“Iya, saya Hani,” jawab Hani mengangguk.
“Mas dengan nama pengguna AZK ya?” Hani berbalik bertanya.
Pria itu mengangguk kemudian duduk di hadapannya, dan bersiap bersalaman dengannya. "Saya Razka."
Mereka kemudian saling senyum. Seakan masing-masing dari mereka tak begitu asing, padahal baru pertama kali bertemu. Mereka pun mulai mengobrol basa basi, tentang umur, pekerjaan dan tempat tinggal. Hani merasa bahwa pria ini sesuai dengan kriterianya kala Razka menceritakan pekerjaannya yang hanya karyawan biasa di salah satu perusahaan swasta.
Merasa Razka setara dengannya, Hani juga mulai menceritakan tentang pekerjaannya sebagai seorang pelayan salah satu kafe tenama di ibukota.
“Romance Caffe?” Razka mengulangi ucapan Hani tentang tempat kerjanya.
Hani mengangguk. “Iya, pernah ke sana? Bisa dibilang, kafe itu untuk golongan menengah ke atas. Gajiku bisa habis hanya untuk beberapa kali makan di sana, hahah.”
Razka menatap Hani dalam-dalam dan seperti teringat akan sesuatu, namun hanya ia simpan dalam hati.
“Pernah, sekali, karena atasanku ada urusan di sana, kebetulan aku diminta menemaninya,” jawab Razka terlihat seperti mengarang.
“Eh tunggu, kalau kamu umur 30 tahun, berarti kita beda 6 tahun dong,” celetuk Hani. “Apa tidak apa-apa kalau aku langsung panggil nama kamu?”
Razka hanya tersenyum mendengar pertanyaan Hani. “Biar akrab saja dulu, jadi tak apa-apa panggil nama.”
Mereka pun terus berbincang hingga terlihat akrab. Hani mulai merasa nyaman bersama Razka, pun sebaliknya. Razka bahkan tak tampak malu dengan fisik Hani yang sedikit berisi. Berbeda dengan Arya yang pernah merasa malu saat berdua dengan Hani.
Sementara itu, di sudut lain masih dalam restoran yang sama, seorang perempuan berpenampilan elegan dan berkelas tengah duduk sendiri seperti sedang menunggu kehadiran seseorang. Berkali-kali ia melihat jam tangannya yang mahal hingga menghabiskan 2 gelas minuman. 1 jam sudah ia duduk di sana, namun yang ditunggu seakan tak kunjung datang. Dengan muka kesal, ia berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan restoran.
Hani dan Razka yang keasyikan mengobrol, tak terasa sudah 2 jam lebih mereka berada di restoran. Setelah sempat saling bertukar nomor ponsel, Razka berniat ingin mengantar Hani pulang, karena pihak aplikasi hanya memberikan fasilitas antar. Hani menolak karena tak enak hati jika harus merepotkan Razka.
“Tidak repot kok, Han. Lagi pula ini sudah malam, rumah kamu 'kan agak jauh dari sini, jadi aku antar saja. Bahaya perempuan pulang malam sendiri,” bujuk Razka.
“Tapi kamu nggak malu ‘kan kalau diantar mobil butut?” lanjut Razka menggoda Hani.
Hani tertawa kecil dan akhirnya menerima tawaran Razka.
###
Semenjak pertemuan pertama, Hani dan Razka sama-sama merasa nyaman dan ingin bertemu kembali. Razka juga tak sungkan menawarkan mengantar jemput Hani saat bekerja, namun Hani menolaknya. Jam pulang Hani bisa sampai pukul 9 malam, ia tak mungkin tega membiarkan Razka yang seharusnya sudah bisa istirahat di rumah, malah harus menjemputnya. Jadi, Razka hanya ia izinkan mengantar jemputnya bekerja saat akhir pekan, saat Razka libur.
Hani juga tak membolehkan Razka main ke rumahnya, karena takut sang adik akan menyukainya. Hani juga takut jika Razka akan menyukai adiknya. Hani dan adiknya memang bak langit dan bumi. Ia tak mau sakit hati lagi nantinya. Hani juga terbuka akan keluarganya, terutama sang ibu yang sering membeda-bedakan perlakuannya pada Hani dan pada adiknya.
Suatu ketika, saat Hani dan Razka tengah sama-sama libur, mereka memutuskan untuk bertemu di suatu kafe.
“Jadi ibu kamu seperti itu? Tapi mungkin, Han, ada benarnya juga. Beliau bilang kalau dunia ini keras, ya memang begitu adanya. Ibu kamu hanya tidak ingin kamu mendapat kesulitan dalam hidup. Tapi satu hal, jangan pernah kamu merasa minder, karena bagaimana pun, kamu perempuan hebat! Bekerja keras demi keluarga bahkan dari zaman sekolah hingga saat ini menjadi tulang punggung. Aku salut!” puji Razka.
Hani juga menceritakan tentang Arya mantan pacarnya yang diambil oleh sang adik. Hingga alasan lebih detail mengapa Hani belum mengizinkan Razka bertamu ke rumahnya. Tak lupa, Hani juga terbuka soal ibunya yang matrealistis ingin punya menantu kaya raya.
“Berarti aku tidak masuk kriteria ibumu dong?” sahut Razka.
Hani menggeleng. Ia mengungkapkan ketidakpeduliannya pada sang ibu. Kalau pun ia bisa mendapat suami kaya, ia juga tak mau suaminya diporoti oleh sang ibu. Lebih baik pergi menjauhi mereka. Jadi, mau mendapat lelaki yang biasa pun, asal Hani nyaman dengannya, itu sudah lebih dari cukup, karena ia juga hanya lah seorang perempuan biasa. Tak pantas rasanya jika ia mendapatan lelaki kaya raya.
Mendengar kalimat Hani, Razka tersedak. Hani dengan sigap memberikan minum pada Razka. Razka memberi kode bahwa ia tak apa-apa.
“Han, kamu harus ingat ucapanku ya, kamu harus percaya diri. Jangan insecure sama adik sendiri. Apa yang telah menimpa kamu adalah bentuk sayangnya Tuhan padamu, ingin menjauhkan kamu dari lelaki yang tidak baik. Mau secantik apa pun adikmu, kalau lelaki itu baik, jelas tidak akan terpengaruh,” ungkap Razka membuat Hani semakin tertarik dengan lelaki di hadapannya itu.
Hani menghela nafas panjang. “Jadi maaf ya kalau penampilan aku waktu itu, dan penampilanku saat ini yang kurang baik. Aku bahkan tidak pernah berpikir untuk belanja.”
Razka memaklumi kondisi Hani dan justru memuji Hani yang sudah cantik dari sananya, tak peduli mau berpenampilan seperti apa pun.
“Masalah tubuh kamu, kamu bisa mulai diet kalau kamu mau, tapi ingat. Diet itu untuk sehat, kurus hanya lah bonus. Lagi pula, kamu lucu kalau tembem begini.” Razka begitu manis membuat Hani semakin salah tingkah.
###
“Clara, kamu ke ruangan saya ya,” titah atasan Clara di kantor.
“Iya, Pak,” jawab Clara bergegas menuju ruangan atasannya.
Sementara itu, beberapa rekan kerja Clara mulai mencibir gaya pakaiannya yang mengundang hasrat lelaki di kantor.
“Denger-denger sih lagi ada sesuatu,” bisik salah seorang rekan kerjanya.
“Katanya dia mau dipromosikan jadi karyawan tetap. Masak lulusan SMA bisa dipromosikan menjadi kartap?” sahut rekan kerja yang lain.
Obrolan rekan-rekannya itu berhenti ketika Clara keluar dari ruangan atasannya dan kembali menuju meja kerjanya.
Salah satu rekan kerja Clara menyeletuk. “Ra, kancing kamu terbuka satu.”
Seketika 1 ruangan heboh dan langsung melihat kemeja Clara yang sedikit ketat hingga kancingnya terlepas satu. Clara pun salah tingkah dan sontak mengancingkan bajunya, kemudian berpura-pura melanjutkan pekerjaannya. Beberapa rekan yang lain melontarkan tatapan sinis ke arahnya. “Kebuka apa dibuka?”
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
kayaknya Clara jadi jalang deh 😏😏😏
2023-12-19
1