pacar, namun bermesraan dengan pria lain yang jauh lebih tua darinya sampai menginap berdua di sebuah apartemen, apalagi kalau bukan demi uang. Hal itu sangat mudah bagi Clara yang memanfaatkan fisiknya yang sempurna.

Kejadian semalam membuat Razka benar-benar bangga pada Hani. Hani bisa saja seperti sang adik, ketika berada dalam keadaan ekonomi yang sulit, dengan seorang ibu yang selalu menuntut. Rasanya, Hani juga bisa saja memperbaiki penampilannya, atau bahkan tidak perlu sama sekali karena dengan badannya yang berisi ia justru terlihat montok. Kulitnya yang putih juga bisa mengundang hasrat lelaki hidung belang, wajahnya juga tak jelek, bahkan banyak para pekerja malam yang tak lebih cantik darinya. Intinya, jika Hani mau, maka tak sulit baginya untuk mencari uang dengan cara seperti yang dilakukan adiknya.

Namun, Hani justru memilih pekerjaan yang halal sebagai seorang pelayan kafe. Meskipun, pekerjaannya sering dibanding-bandingkan dengan sang adik yang merupakan pekerja kantoran. Tetapi faktanya, Hani bisa menghidupi keluarganya dengan pekerjannya yang lebih bermoral dari pada Clara. Hani juga bahkan sering menolak pemberian Razka, dan justru ingin selalu bergantian membayar saat mereka tengah pergi berdua, mentalnya sungguh sangat berbeda dengan adiknya.

Pikirannya tentang Clara semalam, membuat Razka mengingat Hani. Sudah lama ia tak bertemu Hani, juga tak bekomunikasi dengannya. Entah mengapa ada rindu yang menyesakkan dadanya. Ia sendiri bahkan tidak menyadari perasaan sukanya pada Hani.

Razka mencoba menghubungi Hani, namun tidak diangkat. Rupanya, Razka teringat jika ia tengah libur kerja, bukan berarti Hani juga akan libur. Razka kemudian hanya mengirim pesan pada perempuan yang tengah ditaksirnya itu. Ia ingin melaporkan bahwa permintaan Hani sudah dipenuhinya semalam, dan sekarang, Razka menagih janjinya untuk bertemu Hani.

Seperti biasa, dengan bantuan Angga, Razka menjemput Hani di kafe. Jika hanya mengandalkan balasan pesan dari Hani, ia tentu tidak akan tahu kapan shift Hani berakhir. Razka juga sempat mengobrol sebentar dengan Angga.

Hani yang baru keluar kafe, tak sengaja mendengar percakapan Razka dengan bosnya itu.

“Gue heran, kenapa sih nggak jujur aja, kalau lo itu memang CEO. Apa nggak capek pura-pura terus?” tanya Angga yang tak paham dengan sikap temannya itu.

Betapa terkejutnya Razka saat menyadari tatapan mata Hani yang tengah berdiri tak jauh dari mereka. Seolah tidak ingin ikut campur, Angga bergegas masuk kembali ke dalam kafenya. Hani menghampiri Razka dengan raut muka kecewa.

“Hani,” sapa Razka lirih.

Entah karena rindu yang mendalam, atau memang Hani terlihat lebih cantik karena badanya yang sedikit menyusut saat ini, hingga membuat Razka melihatnya tak berkedip.

“Maksudnya apa?” tanya Hani tanpa basa basi.                    

Razka gelagapan. Ia meminta Hani untuk mendengarkan penjelasannya. Namun sayang, Hani tak ingin menunggu penjelasan Razka dan berlalu pergi meninggalkannya.

Razka tampak memanggil-manggil Hani.” Han, dengarkan aku dulu.”

Hani menghentikan langkahnya. “Apa maksudnya kamu menyembunyikan identitas kamu? Karena kamu tahu aku berbeda kasta sama kamu, jadi kamu takut kalau aku matre setelah tahu kamu siapa, iya? Dari awal aku sudah curiga sama kamu, dari penampilan kamu, cara bicara kamu, semuanya yang kamu pakai, sama sekali tidak mencerminkan kalau kamu hanya seorang karyawan biasa yang kamu bilang sederhana itu. Bahkan kamu pernah bilang kamu tidak suka Tasya karena dia glamor, lalu kamu sendiri? Pakai jam tangan mewah, tas mahal, ponsel jenis termahal, kamu pikir karena aku cuma pelayan kafe, kamu kira aku nggak tahu tentang itu semua? Ka, aku sudah merasa kamu seperti menyembunyikan tentang siapa kamu, tapi aku berusaha diam dan berpura-pura tidak tahu, sampai akhirnya aku tahu sendiri sekarang.”

Hani melanjutkan langkahnya sementara Razka terus mengejar dan meminta Hani untuk mendengarkan penjelasannya.

“Itu alasan kenapa aku meminta kamu menemui Tasya karena dia lebih pantas untuk kamu! Keluarga kamu juga akan lebih menyetujui hubungan kamu dengan dia dari pada dengan aku,” lanjut Hani yang kembali menghentikan langkahnya. “Jauhi aku! Jangan pernah temui aku lagi!”

“Aku nggak mau!” tolak Razka dengan senyum getirnya.

Hani tak melanjutkan bicaranya dan terus berjalan menuju pangkalan ojek, tak mempedulikan Razka yang masih terus mengejar dan memanggilnya.

“Cepat ya, Pak.”

###

“Jadi Papa setuju?” Tasya memastikan keinginannya dikabulkan oleh sang ayah.

“Ya, jelas. Ayah akan berdiskusi dengan Gutama, untuk bekerja sama dengan mereka dan menjodohkan kamu dengan Razka. Pastinya mereka tidak akan menolak, karena bagi pengusaha seperti kita, pernikahan adalah salah satu jalan untuk semakin menguatkan bisnis kita,” jawab ayah Tasya dengan penuh keyakinan.

Sebelum ia pergi, Tasya menyampaikan beribu ucapan terima kasihnya pada sang ayah yang selalu menuruti keinginannya. Ia sungguh tak sabar menanti pertemuan keluarganya dengan keluarga Razka. Baginya, tak apa jika hubungannya dengan Razka berlindung di balik kata “kerja sama”.

Ayah Tasya tersenyum merekah mengantar langkah kaki putrinya yang pergi meninggalkan ruangannya. “Wahai Gutama, selamat datang di kerajaan Indriawan!”

...****************...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

belum tentu keluarga Razka setuju Tasya jadi mantunya

2023-12-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!