Apa Yang Terjadi?

Esok paginya, saat suaminya akan berangkat ke kantor, Sonya sengaja ingin meminta waktunya untuk mengobrol. Rudi dengan ramah menyambut baik keinginan ibu dari 2 anaknya itu. Rudi memang tak berubah sedikit pun pada Sonya, ia tetap menjadi suami yang romantis dan perhatian, hanya saja memang akhir-akhir ini waktu kebersamaan mereka begitu berkurang.

Sonya mengeluarkan paket yang ia temui di laci kamar. Ia menanyakan mengapa nama yang tertera sama dengan nama suaminya, namun alamatnya berbeda. Rudi tampak cemas mendengar pertanyaan dari istrinya.

“Kenapa bisa teledor sih?” batin Rudi.

“Iya, Sayang, aku titip di apartemen teman,” jawabnya berbohong.

Sonya menatap dalam mata suami tampannya itu.” Aku pikir juga begitu, tapi setelah aku datangi sendiri alamatnya, ternyata apartemen itu punya kamu.”

“Kamu beli apartemen itu, Mas?” lanjut Sonya.

Rudi tersedak mendengar pertanyaan Sonya dan terlihat sedang mencari-cari jawaban yang logis untuk menjawab pertanyaan istrinya.

Diletakannya gelas yang digenggamnya, dan membalas tatapan Sonya begitu penuh kasih. “Sayang, sebenarnya aku ingin jujur, meskipun waktunya belum tepat.”

Semburat penuh tanya muncul di dahi Sonya.

Rudi kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya ia enggan untuk menceritakan hal ini. Ia memang sengaja membeli apartemen itu untuk kejutan hadiah ulang tahun pernikahan mereka bulan depan. Namun, sayangnya Sonya sudah mengetahuinya lebih dahulu, jadi ia merasa gagal memberikan kejutan.

Entah mengapa, Sonya merasa tak begitu bahagia mendengar pernyataan ini, padahal, dirinya sangat mendambakan memiliki sebuah unit apartemen mewah. Ia merasa ada yang janggal dengan pembelian apartemen ini. Gaji suaminya memang besar, tapi sepertinya belum mencukupi jika harus membeli unit di apartemen tersebut.

“Uang dari mana?” tanya Sonya yang tak yakin akan daya beli suaminya.

“Aku ‘kan mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, Sayang. Demi mencapai impianmu. Ya, biarpun masih menyicil,” jawab Rudi meyakinkan.

Mendengar jawaban Rudi yang masih menyicil, seakan sudah mampu membuat Sonya percaya. Rudi juga kembali membahas tentang paket yang sengaja ia tujukan di apartemennya agar lebih aman jika diterima bagian resepsionis. Ia berkelit bahwa paketnya sempat ada yang hilang ketika tidak ada yang menerima saat diantar ke rumah, lantaran mereka sedang berlibur kala itu. Rudi meyakinkan istrinya agar tidak berpikir macam-macam, karena ia tak akan berani mengkhianati pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun.

Sonya yang terkenal lemah lembut, seolah terbungkam dengan ucapan Rudi dan tak ingin membahasnya, karena Rudi sudah harus berangkat ke kantor.

###

Clara yang masih pucat pasi dan merasakan mual di perutnya, terpaksa harus tetap berangkat ke kantor pagi ini. Kondisi ini dimanfaatkan olehnya karena 3 hari ke belakang ia izin sakit pada kantor. Beberapa temannya meminta Clara agar tak masuk kantor jika kondisinya masih belum membaik.

Selama di kantor, Clara cukup sering ke toilet. Beberapa teman perempuannya juga beberapa kali mendengar Clara muntah-muntah di kloset. Tak ingin berprasangka buruk, namun sebagian dari mereka mengaitkan hal ini dengan mulai terciumnya hubungan Clara dengan Kepala Cabangnya itu.

Rudi yang juga diketahui izin cuti selama 3 hari ini, seakan mendukung kedekatan mereka. Sepertinya bukan suatu kebetulan jika mereka sama-sama izin kerja selama 3 hari. Hanya saja, agar tidak mencurigakan, mereka memiliki alasan yang berbeda. Mereka pikir karyawan kantor adalah anak-anak sekolah dasar yang bisa dikelabuhi dengan mudah.

Sebelumnya, kantor sudah ramai semenjak terbitnya surat keputusan pengangkatan Clara menjadi karyawan tetap. Clara yang tak memiliki ijazah Sarjana, juga dirasa tak mungkin jika ia lolos tes. Clara memang mengikuti tes, namun banyak yang menganggap hanya formalitas belaka, karena sulit dipercaya jika ia mampu mendapatkan nilai yang lebih baik dari kandidat lainnya. Sedangkan ada salah seorang karyawan perempuan yang lebih memenuhi kriteria kelolosan, justru gagal.

Pendapat mereka bukan tanpa alasan. Mereka cukup paham akan kemampuan Clara, yang dapat dilihat dari kinerjanya di kantor. Lagi pula, masa kontrak Clara seharusnya sudah tidak diperpanjang lagi. Namun, ia justru bertahan dan malah diangkat menjadi karyawan tetap. Banyak kejanggalan yang dirasakan para karyawan.

Clara juga sering terlihat pulang bersama dengan Rudi, hal itu diketahui oleh salah seorang petugas kebersihan kantor yang pulang paling akhir. Anehnya, kedekatan mereka mulai terjalin saat promosi jabatan akan berlangsung. Itu yang menyebabkan sebagian karyawan mengaitkannya dengan pengangkatan status kepegawaian Clara.

###

Hingga beberapa hari ini, tak hanya di kantor, namun juga ketika di rumah, Clara terus muntah-muntah. Ia mulai cemas. Pikirannya ke mana-mana. “Jangan-jangan, tapi ‘kan Mas Rudi selalu pakai pengaman.”

Semenjak memiliki hubungan dengan Rudi, ia sering bercinta dengannya. Apalagi 3 hari ini mereka begitu intens melakukannya saat berlibur di luar kota. Ia terus mondar-mandir seperti orang yang sedang kebingungan.

Agar tak menambah kacau pikirannya, Clara memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan. Diam-diam ia berjalan menuju apotek yang tak jauh dari rumahnya dan membeli 2 sekaligus alat tes kehamilan agar meyakinkan. Selesai membayar, ia segera pulang dan menyembunyikan kantong kresek di balik jaketnya.

“Dari mana?” tanya Hani ketika Clara baru sampai rumah.

“Dari warung Mpok Atin,” jawab Clara singkat.

Hani sudah meminta Clara agar memeriksakan dirinya ke puskesmas atau rumah sakit, namun Clara menolaknya. Hani mulai curiga pada adiknya itu yang tidak pernah seperti ini sebelumnya. Clara adalah tipikal orang yang jika sakit sedikit saja pasti akan langsung memeriksakan diri ke puskesmas. Tidak dengan saat ini yang sudah 2 hari pucat, masih tak mau periksa juga.

Clara mulai melakukan tes kehamilan di kamar mandi, dan menunggu hasilnya dengan sabar.

Ia masih terus menunggu dengan sabar. “Semoga bukan garis dua.”

Tak lama, muncul garis pada alat tersebut. Raut wajahnya semakin pucat. Dengan tergesa-gesa ia kembali ke kamar dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Rudi.

“Halo,” jawab suara perempuan yang terdengar begitu lembut.

Clara terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa.

Hingga kemudian, panggilan itu diambil alih oleh Rudi yang baru saja kembali dari kamar mandi. “Halo, iya ada apa?”

Belum sempat Clara menjawab, Rudi melanjutkan percakapannya di telepon.”Oh iya, akan saya tanda tangani. Besok pagi saya tunggu berkasnya di meja kerja saya. Dan satu lagi, tolong untuk tidak menghubungi saya terkait pekerjaan di luar jam kantor.”

Tut..tut..tut..

Clara hanya mampu menangis.

...****************...

Terpopuler

Comments

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

dah gini mau apa lagi Clara

2023-12-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!