Kisah Cinta CEO & Pelayan Kafe

Kisah Cinta CEO & Pelayan Kafe

Sebuah Pengkhianatan

“Clara, jangan suka pakai baju tidur seksi kalau di luar kamar, ganti baju gih,” pinta Hani pada adiknya.

“Yah, Kak, aku ‘kan lagi libur, mau santai-santai dulu masih malas mandi,” jawab Clara berlalu di hadapan kakaknya menuju ruang tv.

Tak lama, Arya, kekasih Hani datang menjemputnya. Hani memang masih harus masuk kerja di hari Sabtu, apalagi, akhir pekan kafenya justru ramai pengunjung. Seperti biasa, Arya masuk dan menunggu Hani di ruang tamu. Hani kemudian segera mengajak Arya berangkat saat Arya terdiam tertegun melihat Clara yang sedang asyik menonton televisi dengan baju tidurnya.

Clara kemudian mengintip dari balik jendela dan tersenyum ke arah Arya. Arya yang sudah bersiap di atas motornya, terlihat saling berpandangan dengan Clara. Hingga Hani menepuk bahu Arya dan memintanya untuk segera berangkat.

Sepanjang jalan, Hani tampak diam. Ia kembali merenungi gosip dari teman-teman kerjanya tentang hubungan antara adik dan pacarnya. Hani memang merasa akhir-akhir ini, Clara sedang mencari perhatian Arya. Pernah adiknya itu meminta dibonceng Arya untuk diantar ke warung di ujung jalan hanya untuk membeli camilan, padahal biasanya ia berjalan kaki sendiri, dan Hani pernah tak sengaja melihat nama Arya dalam pesan singkat di ponsel Clara. Salah seorang teman kerjanya juga pernah melihat Arya dan Clara sedang berdua di sebuah kafe, mereka tampak bercanda mesra, namun, Hani tetap tak ingin mempercayainya.

“Kamu hari ini mau kemana?” tanya Hani saat sudah tiba di tempat kerjanya dan memberikan helm pada Arya.

“Aku ada janji sama Romi, setelah ini aku mau langsung ketemuan sama dia,” jawab Arya kemudian berpamitan pada Hani dan berlalu pergi meninggalkannya.

Hani memandangi motor gede Arya yang semakin menjauh dari pandangannya. Ia hanya bisa menghela nafas panjang. Entah apakah kekasih dan adiknya itu sedang memiliki hubungan khusus atau hanya sebatas hubungan calon saudara, mengingat, Hani dan Arya sudah beberapa kali membicarakan tentang pernikahan.

“Hani, sini!” titah Ayun, teman kerja Hani yang meminta Hani menghampirinya dan menunjukkan ponselnya.

Ayun memberitahu Hani bahwa Arya dan Clara akan pergi berdua jam 10, rencananya mereka akan menonton bioskop. Ayun mendapat kabar ini dari teman Arya, yang juga temannya. Dari Ayun juga lah semua berita tentang hubungan Arya dan Clara merebak akhir-akhir ini.

Ayun juga menawarkan akan mengantar Hani menemui mereka setelah mereka pulang dari bioskop, saat jam makan siang nanti. Hani yang awalnya tak berminat karena tak ingin sakit hati jika benar adanya, terpaksa mengiyakan penawara Ayun yang terus memaksanya. “Biar semuanya segera terungkap dan aku bisa mengambil keputusan.”

###

Ayun yang mendapatkan infomarsi lengkap tentang kencan Arya dan Clara, mulai beraksi bak detektif yang sedang memata-matai target. Meskipun kedatangan mereka terlambat dan film sudah selesai, Ayun yakin Arya dan Clara masih berada di mall. Mereka berjalan mengitari mall berharap segera bertemu dengan Arya dan Clara.

Tebakan Ayun benar, Clara terlihat keluar dari salah satu toko baju bermerek dan membawa kantong belanja bersama Arya. Wajah Clara tampak sumringah seperti baru saja dibelikan baju oleh kekasih Hani itu. Ayun memberi kode pada Hani untuk menggerebek mereka.

“Jadi begini kelakuan kamu? Selingkuh dengan adik kandung aku sendiri. Mana Romi? Sudah berapa kali kamu membohongi aku?” sahut Hani yang tiba-tiba muncul di hadapan Clara dan Hani.

Arya gelagapan, berbeda dengan Clara yang tenang.

“A-aku, cuma pengen ajakin Clara jalan aja, ‘kan dia adik kamu,” bantah Arya.

“Mas Arya itu udah bosan sama Kak Hani. Dia juga lama-lama malu jalan sama Kakak. Ke kondangan temennya aja dia ngajakin aku bukan Kak Hani,” jujur Clara dengan santai.

Arya seolah memberikan kode pada Clara agar tak membuka rahasia mereka.

“Bagus deh kalau sudah ketahuan. Aku juga udah malas pacaran sama laki-laki munafik kayak kamu. Nggak pernah tuh aku dibelikan baju sama kamu, katanya harus hemat menabung demi pernikahan yang mewaaah, tapi ternyata malah dipakai foya-foya sama selingkuhannya,” protes Hani yang berusaha mengatur emosinya.

“Kak, jelas aja dong Mas Arya nggak pernah belikan Kakak baju, baju di sini itu cuma untuk badan yang langsing, nggak gembul kayak Kakak,” celetuk Clara membuat Hani terdiam sekian detik karena sakit hati.

Hani kemudian memberikan selamat pada Arya dan Clara dan memastikan hubungannya telah berakhir. Ayun segera mengajak Hani pergi dan tak mengindahkan Arya yang berusaha memberikan penjelasannya. Arya juga tampak sedikit memarahi Clara atas sikapnya terhadap Hani.

Sementara Ayun terus menenangkan Hani sepanjang perjalanan menuju ke kafe.

Setibanya di kafe, Hani mengelap air matanya dan mengatur emosinya, karena ia harus melayani pengunjung dengan penuh senyuman.

"Han Han, tolong gantikan dia antar baki makanan ke meja 12,” perintah Angga, sang pemilik kafe tempat Hani bekerja.

Hani pun mengambil baki berisi makanan dari salah seorang temannya dan mengantarkannya ke meja 12.

“Jangan banyak makan nanti kayak Mbak ini lho, Dek, mau? Kalau punya badan bagus itu kamu bisa beli baju apa aja, biar bisa punya banyak teman juga," ucap seorang wanita paruh baya pada anaknya saat melihat Hani mengantarkan makanan mereka.

Hani yang hanya bisa menelan ludah, tetap menjaga senyumnya dan kembali ke dapur.

Angga kembali meminta Hani untuk memberikan buku menu ke meja 18. Hari biasa pun kafe ini selalu ramai karena merupakan salah satu kafe ternama di ibukota, terlebih hari ini hari Sabtu, pengunjung semakin membludak. “Setelah itu, kamu ambil makanan dan antar ke meja 6 ya, ada yang minta tambah telur.”

Hani menuju meja 18 terlebih dahulu untuk menyambut dan memberikan buku menu pada mereka.

Hani dengan sabar menunggu pengujung meja 18 untuk memilih menu yang akan di pesan, hingga salah seorang tamu di meja tersebut tampak memanggil temannya yang baru datang. “Mbak, permisi, badannya menuhin pandangan saya, teman saya jadi nggak keliatan saya panggil-panggil dari tadi.”

Sementara teman yang lain seolah memberi kode pada temannya agar berbicara lebih sopan dan meminta maaf pada Hani. Hani hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah pada mereka. Tak lama mereka pun mulai memesan makanan dan Hani mulai merekap pesanan mereka dengan tablet di tangannya.

Saat Hani mengulangi pesanan, salah seorang pengunjung di meja tersebut tampak kesal karena Hani seakan tak paham dengan permintaannya, padahal Hani hanya bertanya baik-baik agar tidak terjadi kesalahan. “Iya, maksud saya tidak pedas dan asinnya dikurangi sedikit, tambah sosis, dan tidak pakai merica sama sekali, nasinya setengah.”

Dari meja sebelah, salah seorang pengunjung memberikan celetukannya. “Punya kita kok lama ya, Mbak. Bisa lebih cepat? Meja yang di sana pesannya setelah kita tapi malah sudah diantar lebih dulu.”

Hani dengan sabar dan ramah menenangkan pengunjung tersebut dan segera mengecek pesanan mereka di dapur, agar tak ada yang terlewat.

Entah mimpi apa semalam, hari ini ia bertubi-tubi mendapat banyak tekanan.

“Mbak, permisi, saya boleh tambah pesan menunya?” tanya seorang pria yang membuat Hani semakin sibuk hingga tak sempat mengagumi wajah tampannya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Eva Nietha✌🏻

Eva Nietha✌🏻

Pas sakit hati pas d bully😢😢

2024-02-19

1

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

sabar Hani 💪💪💪

2023-12-19

1

Nad-IG : na_nadyaayu

Nad-IG : na_nadyaayu

kalo aku jadi Hani udh meledak duluan/Facepalm//Facepalm/

2023-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!